Thiffa Qaisty saat mengikuti MUFFEST 2020 lalu di Jakarta.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Thiffa bergegas menyeka air mata yang sempat menetes di pipinya. Matanya terlihat sembab, wajahnya juga sedikit memerah. Riasan di wajahnya sedikit luntur akibat air mata yang tak kunjung berhenti. Tarikan napas panjang membuat perasaan wanita yang baru saja genap berusia 22 tahun ini sedikit lega dan tenang.
Bukan tanpa sebab wanita berhijab ini sampai menangis tersedu-sedu. Dirinya teringat perjuangan kedua orang tuanya dulu saat mengorbankan segalanya untuk menyekolahkan dirinya di salah satu Sekolah Fashion ternama di Ibu Kota Negara, Jakarta. Dan kini, wanita bernama lengkap Thiffa Qaisty ini telah menjelma menjadi salah satu Fashion Designer terbaik di Kota Pekanbaru, Riau. Bahkan dirinya kini punya butik yang diberi nama Sakinah.
"Untuk biaya sekolah saya dulu, orang tua saya sampai menjual mobil keluarga kami satu-satunya," ujar Thiffa saat memulai cerita, Jumat (24/12/2021).
Ia mengatakan dirinya sudah mengenal dunia seni itu dari sejak kecil. "Dari sejak TK saya itu sudah suka menggambar. Tapi untuk dunia Fashion, saya mulai tertarik itu sejak di MTS. Saat di MTS itu memang saya yakinkan kalau ternyata saya sangat menyukai dunia Fashion, untuk itu setelah lulus MTS saya melanjutkan sekolah di SMK 3 Pekanbaru dengan mengambil jurusan tata busana," ungkap Thiffa.
Saat kelas 2 SMK, dirinya memutuskan untuk belajar Fashion di Jakarta. Saat itu bertepatan dengan magang sekolah. "Jadi saat orang magang saya meminta izin ke sekolah untuk belajar Fashion ke Jakarta. Alhamdulillah diizinkan oleh guru saya. Namun memang untuk biaya belajar ke Jakarta itu sangat mahal. Saya masih ingat, orang tua saya menjual satu-satunya mobil yang kami miliki. Hal itu karena memang untuk biaya belajar Fashion sangat mahal, berkali lipat dari jurusan lainnya. Kalau ingat itu saya sangat sedih, mereka memperjuangkan segalanya demi bisa membiayai saya untuk belajar di Jakarta," cakapnya.
Hal itulah yang menjadi titik balik wanita yang belum lama ini meraih gelar dan dinobatkan sebagai pemenang dalam acara Industri Kreatif Indonesia sebagai (IKRA Of The Year) pada ajang Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2021. Peluh kedua orang tuanya dijadikan cambuk untuk tidak menyerah dan terus berjuang untuk sukses di bidang fashion designer. Dan perjuangannya tak sia-sia, hanya berselang waktu yang tak lama, dirinya direkomendasikan untuk mengikuti Jakarta Fashion Week.
"Memang untuk karir saya di dunia Fashion itu dimulai saat saya belajar di Jakarta. Ada banyak sekali ilmu yang saya dapatkan disana, ditambah lagi saya juga sudah ikut Jakarta Fashion Week. Sehingga saat pulang Kampung ke Pekanbaru mulai memberanikan diri untuk Custome baju. Awalnya ya buat baju untuk guru, kemudian untuk keluarga. Ternyata untuk pola dan desain yang saya buat banyak yang suka, disitu saya semakin pede," ucapnya.
"Untuk selanjutnya di tahun 2017 saya mulai Custome untuk wedding. Alhamdulillah banyak yang minat," ungkapnya.
Untuk lebih menekuni dunia Fashion, setelah lulus SMK Thiffa melanjutkan Sekolah lagi ke Islamic Fashion Institut (ISI). Sekolah yang dipilihnya ini lebih ke Fashion Muslim. Ada alasan mengapa dirinya memilih untuk fokus ke Fashion Muslim.
"Saat 2017 saya ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk mewakili Riau dalam ivent Festival Ekonomi Syariah (FESyar) yang salah satunya ada lomba Fashion muslim dengan menggunakan nuansa Riau. Saat itu saya ternyata tidak menang karena kenanya di kaidah berbusana muslim. Padahal untuk persyaratan lainnya sudah terpenuhi semua. Dari kejadian itulah saya komit ingin belajar bagaimana sebenarnya kaidah busana muslim yang baik dan benar," sebutnya.
Saat sekolah di Islamic Fashion Institut inilah pertamakalinya sosok Thiffa mengenal Asia Pasific Rayon (APR) selaku produsen Viscose Rayon. Karena memang guru-guru di tempatnya menuntut ilmu ini sudah banyak yang Collab dengan APR.
