Divisi Keputrian IPRY-KK menggelar nonton bareng dan diskusi di Asrama Datuk Tabano, Sekretariat IPRY-KK, Jalan Kentungan, Condong Catur, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (23/1/2022).
|
YOGYAKARTA (CAKAPLAH) - Divisi Keputrian Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta Komisariat Kabupaten Kampar (IPRY-KK) menggelar kegiatan nonton bareng dan diskusi di Asrama Datuk Tabano, Sekretariat IPRY-KK, Jalan Kentungan, Condong Catur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (23/1/2022).
Nobar dan diskusi ini mengangkat tema "Suara Perempuan dan Penyintas". Tampil sebagai moderator Ketua Sanggar Batobo Muhammad Ade Putra yang juga mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM).
Selain itu ada tiga orang pemantik pada kegiatan ini. Ketiganya adalah Ana Mariana Ulfa yang merupakan Ketua Serikat Perempuan Indonesia DIY, Indah Ariaty Putri, Kepala Depatemen Keputrian IPRY-KK dan Voppi Rosea Bulki sebagai Vice Mayor Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Riau.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan 11 komisariat kabupaten/kota se-Riau dan juga dihadiri oleh dua lembaga IPRY yaitu Aspura (Asrama Putra Riau) dan Aspuri (Asrama Putri Riau). Selain itu dihadiri oleh Ketua Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta Rafi Alfarisi.
Ketua IPRY-KK Sabaril Nopri kepada CAKAPLAH.com melalui ponselnya, Ahad (23/1/2022) sore mengatakan, tujuan acara ini adalah mamangkas gap pengetahuan antara laki-laki dan perempuan agar bisa mencari jalan keluar tentang kejamnya kekerasan seksual.
Ia menambahkan, setelah kegiatan nobar dan diskusi ini diharapkan mahasiswa/mahasiswi atau kaum laki-laki maupun perempuan pemahamannya tidak buram lagi tentang isu-isu kekerasan seksual yang menjadi salah satu isu terbesar di Indonesia pada saat ini.
"Disamping menambah pemahaman tentang terkait isu kekerasan seksual kami juga ingin berkumpulnya kawan-kawan dari organisasi lain agar tetap menjalin silaturahmi dan manjaga keharmonisan sesama masyarakat Riau," cakap Sabaril Nopri.
Ia menambahkan, sistem patriarki sangat kental di Indonesia. Di Kabupaten Kampar budaya dan norma-norma yang berlaku memposisikan laki-laki paling tinggi ketika mengambil keputusan.
"Ini menjadi bahan diskusi karena berbicara tentang partriarki kita akan selalu berbenturan dengan norma, budaya dan bahkan agama," ulas Sabaril Nopri.
Sementara itu, Ketua Perempuan Indonesia DIY Ana Mariana Ulfa menyampaikan, dalam penanganan isu pelecehan seksual, sebaiknya kita fokus pada pendukungan terhadap apa yang diinginkan oleh penyintas, bukan pada kejadian yang menimpanya.
Pemantik lainnya, Voppi Rosea Bulki dari Komahi UNRI menyampaikan, mulai saat ini kita perempuan harus bersama untuk menguatkan satu sama lain sehingga tidak ada satupun stigma yang bisa yang di benarkan untuk melecehkan kita dan menganggap perempuan lemah.
Sedangkan Indah Ariaty Kepala Departemen Keputrian IPRY-KK menuturkan, kekerasan seksual terhadap perempuan merupakan persoalan bersama tak terkhusus kaum perempuan saja.
"Maka dari itu problem ini merupakan tanggung jawab kita bersama di berbagai kalangan masyarakat Indonesia, agar tindakan pelecehan seksual ini dapat di cegah dan di tangani dengan tuntas,” kata Arianty.
Penulis | : | Akhir Yani |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Pendidikan, DI Yogyakarta, Kabupaten Kampar |