Dr. Biryanto
|
Persatuan bangsa merupakan nilai kebangsaan yang bersumber dari salah satu konsensus dasar bangsa Indonesia yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut Lemhannas (2019) persatuan bangsa dalam arti luas diartikan sebagai ikatan dari beragam suku bangsa yang menyatukan dirinya ke dalam sebuah ikatan bangsa Indonesia yang didasarkan oleh kesadaran, niat, dan kehendak secara bersama guna memperjuangkan hak hidupnya untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan bangsa menurut definisi tersebut menunjukkan keeratan dari semua komponen bangsa untuk bersama-sama mencapai tujuan bersama.
Pentingnya persatuan bangsa bersifat mutlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa persatuan bangsa tidak mungkin dapat dilaksanakan pembangunan yang merupakan bagian dari cita-cita dan tujuan nasional. Konsep cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia itu sendiri termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Cita-cita nasional bangsa Indonesia adalah terwujudnya Negara Indonesia yang yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, sedangkan tujuan nasional adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Mengingat pentingnya persatuan bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta adanya potensi ancaman yang berasal dari luar dan dalam terhadap keutuhan kedaulatan NKRI, maka sangat perlu dirumuskan strategi penguatan nilai persatuan bangsa. Berikut lima strategi yang dapat dilakukan untuk penguatan persatuan bangsa, yaitu: pertama, pemimpin sebagai pemersatu bangsa. Seorang pemimpin adalah figur yang menjadi teladan bagi pengikutnya. Pemimpin bangsa yang mampu dan senantiasa mengomunikasikan persatuan bangsa tentu akan sangat efektif dalam menjaga nilai persatuan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah telah membuktikan bagaimana kekuatan seorang pemimpin memiliki daya pengaruh yang luar biasa terhadap pengikutnya. Sebut saja Bung Tomo yang mampu membakar semangat juang rakyat Surabaya untuk bersatu dan berperang melawan penjajah. Begitu juga dengan Bung Karno dengan pidato-pidatonya yang dahsyat dan terbukti mampu membangkitkan semangat nasionalisme seluruh rakyat Indonesia. Kedua contoh itu memberikan pelajaran kepada kita betapa kuatnya pengaruh seorang pemimpin dalam memengaruhi dan mempererat persatuan bangsa.
Kedua, pendidik sebagai sumber belajar, fasilitator, dan motivator. Seorang pendidik tidak hanya yang berkaitan dengan lingkup pendidikan formal dan norformal seperti guru, dosen, widyaiswara, dan instruktur, tetapi juga pada lingkup informal seperti tokoh masyarakat dan ulama. Peran pendidik sebagai sumber belajar sangat menentukan cara pandang dan berpikir peserta didiknya terhadap persatuan bangsa. Disinilah peran penting yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik dengan memberikan materi pembelajaran yang efektif terhadap nilai persatuan bangsa. Terlebih saat ini informasi begitu cepat dan bebas diakses oleh setiap orang yang kadangkala informasi tersebut belum tentu kebenarannya.
Peran penting pendidik lainnya adalah menjadi fasilitator dan motivator yang handal bagi peserta didik. Peran tersebut menjadi sangat vital seiring dengan arus globalisasi yang telah membawa kita pada era VUCA yaitu Volatility (perubahan yang cepat), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (banyak faktor yang berpengaruh), dan Ambigutity (kondisi yang membingungkan). Pendidik sebagai fasilitator dapat menjembatani permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik, khususnya terkait dengan VUCA dan pemahaman nilai persatuan bangsa. Pendidik sebagai motivator juga berperan penting dalam mendorong semangat dan penguatan terhadap nilai persatuan bangsa bagi semua peserta didik.
Ketiga, inovasi pembelajaran persatuan bangsa. Saat ini desain pembelajaran persatuan bangsa masih banyak menggunakan pendekatan pedagogi dan andragogi. Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi saat ini, sangat perlu dilakukan inovasi desain pembelajaran, yang salah satunya adalah dengan mengombinasikan pembelajaran dengan pendekatan heutagogi. Menurut Hase dan Kenyon (2007) heutagogi merupakan pola pembelajaran mandiri yang menerapkan pendekatan holistik yang memposisikan peserta didik sebagai agen utama dalam pembelajaran mereka sendiri dan menekankan pada pengalaman yang mereka alami.