"Dan saat itu saya juga baru tahu kalau ternyata APR pabriknya ada di Riau. Wah saat itu saya mikirnya keren banget, ternyata di Riau itu ada lho pabrik untuk membuat kain Viscose ini. Dan Alhamdulillah nya lagi, saat Muslim Fashion Festival (Muffest) 2020 saya disuport oleh APR. Dan saat itu saya mengangkat Viscose yang dibuat dengan style dan gaya Thifa. Karena memang saat itu untuk style fashion saya itu lebih Feminin dan semi formal. Jadi Viscose itu kita kombinasikan dan di miks dengan style saya. Alhamdulillah hasilnya sangat bagus," ucapnya.
Untuk bahan Viscose ini disampaikan Thiffa, bahannya memang sangat bagus. Bahkan dirinya juga sudah membuat mukenah berbahan Viscose. Tapi memang bukan hanya polosan viscose saja, tapi ditambah dengan sulam benang dengan motif bunga dan diberi renda. Dan untuk mukenah harian itu, sangat banyak yang suka dan banyak peminatnya.
"Untuk Viscose Rayon ini memang sudah saya pakai sejak lama dan sangat banyak peminatnya. Konsumen suka karena bahannya adem. Apalagi kita tambah lagi dengan sulaman yang menambah cantik, jadi kita menjualnyapun bisa kita naikkan lagi harganya. Jadi memang bahan Viscose Rayon ini menambah Value produk kita. Apalagi dengan sulaman dan hiasan yang bagus, jadi semakin banyak peminatnya," sebutnya.
Selain itu, lanjut Thiffa bahan Viscose Rayon ini juga bisa juga di miks dengan berbagai bahan lainnya, salah satunya adalah dengan polyester.
"Saat saya ikut Festival Ekonomi Syariah Bank Indonesia tahun 2020, saya juga membuat dress dari bahan Viscose Rayon yang saya miks dengan Polyester, Alhamdulillah saya menang dan juara 1 tingkat regional Sumatera. Karena memang setiap membuat sebuah design itu, saya selalu mengangkat potensi daerah Riau. Salah satunya adalah Viscose Rayon," ungkapnya.
Untuk APR sendiri dikatakan Thiffa, hingga saat ini memang selalu memberikan suport untuk para designer lokal. Beberapa waktu lalu juga, APR mensuport ivent pagelaran busana di SMK 3 Pekanbaru.
"Saat itu saya dipercaya untuk meng-Coaching anak-anak SMK 3 untuk buat pagelaran busana. Saya suruh mereka memakai Viscose dan juga tenun. Saya selalu meminta untuk mengangkat yang lokalnya, kita angkat potensi Riau. Dan Alhamdulillah APR mensuport ivent kita," sebutnya.
Dukung Geliat Fashion Lokal
Sejalan dengan hal tersebut, produsen serat rayon berkelanjutan ini juga sangat mendukung geliat fashion di Riau dimana perusahaan beroperasi. Pada tahun 2020 lalu dalam gelaran Muslim Fashion Festival (Muffest) yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Asia Pasific Rayon (APR) tak hanya berkolaborasi dengan 8 fashion desainer yang tergabung dalam Indonesia Fashion Chambers (IFC), namun Produsen serat rayon berkelanjutan ini juga memboyong 2 desainer lokal yakni dari Tanah Melayu untuk menampilkan karyanya di ajang tahunan ini. Dua designer itu adalah Thiffa Qaisty dan Andi Fitri Hartuti.
Dalam gelaran bertaraf nasional tersebut, dua designer muda Riau ini didukung sepenuhnya oleh APR. Keduanya mengangkat budaya Riau. Mulai dari bangunan-bangunan yang ada di Riau, rumah adat bahkan untuk warna-warna yang ditampilkan juga terinspirasi sungai-sungai yang ada di Riau.
Tak hanya itu saja, selain memproduksi serat viskosa hasil tanaman yang tumbuh di Riau, APR pun menggandeng desainer serta bermitra dengan penenun dan pembatik lokal. Lewat karya, mereka mengenalkan potensi dan kultur Riau dengan busana berbahan viscose ke kancah nasional. Contohnya desainer muda lokal Siak, Andi Fitri Hartuti.
Tuti, panggilan akrabnya, berkolaborasi dengan Rumah Batik Andalan (RBA) binaan Community Development (CD) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) mempopulerkan batik khas Riau motif Gelombang Bono melalui koleksi busana muslim ready-to-wear. Batik Bono dan batik corak akasia adalah batik tradisional dari kabupaten Pelalawan, rumah bagi operasi APR.
