Presiden AS Joe Biden meminta warga tak panik meski ada peningkatan kasus Omicron. (Foto: AFP/Saul Loeb)
|
(CAKAPLAH) - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengakui beberapa rumah sakit di negaranya dipenuhi oleh pasien kasus Covid-19. Namun, pihaknya secara umum siap untuk menghadapi lonjakan kasus terbaru dan meminta warga tak panik.
Hal itu dikatakannya dalam pertemuan virtual yang diselenggarakan oleh Gedung Putih dengan beberapa gubernur negara bagian dan penasihat kesehatan terkemuka, Senin (27/12).
Biden menekankan bahwa penyebaran cepat varian Omicron tidak akan berdampak sama dengan kasus awal Covid-19 pada 2020 dan varian Delta yang memicu lonjakan Covid-19 pada awal 2021.
"Omicron adalah sumber kekhawatiran, tetapi tidak boleh menjadi sumber kepanikan," katanya, dikutip dari AFP.
Pasalnya, kata dia, saat ini pengetesan tersedia secara luas, vaksinasi dilakukan secara massal, dan infeksi varian terbaru ini tidak menyebabkan dampak serius.
"Karena ada begitu banyak vaksinasi dan booster, kami tidak melihat peningkatan rawat inap sebanyak sebelumnya," klaim Biden, "Warga Amerika, AS telah membuat kemajuan. Segalanya menjadi lebih baik."
Namun, akunya, "dengan meningkatnya kasus, kami masih memiliki puluhan juta orang yang tidak divaksinasi dan kami melihat peningkatan [angka] rawat inap".
Menurut Biden, "rumah sakit di beberapa tempat akan dibanjiri baik dari segi peralatan maupun staf."
Biden juga mengakui peningkatan kapasitas pengetesan sejauh ini masih belum cukup.
"Melihat betapa sulitnya bagi sebagian orang untuk mendapatkan tes akhir pekan ini menunjukkan bahwa kami memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," katanya.
Selain memperluas lokasi pengetesan Covid-19 gratis, pemerintah mendorong lebih banyak perangkat pengujian di rumah. Pihaknya pun membeli 500 juta alat tes untuk didistribusikan ke rumah-rumah.
"Saat [pemerintahan] kami [mulai] menjabat tidak ada [pengetesan gratis]. Tidak ada. Sekarang kami punya delapan [merek beredar] di pasaran," sindir Biden.
"Itu tidak cukup. Itu jelas tidak cukup. Jika kami tahu, kami akan bekerja lebih keras, lebih cepat," sambungnya.
Amerika Serikat diketahui menjadi negara dengan jumlah korban pandemi tertinggi di dunia, dengan lebih dari 816.000 kematian dan 52 juta kasus positif Covid-19.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnnindonesia.com |
Kategori | : | Internasional |