Kandidat presiden sentris dan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Foto: AP/Ludovic Marin/Pool AFP
|
(CAKAPLAH) - Presiden pejawat Prancis Emmanuel Macron mengalahkan saingan dari kelompok sayap kanan Marine Le Pen pada Ahad (24/4/2022). Pendukungnya bersorak gembira saat hasil penghitungan suara muncul di layar raksasa di taman Champ de Mars dekat menara Eiffel.
Jajak pendapat menunjukkan 58,5 persen suara partisipan pemilih mendukung Macron. Meski begitu, dia mengaku dalam pidato kemenangan, keberhasilannya dalam memenangkan kontes politik ini karena untuk menjauhkan Le Pen dari kursi presiden. Dia pun berjanji untuk mengatasi perasaan banyak orang Prancis bahwa standar hidup di negara itu sedang jatuh.
"Banyak orang di negara ini memilih saya bukan karena mereka mendukung ide-ide saya, tetapi untuk menghindari ide-ide sayap kanan. Saya ingin berterima kasih kepada mereka dan tahu bahwa saya berutang budi kepada mereka di tahun-tahun mendatang," kata Macron.
"Tidak seorang pun di Prancis akan ditinggalkan di pinggir jalan," katanya dalam pesan yang telah disebarkan oleh para menteri senior yang berkeliling di stasiun televisi Prancis.
Le Pen dalam beberapa kesempatan telah membuntuti Macron hanya dengan beberapa poin di belakang dalam jajak pendapat. Dia pun dengan cepat mengakui kekalahan, tetapi bersumpah untuk terus berjuang dengan pemilihan parlemen pada Juni.
"Saya tidak akan pernah meninggalkan Prancis," katanya kepada para pendukung yang meneriakkan "Marine! Marine!"
Selama kampanye, Le Pen memperhatikan kenaikan biaya hidup dengan gaya Macron yang terkadang kasar sebagai beberapa titik terlemahnya. Calon presiden perempuan itu menjanjikan pemotongan tajam untuk pajak bahan bakar, pajak penjualan nol persen untuk barang-barang penting dari pasta hingga popok, pembebasan pendapatan untuk pekerja muda, dan sikap French first pada pekerjaan dan kesejahteraan.
"Saya terkejut melihat bahwa mayoritas orang Prancis ingin memilih kembali seorang presiden yang memandang rendah mereka selama lima tahun," kata manajer proyek berusia 27 tahun Adrien Caligiuri di rapat umum Le Pen.
Kekecewaan terhadap Macron tercermin dalam tingkat abstain yang diperkirakan akan mencapai di sekitar 28 persen. Jumlah tersebut menjadi yang tertinggi sejak 1969.
Jajak pendapat awal menunjukkan suara itu terbagi tajam baik berdasarkan usia dan status sosial-ekonomi. Jajak pendapat Elabe menunjukkan, sebanyak dua pertiga suara kelas pekerja mendukung Le Pen. Sementara proporsi yang sama dari eksekutif kerah putih dan pensiunan mendukung Macron. Macron memenangkan sekitar 59 persen suara oleh anak muda berusia 18-24 tahun dengan suara yang hampir terbagi rata dalam kategori usia lainnya.
Gangguan selama dua tahun akibat pandemi dan melonjaknya harga energi yang diperparah oleh perang Ukraina melambungkan masalah ekonomi dalam masa kampanye pemilihan presiden. Kenaikan biaya hidup telah menjadi beban yang menanjak bagi kelompok termiskin di negara itu.
"Dia perlu lebih dekat dengan orang-orang dan mendengarkan mereka," kata pekerja penjualan digital Virginie pada pertemuan kemenangan Macron.
Macron dapat mengharapkan sedikit atau tidak ada masa tenggang di negara yang perpecahan politiknya telah terungkap melalui pemilihan umum dengan partai-partai radikal mendapat perolehan suara cukup baik.
"Akan ada kesinambungan dalam kebijakan pemerintah karena presiden telah dipilih kembali. Tapi kami juga mendengar pesan rakyat Prancis," kata Menteri Kesehatan Olivier Veran.
Kemenangan Macron di luar Prancis, dipuji sebagai penangguhan hukuman untuk politik arus utama yang diguncang dalam beberapa tahun terakhir. Keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, pemilihan Donald Trump 2016, dan kebangkitan generasi baru pemimpin nasionalis menjadi tantangan bagi negara itu.
"Bravo Emmanuel. Dalam periode yang bergejolak ini, kita membutuhkan Eropa yang solid dan Prancis yang benar-benar berkomitmen untuk Uni Eropa yang lebih berdaulat dan lebih strategis," ujar Presiden Dewan Eropa Charles Michel di Twitter.
"Pasar keuangan akan bernapas lega secara kolektif setelah kemenangan pemilihan Macron," kata Kepala Strategi di Principal Global Investors Seema Shah.
Tapi, nasib Macron sekarang akan tergantung pada pemilihan parlemen yang akan datang. Le Pen menginginkan aliansi nasionalis dalam sebuah langkah yang meningkatkan kemungkinan bekerja dengan saingan sayap kanan seperti Eric Zemmour dan keponakannya, Marion Marechal.
Jean-Luc Melenchon yang berhaluan keras, yang sejauh ini muncul sebagai kekuatan terkuat di kiri politik Prancis, mengatakan bahwa dia layak menjadi perdana menteri. Permintaan ini akan memaksa Macron melakukan kerja sama yang canggung dan rawan kebuntuan.
"Melenchon sebagai perdana menteri. Itu akan menyenangkan. Macron akan marah, tapi itu intinya," kata direktur teknis di teater Paris Philippe Lagrue yang memilih Macron di putaran kedua setelah mendukung Melenchon di putaran pertama.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Republika.co.id |
Kategori | : | Internasional |