PEKANBARU (CAKAPLAH) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mulai melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) guna mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau.
Operasi tersebut diresmikan di Lanud Rosemin Nurjadin, Pekanbaru dengan diterbangkannya 800 kilogram garam di wilayah Siak dan Pelalawan pada Kamis (14/4/2022).
Direktur Penguatan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Salim Mustofa mengatakan, Pulau Sumatera khususnya Provinsi Riau merupakan daerah yang rawan terkena bencana kabut asap.
Kata Salim, selain merusak keanekaragaman dan ekosistem hutan, dampak negatif Karhutla lainnya yaitu terganggunya transportasi udara serta lumpuhnya aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.
"Oleh karena itu perlu diambil langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi risiko dari karhutla dan kemunculan titik hotspot di Riau. Upaya TMC sudah terbukti untuk mengitimigasi bencana karhutla di berbagai daerah," terangnya.
Ia menjelaskan, upaya TMC dalam dua tahun belakangan dilaksanakan berdasarkan Inpres No 3 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan Kebakaran Hutan yang menjadi tanggung jawab BRIN.
Untuk sementara ini, BRIN menyiapkan 20 ton bahan semai NaCl powder untuk rencana pelaksanaan 15 hari operasi TMC di Riau.
"Pelaksanaan TMC di Provinsi Riau dilaksanakan melalui laboratorium pengelolaan teknologi modifikasi cuaca, atas permintaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang turut menggandeng PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) untuk ikut mendanai upaya TMC ini," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud Roesmin Nurjadin, Letkol Pnb Asri Efendi Rangkuti menyatakan upaya TMC ini dilakukan dengan pesawat Cassa 212 yang dapat mengangkut 800 kilogram garam dalam sekali semai.
"TMC merupakan senjata paling ampuh meningkatkan curah hujan sekitar 20 persen, sehingga menjadi solusi mencegah karhutla. Paling tidak untuk membantu pembasahan lahan gambut agar tidak mudah terbakar," ucap Asri.
Untung mendukung operasi TMC, Asri mengungkapkan puluhan personil TNI personel dan krew pesawat CN dikerahkan dalam operasi ini.
Dijelaskan Asri, TMC adalah upaya intervensi manusia pada awan untuk memproses awan untuk terjadinya hujan lebih cepat dibandingkan dengan proses alami.
Namun tidak dapat diartikan sebagai pekerjaan membuat hujan karena teknologi ini berupaya untuk meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan.
"Operasi ini tidak lepas dari ketersediaan yang diberikan alam, artinya jika awannya banyak maka akan dapat meningkubasi banyak. Otomatis hujan juga banyak," pungkasnya.
Bersamaan dengan TMC, terdapat pula berbagai upaya penanganan karhutla dari berbagai pihak, termasuk PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang menyumbang 20 sorti garam dalam operasi TMC.
Penulis | : | Bintang |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Peristiwa, Lingkungan, Riau |