BENGKALIS (CAKAPLAH) - Secara nasional, Pemerintah masih dihadapkan pada tiga masalah kesehatan (triple burden) yang menjadi tantangan pembangunan kesehatan Indonesia. Ketiga masalah kesehatan ini mencakup masih tingginya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular, dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali.
Tentu saja, triple burden ini tidak hanya menjadi persoalan di tingkat pusat, melainkan juga di daerah, tak terkecuali Kabupaten Bengkalis. Sebagai contoh, kasus TB, sejak 2018 hingga 2020, Kabupaten Bengkalis berhasil memenuhi success rate TB sesuai dengan target nasional. Kecuali 2019 dimana success rate TB di bawah target nasional. Success rate adalah jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan. Angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan lengkap semua kasus.
Walau success rate sudah mencapai target nasional, tapi masih ditemukan kasus-kasus positif TB yang cukup tinggi. Sebut saja pada tahun 2020 dari 2.260 suspek yang diperiksa, sebanyak 720 kasus positif. Kemudian, pada tahun 2021, dari 2060 suspek yang diperiksa, sebanyak 691 kasus positif. Tingginya kasus baru ini tentu saja membutuhkan penanganan yang lebih intensif agar tidak semakin berkembang dan bisa mengurangi capaian success rate.
Di luar penyakit menular, Kabupaten Bengkalis juga dihadapkan dengan persoalan kasus-kasus penyakit tidak menular (PTM) yang belum semuanya terlayani. Hal ini dapat dilihat dari capaian SPM (Standar Pelayanan Minimum) yang rendah. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, capaian SPM pada tahun 2021 hanya sebesar 26 persen. Data diperoleh dari skrining kesehatan warga negara usia produktif 15-59 tahun.
Begitupun kalau dilihat berdasarkan pendekatan beberapa jenis penyakit, capaian SPM-nya juga masih rendah. Sebagai contoh, untuk penderita hipertensi, capaian SPM tahun 2021 sebesar 46,5 persen. Angka ini diperoleh dari Jumlah penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang mendapatkan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan estimasi penderita hipertensi usia ≥15 tahun berdasarkan angka prevalensi. Namun demikian, angka SPM ini lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2020 yang hanya sebesar 28,1 persen.
Di samping itu, untuk beberapa penyakit sudah memenuhi SPM sesuai target nasional seperti diabetes dan ODGJ.
Keterlibatan Semua Pihak
Guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tentu tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan selaku leading sector. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Irawadi mengatakan, dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan derajat kesehatan. Selain menerapkan pola hidup sehat, yang tak kalah pentingnya adalah melakukan skrining khususnya penyakit tidak menular atau PTM.
Saat ini, sudah ada Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM di seluruh desa se-Kabupaten Bengkalis yang melayani skrining PTM. Kegiatan ini meliputi wawancara, pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar perut, pemeriksaan indera penglihatan dan pendengaran, kemudian memeriksakan tekanan darah, kadar glukosa, kadar kolesterol, serta konseling dan edukasi.
“Posbindu ini merupakan kerja sama antara Puskesmas dengan Pemerintah Desa. Melalui Posbindu, maka masyarakat bisa mengetahui secara dini derajat kesehatan mereka, serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan kalau dari hasil pemeriksaan ini, diketahui adanya gangguan kesehatan,” kata Irawadi seraya menambahkan total Posbindu di Kabupaten Bengkalis sebanyak 154 unit yang tersebar di 11 kecamatan.
Selain pentingnya keterlibatan masyarakat dan pihak terkait, kurang optimalnya capaian SPM, menurut Irawadi juga terkait dengan alokasi anggaran yang belum memadai untuk menunjang kegiatan. Ditambah dengan dengan kondisi Covid-19 yang mewabah dalam 2 tahun terakhir.
Pentingnya Posbindu sebagai tempat untuk mendeteksi dini faktor resiko PTM diakui oleh sejumlah kepala desa. Seperti Kepala Desa Resam Lapis Kecamatan Bantan, Junaidi mengungkapkan, dengan adanya Posbindu maka masyarakat umur di atas 15 tahun bisa mengetahui kondisi kesehatan mereka. Hanya saja, masyarakat yang memanfaatkan fasilitas Posbindu masih rendah, terutama yang masih berusia muda.
“Kalau orang tua-tua rajin, mungkin karena faktor resiko ya, semakin berumur semakin rentan dengan penyakit. Tapi kalau yang muda-muda sedikit sekali yang mau memanfaatkan Posbindu,” katanya.
Hal senada diungkapkan Kepala Desa Batang Duku, Safri. Meski desanya tergolong masih muda, karena berasal dari pemekaran desa induk. Namun aktifitas pelayanan kesehatan dasar di Posbindu sudah berlangsung rutin.
“Dalam sebulan sekali petugas Puskesmas datang ke sini untuk memeriksa kesehatan masyarakat. Saya pikir ini cukup bagus dan perlu ditingkatkan lagi agar masyarakat benar-benar merasakan manfaat dari Posbindu,” ujar Safri.
Pengendalian penyakit, khususnya PTM seperti dalam bentuk penerapan KTR, perilaku CERDIK (Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin melakukan aktivitas fisik/ olahraga, Diet yang sehat dan berimbang, Istirahat yang cukup dan Kendalikan stress) serta deteksi dini faktor resiko PTM melalui Posbindu PTM merupakan tanggungjawab seluruh komponen.
Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program ini. Secara tidak langsung, upaya saling peduli dalam pengendalian penyakit baik menular maupun tidak menular, merupakan bentuk dukungan terhadap salah satu dari 8 program unggulan Kabupaten Bengkalis dibawah kepemimpinan Kasmarni dan Bagus Santoso, yaitu jaminan sosial dan kesehatan total bagi masyarakat Kabupaten Bengkalis.
Penulis | : | Agustiawan |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Pemerintahan, Kabupaten Bengkalis |