Ia mengatakan koleksi ini merupakan dibuat dengan pewarna alami yang berasal dari daun ketapang, kulit jengkol dan jati. Untuk motif, ia terinspirasi dari tumbuhan yang berada di lingkungan sekitar rumah, seperti motif daun sirih, daun pegagan, daun teratai dan timun suri yang dipadukan dengan motif gelombang bono yang merupakan motif ikonik dari RBA.
"Saya sangat senang dan bangga mendapat kesempatan kolaborasi ini karena membawa batik Riau ke kancah nasional. Saya juga bersyukur APR memfasilitasi pemotretan di rooftop Senayan City Mall dan saya juga bisa mengunjungi dan memanfaatkan fasilitas Jakarta Fashion Hub," jelasnya.
Koordinator RBA , Ade Irmawani menyebut ia dan para pembatik lain tidak menyangka kain batik mereka dapat digunakan menjadi busana yang bernilai tinggi. "Biasanya batik RBA dibeli pelanggan untuk dipakai sebagai seragam kerja atau baju pesta di daerah, namun kerjasama APR membuat kain batik kami tampil jauh lebih bernilai dalam fashion," ujarnya.
Communications and Community Development APR, Metti Haryanti menuturkan APR terus mendukung potensi perancang busana lokal untuk mencapai pasar nasional sehingga menggairahkan kembali industri teksil, industri kreatif dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di tengah kondisi pandemi ini.
APR juga gencar mendukung pemerintah daerah untuk mengembangkan kerajinan batik lokal yang terkenal dengan sebutan batik Bono itu. Hal ini dibuktikan dengan APR mengadakan pelatihan bagi para pembatik di Rumah Batik Andalan seperti pelatihan pembuatan desain motif dan pelatihan batik pewarna alam.
"Kolaborasi ini juga sejalan dengan semangat Everything Indonesia, dengan mengajak seluruh pihak untuk menggunakan bahan baku yang berasal dan diproduksi di Indonesia," kata Metti, Senin (25/10/2021).
Dukung Pemulihan Ekonomi Nasional
Beberapa waktu lalu tepatnya 1 Desember 2021, Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia, Muhammad Lutfi secara resmi melepas produk serat viscose rayon produksi PT Asia Pacific Rayon (APR) ke pasar global dan domestic.
Lutfi mengapresiasi keberadaan APR yang diibaratkan sebagai Permata dari Indonesia yang harus dijaga sehingga mampu menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan berkompetisi di masa depan tidak hanya menjadi pemain regional, akan tetapi juga menjadi pemain di pasar global.
"Jadi selamat kepada APR yang tidak hanya menjual produksinya di dalam negeri tetapi juga mancanegara, inilah yang kita cita-citakan dan Kementerian Perdagangan akan menjaga situasi perdagangan yang baik untuk bisa menjadi penetrasi ke pasar dunia dan di dalam negeri kita juga harus menjaga kesinambungan produk Indonesia," ujar Mendag.
Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution mengatakan pelepasan ekspor produk viscose-rayon merupakan tanda bangkitnya perekonomian Riau. Wagubri menjelaskan Provinsi Riau berhasil mencatatkan realisasi investasi sebesar Rp39,543 triliun yang terdiri dari realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp17,763 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 1.491,8 Dollar AS atau Rp21,780 triliun. Angka tersebut telah mencapai 81 persen dari target yang ditetapkan oleh Kementerian Investasi/BKPM RI kepada Provinsi Riau tahun 2021 yaitu Rp48, 6 triliun.
Pemerintah Provinsi Riau mendukung penuh yang dilakukan dunia usaha untuk meningkatkan investasi dan menggairahkan ekonomi daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Keberadaan pabrik ini merupakan investasi yang ditanamkan RAPP dan APR untuk memproduksi rayon. Pabrik ini merupakan ekspansi RAPP yang sebelumnya hanya bergerak dalam industri pulp dan kertas. Dengan adanya pabrik ini, Riau tidak hanya menjadi pusat industri pulp dan kertas, tetapi juga rayon sebagai bahan baku tekstil," terangnya.
Beroperasinya pabrik rayon ini dapat menjadi andalan Riau terhadap bahan baku tekstil yang berkapasitas skala dunia. Investasi pabrik ini, mendukung agenda pemerintah terhadap industri strategi tekstil skala nasional.
"Kita semua berharap dengan adanya pabrik rayon di Riau ini dapat meningkatkan produk domestik bruto Provinsi Riau sebesar 1,49% dari sektor non-migas serta mendorong geliat industri kecil dan menengah di beberapa sektor usaha yang terlibat dalam kegiatan operasional pabrik. Hal ini dapat membawa efek berantai bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan di Riau," pungkasnya.