Rara Istiati bertugas sejak sebelum balapan MotoGP Mandalika. FOTO: AFP/SONNY TUMBELAKA
|
(CAKAPLAH) - Aksi pawang hujan di balapan internasional menuai perhatian publik karena dianggap berhasil menghentikan turunnya air. Dalam tinjauan sains, terdapat faktor lain yang menyebabkan fenomena alam ini akan berhenti.
Hujan terbentuk dari kondensasi uap air yang terus berlangsung di udara. Titik-titik air yang membentuk awan akan membentuk partikel yang lebih besar lalu jatuh ke permukaan bumi. Jatuhnya kumpulan partikel inilah yang disebut hujan, dikutip dari buku Ilmu Pengetahuan Alam oleh Tia Mutiara dkk.
Kondisi cuaca sendiri dapat diprediksi menggunakan sejumlah instrumen meteorologi. Salah satunya adalah anemometer. Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin yang banyak digunakan oleh stasiun prakiraan cuaca.
Sementara itu, curah hujan dapat diukur menggunakan penakar hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI menggunakan penakar hujan jenis Hellman. Alat ini dipakai di stasiun pengamatan udara permukaan.
Penyebab hujan berhenti menurut sains
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, BMKG sebelumnya telah memprakirakan akan terjadi hujan di Mandalika dengan intensitas ringan hingga lebat pada 17-20 Maret 2022. Hal ini terjadi karena adanya bibit siklon tropis 93F.
"Kalau kita lihat fenomenanya sejak tanggal 17, 18, 19 sudah diprakirakan BMKG, bahwa di Mandalika akan terjadi hujan dengan intensitas ringan sampai lebat. Kemudian tanggal 20 diprakirakan juga hujan lebat disertai badai petir," ujar Guswanto dikutip dari detikNews, Selasa (22/3/2022).
Ia menjelaskan, hujan berhenti karena faktor durasi hujan yang sudah selesai. Saat di perhelatan MotoGP Mandalika lalu, kebetulan durasi hujan selesai saat pawang hujan bekerja.
"Waktu berhentinya itu bukan karena pawang hujan, karena durasi waktunya sudah selesai. Kalau dilihat prakiraan lengkap di tanggal itu memang selesai di jam itu. Kira-kira jam 16.15 itu sudah selesai," ujarnya.
Guswanto menyebut peran pawang dalam menghentikan hujan sulit dibuktikan secara ilmiah. Dia menyebutnya sebagai kearifan lokal.
"Ya sebenarnya kalau dilihat pawang hujan itu adalah suatu kearifan lokal yang dimiliki masyarakat. Secara saintis itu sulit untuk dijelaskan," katanya.
Editor | : | Yusni |
Sumber | : | Detik.com |
Kategori | : | Nasional, Lingkungan |