Hasrul Sani Siregar MA
|
Dalam beberapa pekan yang lalu, Tun Mahathir Mohamad mengkritik cara kerja mantan Gubernur Bank Sentral Malaysia, Muhammad Ibrahim yang diduga menyalahgunakan keuangan negara selama menjabat Gubernur Bank Sentral Malaysia. Setelah dinyatakan sembuh dari penyakit jantungnya, Tun Mahathir Mohamad seperti diberitakan oleh media tempatan (Malaysia) mulai memberikan pernyataan mengenai tindakan korupsi oleh beberapa mantan pejabat dalam Pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak. Sebelumnya, Tun Mahathir Mohamad mengkritik keras mantan Perdana Menteri Najib Razak melakukan korupsi dalam skandal 1MDB (1 Malaysia Development Berhad). 1MDB merupakan perusahaan investasi di bawah pengawasan pemerintah Malaysia. Puluhan triliun rupiah uang rakyat Malaysia diduga disalahgunakan oleh manajemen 1MDB. Nama Najib Razak disebut-sebut terlibat dalam skandal 1 MDB tersebut. Tun Mahathir Mohamad sangat keras mengkritik penyalahgunaan perusahaan tersebut. Dengan beberapa komentar dan kritikan Tun Mahathir Mohamad tersebut mengindikasikan bahwa beliau tidak meninggalkan sepenuhnya perpolitikan di Malaysia.
Tulisan ini mencoba memprediksi kembalinya Tun Mahathir Mohamad dalam perpolitikan di Malaysia diamati dari peryataan-peryataan beliau. Dalam konferensi Pers belum lama ini, Tun Mahathir Mohamad mengatakan bahwa saya siap kembali menjadi Perdana Menteri untuk yang ke-3 kalinya jika suara di Parlemen mendukung saya. Tun Mahathir Mohamad menyebut koalisi yaitu koalisi pemerintahan persatuan. Seperti diberitakan oleh South China Morning Post, Tun Mahathir Mohamad memperkenalkan koalisinya sebagai pemerintahan persatuan seraya mengatakan bahwa kesiapannya menjadi Perdana Menteri (PM) kembali. "Anda bisa menyebutnya 'pemerintahan persatuan” jika Anda mau. Kalau saya punya cukup suara, saya tidak keberatan jadi Perdana Menteri," demikian kata Mahathir Mohamad. Mahathir is Back?
Tidak dapat dinafikan lagi bahwa Tun Mahathir Mohamad seorang tokoh yang berpengaruh dalam perpolitikan di Malaysia. Beliau cukup lama di partai UMNO yang akhirnya beliau keluar dari UMNO yang sudah membesarkan beliau dan sebagai kendaran politik beliau. Tun Mahathir Mohamad sebagai seorang tokoh yang disegani di UMNO memilih keluar dari partai tersebut yang telah dia besarkan dan membawa partai tersebut menjadi partai yang sangat berpengaruh dan berkuasa di Malaysia untuk beberapa tahun. Sebagaimana diketahui partai UMNO mengetuai koalisi Barisan Nasional (BN) yang mana koalisi Barisan Nasional tersebut juga menguasai sebagian besar kursi parlemen dan pemerintahan ketika Tun Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia. Oleh sebab itu, membicarakan UMNO tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dan peran dari seorang tokoh yang bernama Tun Mahathir Mohamad tersebut.
Peran dan pengaruh dari seorang tokoh yang bernama Tun Mahathir Mohamad dalam UMNO tidak diragukan lagi. Perjuangan yang dilakukan beliau dalam membesarkan UMNO telah dirasakan oleh beberapa juniornya seperti halnya Abdullah Ahmad Badawi, Najib Razak dan Datuk Seri Anwar Ibrahim yang saat ini sebagai Presiden Partai Keadilan Rakyat yang juga sebagai pemimpin oposisi Malaysia yang dinamakan sebagai koalisi Pakatan Rakyat. Kekecewaan Tun Mahathir Mohamad terhadap Perdana Menteri Malaysia saat dipimpin oleh Najib Razak membuat beliau keluar dari UMNO yang lebih kurang 23 tahun beliau bergabung dalam partai tersebut. Keluarnya Tun Mahathir Mohamad tersebut merupakan kali ke-2 dalam UMNO.