Menurut Hotimah et.al (2020) pembelajaran dengan pendekatan heutagogi di era society 5.0, peserta didik memiliki otonomi penuh untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi dirinya. Selain penggunaan pendekatan heutagogi tersebut, inovasi pembelajaran dapat dilakukan dengan menyusun modul pembelajaran atraktif, sehingga materi mudah dipahami. Materi pembelajaran atraktif berfokus pada ilustrasi sederhana namun menyentuh langsung dengan kehidupan masyarakat. Inovasi yang terakhir adalah desain pembelajaran yang interaktif dengan pemanfaatan media digital sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih menarik.
Keempat, optimalisasi pemanfaatan media komunikasi. Luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ribuan pulau yang dimilikinya, menyebabkan perlunya strategi yang efektif dalam penguatan nilai persatuan bangsa. Pendekatan tatap muka atau pola klasikal yang selama ini dilakukan cenderung memperlambat proses penyebaran pesan persatuan bangsa. Terkait dengan hal tersebut sangat diperlukan optimalisasi pemanfaatan media komunikasi anti-mainstream yaitu media kreatif seperti media sosial yang dapat dengan cepat dan memiliki daya jangkau yang luas diterima oleh publik. Penggunaan media anti-mainstream ini dalam penguatan persatuan bangsa bersifat strategis karena adanya komunikasi dua arah, sehingga pesan yang disampaikan dapat dikonfirmasi.
Strategi lain yang dapat digunakan melalui pemanfaatan media komunikasi adalah dengan menerapkan teori agenda setting dan framing. Melalui penerapan agenda setting akan memunculkan kesadaran masyarakat (public awareness) terhadap pentingnya persatuan bangsa, dengan mengangkat topik persatuan bangsa dan menjadikan topik tersebut sebagai isu yang penting untuk dibahas dan dipahami masyarakat. Media juga dapat melakukan framing atau pembingkaian yaitu mengemas informasi untuk memengaruhi opini publik terhadap pentingnya persatuan bangsa.
Kelima, peran Lembaga Kemasyarakatan Desa/ Kelurahan (LKD). Lembaga ini merupakan wadah partisipasi masyarakat sekaligus sebagai mitra Pemerintah Desa/ kelurahan dengan tugas melakukan pemberdayaan masyarakat; ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; dan meningkatkan pelayanan masyarakat Desa, sedangkan salah satu fungsinya adalah menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat (Permendagri Nomor 18 Tahun 2018). Lembaga ini ada di seluruh Desa/ kelurahan di Indonesia, sehingga sangat perlu dioptimalkan perannya dalam meningkatkan persatuan bangsa.
Sebagai lembaga yang memiliki daya jangkau yang jauh hingga di pelosok negeri dan merata di seluruh tanah air, lembaga ini jelas memiliki potensi besar dalam membantu penguatan nilai persatuan bangsa bagi seluruh elemem masyarakat. Selama ini LKD memang lebih banyak berfungsi pada urusan administratif dan kependudukan, sehingga perannya lebih bersifat seremonial. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemerintah perlu mempersiapkan sumber daya manusia yang ada di LKD ini untuk dapat berperan aktif dengan pendekatan humanis guna memasyarakatkan nilai persatuan bangsa.
Sebagai penutup, persatuan bangsa merupakan nilai yang sangat penting untuk dipahami dan dimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai Persatuan bangsa sendiri merupakan pondasi keberadaan NKRI guna mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Lima strategi yang telah dibahas dalam tulisan ini secara ringkas merupakan pemikiran penulis dalam rangka turut berkontribusi untuk penguatan nilai persatuan bangsa. Sebagai negara yang besar dan majemuk, upaya penguatan nilai persatuan bangsa ini tentunya harus terus dilakukan secara berkelanjutan dengan mengoptimalkan semua sumber daya yang ada, sehingga nilai persatuan bangsa dapat terus terjaga dan terpelihara.
Penulis | : | Dr. Biryanto (Senior Trainer BPSDM Provinsi Riau) |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |