(CAKAPLAH) - Menjaga desa dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) memang harusnya merupakan tanggungj awab semua pihak. Tapi, dengan adanya program Desa Bebas Api dari APRIL, menjaga desa terasa lebih bersemangat. Bagaimana tidak, bagi yang berhasil menjaga desa tanpa terjadi Karhutla, akan mendapat reward senilai Rp100.000.000,00 dan bantuan alat pertanian.
Program Desa Bebas Api berawal dari keprihatinan kelompok usaha Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL) atas kebakaran hutan dan kebakaran lahan yang terjadi setiap tahun.
Koordinator Desa Bebas Api, Anton Maryanto mengatakan, pada program FFVP ini setidaknya ada tiga tahapan. Yang pertama Masyarakat Peduli Api, kedua Desa Bebas Api dan tahapan terakhir adalah Desa Tangguh Api.
Kata Anton, pada tahap pertama, perusahaan akan memperkenalkan sekaligus mensosialisasikan apa itu bebas api di tengah-tengah masyarakat. Guna menjangkau seluruh masyarakat, mereka masuk pada kegiatan-kegiatan yang biasanya dihadiri orang banyak. "Dalam mensosialisasi bahaya kebakaran, kami masuk di kegiatan-kegiatan yang dihadiri banyak orang. Tak hanya itu, kita juga mensosialisasi bahaya kebakaran ini pada anak-anak sejak dini, yaitu mereka yang masih duduk di kelas 5 dan 6 sekolah dasar," kata Anton Maryanto, Sabtu (25/12/2021) siang.
Dijelaskan Anton lagi, pada tahap kedua, merupakan tahap penting dalam mengatasi kebakaran. Dimana, desa-desa yang telah terpilih, berhak menjadi peserta program Desa Bebas Api. Sistemnya, jika desa yang menjadi peserta program FFVP tidak mengalami Karhutla pada periode yang telah ditetapkan, Bulan Juli hingga Bulan Oktober, maka desa tersebut akan mendapat reward pembangunan senilai Rp100.000.000,00. Reward yang diberikan tidak berupa uang tunai, tetapi pembangunan yang merupakan keinginan dari masyarakat setempat.
"Jika kebakaran tetap terjadi, tapi masih di bawah 2 hektar, mereka tetap dapat reward. Nilainya hanya Rp50.000.000,00. Selain itu, juga ada bantuan alat pertanian untuk membuka lahan tanpa membakar," ujar Anton Maryanto.
Tahun 2021, kata Anton, ada 31 desa di tiga kabupaten, Siak, Kepulauan Meranti dan Pelalawan yang masih dibina. Ada yang masih berstatus Desa Bebas Api dan ada yang sudah berstatus Desa Tangguh Api.
Program ini, rewardnya nyata dan sudah dirasakan banyak desa. Untuk di Kepulauan Meranti, dari 10 desa yang mengikuti program Desa Bebas Api ini, sebagian besar pernah mendapat reward. Diantaranya, Bumi Asri dalam bentuk pembangunan di masjid, Desa Pelantai digunakan untuk membangun musala, Tanjung Padang pembangunan dwiker, Mekar Delima pembangunan Kubah Masjid, Kudap pembangunan jalan dan jembatan, Dedap semenisasi jalan dan drainase, Mayang Sari pembangunan Dermaga dan Posyandu, Teluk Belitung pembangunan Posyandu dan Sumur Bor dan Mekar Sari pembangunan Mushalla.
"Desa Lukit yang tidak pernah dapat selama program Desa Bebas Api berlangsung. Kalau dalam skala Riau, banyak desa yang berhasil dapat reward, baik yang Rp50 juta maupun yang Rp100 juta. Tapi ada juga yang zonk," beber Anton Maryanto.
Disampaikan Anton juga, reward pembangunan hanya diberikan selama dua tahun. Pada tahun ketiga dan keempat, tambah Anton, seluruh desa akan masuk pada tahap Desa Tangguh Api. Di tahap ini, tidak ada lagi reward yang diberikan. Hanya saja, dari perusahaan tetap akan menempatkan crew leader di seluruh desa yang tergabung dalam program Desa Bebas Api.
Crew leader ini bertugas membantu pemerintah untuk menjaga desa dari Karhutla. Crew Leader akan senantiasa patroli dan berkoordinasi dengan pihak desa, manggala agni, BPBD, serta TNI dan Polri.
Selain itu, Crew Leader tidak hanya mensosialisasi bahaya kebakaran, tetapi juga mengingatkan warga agar tidak melakukan ilegal loging, perburuan satwa liar dan kejahatan-kejahatan yang biasanya terjadi di hutan.
Diakui Anton, sejak program ini berjalan, memang masih ada kebakaran. Namun, telah terjadi penurunan, terutama di desa yang tergabung dalam program FFVP. Buktinya, banyak desa yang dulu sempat mengalami kebakaran, setelah dimasukkan dalam program FFVP, berhasil meraih reward, baik yang Rp100 juta maupun yang Rp50 juta.
"Tingkat kesadaran menjadi semakin tinggi. Jika terdeteksi kebakaran, warga dan pihak terkait langsung bahu membahu memadamkan api," ujarnya.
"Intinya, jika api cepat ditemukan, bisa pula cepat dipadam. Dengan begitu, kerugian makin sedikit. Yang jelas kita berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran," tambah Anton.
Oleh karena program ini sangat bermanfaat dan nyata akan pembangunan, landskapnya akan diperluas. Tahun 2022, rencananya program Desa Bebas Api akan menjangkau beberapa desa di dua kabupaten lain yaitu Kampar dan Pelalawan.
"Dengan begitu, program ini akan menjangkau 5 kabupaten," ujar Anton.
Penulis | : | Rizal |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Lingkungan, Riau |