Keluarnya Tun Mahathir Mohamad dari UMNO bukanlah pertama kalinya beliau lakukan. Ketika Perdana Menteri, Abdullah Ahmad Badawi berkuasa, Tun Mahathir juga keluar dari UMNO tepatnya tahun 2008. Penyebabnya adalah kekecewaan Tun Mahathir Mohamad terhadap kepemimpinan Perdana Menteri Malaysia saat itu, Abdullah Ahmad Badawi yang merasa tidak mampu mempertahankan kursi di Parlemen. UMNO kehilangan kursi mayoritas 2/3 di Parlemen untuk pertama kalinya yang direbut oleh pihak oposisi pimpinan mantan Timbalan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim. Pada Pilihanraya (pemilu) tahun 2008, koalisi Barisan Nasional pimpinan UMNO kehilangan kursi mayoritas.
Pihak oposisi meraih 82 kursi dari 222 kursi Parlemen yang tersedia. Sejak koalisi Barisan Nasional berkuasa hampir 50 tahun, baru pertama kali, koalisi Barisan Nasional kehilangan mayoritas di Parlemen dan Dewan Undangan Negeri (DUN). Tun Mahathir Mohamad, bekas mentornya Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi merasa kecewa atas kehilangan mayoritas kursi Parlemen tersebut. Akhirnya Tun Mahathir Mohamad menyatakan keluar dari UMNO yang telah dia besarkan selama 23 tahun sejak dia berkuasa sebagai Perdana Menteri Malaysia maupun sebagai Presiden UMNO tahun 1981. Sejarah terulang kembali di masa pemerintahan Perdana Menteri Malaysia saat dipimpin oleh Najib Razak, yang mana beliau keluar dari UMNO untuk kedua kalinya. Keluarnya Tun Mahathir Mohamad dari UMNO tentu berpengaruh terhadap partai tersebut.
Partai UMNO masa lalu Tun Mahathir Mohamad?
Tun Mahathir Mohamad yang telah lama bergabung dalam politik UMNO telah 2 kali keluar dari partai tersebut. Pertama; ketika dibawah pemerintahan Perdana Menteri Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi dan kedua, dibawah pemerintahan Najib Razak. Oleh sebab itu, Partai UMNO bagi Tun Mahathir Mohamad adalah masa lalu dan sangat keras mengkritik pememimpinan partai tersebut. Sebagai partai politik terbesar dalam koalisi Barisan Nasional, Partai UMNO (United Malays National Organization) telah memainkan peran yang cukup penting dalam sejarah perpolitikan di Malaysia dari awal pembentukannya hingga Malaysia mencapai kemerdekaannya pada 31 Agustus 1957. Partai UMNO sendiri terbentuk pada tanggal 11 Mei 1946, jauh sebelum Malaya (baca:Malaysia) merdeka pada 31 Agustus 1957.
Partai UMNO merupakan partai yang awal berdirinya adalah gabungan dari beberapa assosiasi dan komunitas Melayu serta dari beberapa partai politik berbasis Melayu. Tujuan awal dari pembentukan UMNO adalah sebagai menentang pembentukan kesatuan Malaya (The Malayan Union) yang merupakan bentukan dari koloni Inggris di tanah Semenanjung. Sejak awal perjuangannya, UMNO adalah anti terhadap koloni Inggris. Pendirian kesatuan Malaya oleh koloni Inggris (The British Kolonialis) bertujuan ingin menguasai dan membentuk satu Pemerintahan Sentralistik yang terdiri dari 9 Negara Federasi dan 2 Negara Bagian Selat yaitu Penang dan Malaka, sedangkan Singapura (Tumasek) tidak dimasukkan dalam kesatuan Malaya. Faktor utama dari ketidaksetujuan UMNO terhadap pembentukan kesatuan Malaya lebih didasarkan kepada ketidakseimbangan komposisi jumlah penduduk Melayu dan non Melayu, padahal Melayu merupakan mayoritas dari jumlah penduduk Semenanjung di awal pembentukan Semenanjung Malaya.
Penulis | : | Hasrul Sani Siregar MA (Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau, Alumni IKMAS UKM, Malaysia) |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |