ROHUL (CAKAPLAH) - Bupati Rokan Hulu H Sukiman menyatakan tetap akan memberlakukan vaksinasi sebagai syarat bagi siswa yang ingin mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Bagi siswa yang belum divaksinasi nantinya hanya dapat mengikuti pembelajaran melalui daring atau online.
Pernyataan tersebut dikatakan Bupati Rokan Hulu H Sukiman, Kamis (3/2/2022) kepada CAKAPLAH.COM. Sukiman mengaku kebijakan ini merupakan langkah untuk mempercepat capaian vaksinasi anak di Rohul yang saat ini masih rendah.
Sukiman mengakui, salah satu penyebab masih rendahnya capaian vaksinasi anak di Rohul disebabkan karena banyaknya informasi hoax yang beredar di masyarakat seputar vaksin. Diakui bupati karena informasi yang tidak benar tersebut menyebabkan banyak orang tua yang tidak memberi izin kepada anak mereka untuk dilakukan vaksinasi.
"Vaksinasi ini adalah upaya pemerintah melindungi anak-anak kita dari paparan virus Covid-19. Jadi tidak benar itu informasi-informasi hoax soal vaksin yang katanya bisa buat sakit atau lain sebagainya. Tidak mungkin pemerintah itu akan mencelakai warganya," tegas Bupati.
Bupati menyatakan, kebijakan menerapkan vaksinasi sebagai syarat siswa mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) akan diberlakukan pada pekan depan.
"Saya sudah perintahkan kepada Kadisdikpora untuk membuat surat edaran kepada seluruh sekolah agar vaksinasi dijadikan sebagai syarat untuk digelarnya PTM dan itu paling lambat harus diberlakukan secepatnya minimal pekan depan," tegas Bupati.
Vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Rohul saat ini masih cukup rendah. Dari 68.306 target sasaran siswa yang bakal divaksinasi saat ini baru sebanyak 28.927 siswa yang sudah tervaksin atau 42 persen.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Rokan Hulu, juga sudah menyatakan bahwa vaksinasi anak aman dan sangat dianjurkan untuk mengeliminir potensi penularan pada anak terutama saat berinteraksi di Sekolah.
Menurut Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Rokan Hulu, Dr Arif Ismail,SpA menyatakan, vaksinasi Covid-19 sangat penting untuk melindungi anak-anak dari virus Covid-19 terutama disaat mereka berinteraksi dengan teman-teman tanpa dibarengi penerapan Protokol Kesehatan yang ketat.
"Ketika terdapat satu anak yang terpapar virus Covid-19 maka penyebaran virus akan sangat sulit dihindari. Salah satu contoh misalnya pada klaster SLTP Abdurrab di Pekanbaru. Begitu satu anak kena, 105 anak kena semuanya. Jika waktu itu anak divaksin semua, maka sifat herd Immunity akan mengeliminasi atau mematikan virus itu," cakap.
"Misal ada satu anak yang kena, anak itu menularkan ke kawannya, Kawannya sudah divaksin, maka virus itu akan dimatikan oleh kawan yang sudah divaksin tersebut sehingga virus itu tidak menular ke kawan-kawan lainnya," paparnya.
Terkait keamanan vaksin, Arif juga menyatakan bahwa vaksin yang digunakan untuk vaksinasi anak merupakan vaksin yang aman. Dimana, vaksin yang digunakan adalah vaksin Coronavach yang diproduksi di dalam negeri oleh Biofarma Bandung serta sudah mendapatkan lisensi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Vaksinasi anak usia 12 tahun keatas bagi SLTP dan SMA adalah bukti bahwa vaksinasi Covid-19 ini aman bagi anak. Hanya saja bagi siswa SD, mungkin banyak orang tua wali murid yang menilai itu tidak aman karena anak-anaknya masih kecil. Namun menurut saya, Kalau untuk keamanan vaksinasi yang digunakan untuk ini anak insyaAllah aman," tutupnya.
Penulis | : | Ari |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Pemerintahan, Pendidikan, Kabupaten Rokan Hulu |