Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Muhamad Nur.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Pertumbuhan aset bank umum di Riau pada triwulan IV 2021 terpantau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Muhamad Nur, Jumat (11/2/2022). Ia mengatakan pertumbuhan aset perbankan Riau pada Desember 2021 tercatat mengalami akselerasi sebesar 16 persen (yoy) dibandingkan November 2021 sebesar 14,27persen (yoy).
"Secara triwulan, kinerja aset bank umum pada triwulan IV 2021 tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,64 persen (yoy)," ujar Muhamad Nur, Jumat (11/2/2022).
Akselerasi tersebut didorong oleh pertumbuhan kredit bank umum (pangsa 18,34 persen) sebesar 7,20 persen (yoy) serta aset kantor (pangsa 19,01 persen) yang tumbuh 25,78 persen (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 20,94 persen (yoy).
Nur memaparkan, untuk kinerja Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Riau melanjutkan tren peningkatan dari 16,30 persen (yoy) pada November 2021 menjadi 19,47 persen (yoy) pada periode laporan.
"Secara triwulan, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari DPK pada triwulan III 2021 yang tumbuh sebesar 16,40 persen (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh kinerja DPK Giro (pangsa 16,94 persen) dan tabungan (pangsa 56,24 persen) yang masing-masing tumbuh 37,34 persen (yoy) dan 23,58 persen (yoy)," Cakapnya.
Ditinjau dari kepemilikannya, akselerasi kinerja DPK didorong oleh pertumbuhan DPK pemerintah dan perseorangan yang masing-masing tumbuh 35,02 persen (yoy) dan 16,12 persen (yoy) pada triwulan laporan. Jika dilihat dari breakdown nominalnya, peningkatan DPK perseorangan utamanya terjadi pada nasabah dengan kelompok nilai DPK 5 – 20 M dan > 20 M yang masing-masing tumbuh 20,75 persen (yoy) dan 26,39 persen (yoy) pada periode laporan.
Loan to deposit ratio (LDR) perbankan Riau Desember 2021 tercatat lebih tinggi pada level 70,93 persen didorong akselerasi kinerja DPK yang lebih tinggi dibandingkan akselerasi kredit.
"Meski pertumbuhan kredit meningkat, pertumbuhan DPK yang lebih tinggi menyebabkan LDR semakin longgar pada triwulan laporan," ungkapnya.
Sementara itu, Kinerja penyaluran kredit bank umum Riau pada triwulan IV 2021 terpantau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perbaikan intermediasi perbankan terpantau merata pada kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi.
Aktivitas perekonomian yang terus membaik mendorong perbaikan persepsi risiko perbankan, sehingga berdampak positif terhadap kinerja penyaluran kredit.
Intermediasi perbankan terpantau terus membaik dengan pertumbuhan kredit yang meningkat sebesar 7,20 persen (yoy) pada triwulan IV 2021 (posisi Desember) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 5,98 persen (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, kinerja kredit berdasarkan lokasi proyek (lokpro) juga tercatat meningkat dari 0,90 perswen (yoy) menjadi 3,96 persen (yoy).
"Secara triwulanan, kinerja kredit lokpro pada triwulan IV 2021 naik signifikan setelah terkontraksi -4,94 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya," kata Nur.
Perbaikan kinerja kredit terjadi secara merata pada kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi yang masing-masing tumbuh sebesar 2,28 persen (yoy), 9,75 persen (yoy) dan -1,40 persen (yoy).
Permintaan kredit dari sisi korporasi terindikasi semakin meningkat, sementara dari sisi penawaran aktivitas ekonomi yang masih menggeliat mendorong perbankan menurunkan standar penyaluran kredit terutama pada sektor-sektor prioritas seiring dengan menurunnya persepsi risiko kredit.
Berdasarkan sektornya, perbaikan kinerja penyaluran kredit terjadi di seluruh sektor usaha utama. Sektor pertanian melanjutkan perbaikan kinerja penyaluran kredit dengan pertumbuhan sebesar 13,21 persen (yoy) pada triwulan IV 2021 dari 0,72 persen (yoy) pada triwulan III 2021.
"Hal serupa juga terjadi pada sektor industri pengolahan yang tumbuh 0,77 persen (yoy) setelah terkontraksi cukup dalam 28,80 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya," tukasnya.
Perkembangan positif dari penyaluran kredit, disertai dengan tingkat risiko yang masih terkendali. Rasio Kredit Bermasalah (Non-Performing Loan) pada periode laporan terpantau menurun dibanding periode sebelumnya yaitu sebesar 1,62 persen.