Tidak terasa dalam hitungan beberapa jam lagi bulan Ramadan tahun ini akan pergi meninggalkan kita. Sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa dan mengerjakan berbagai amal ibadah yang hanya ada di bulan yang mulia ini, seperti salat tarawih dan witir berjamaah, baik di masjid maupun juga di surau. Suatu rahmat yang luar biasa bagi kita, menjadi hamba Allah yang masih bisa beribadah dan diberi kesempatan menikmati keagungan bulan Ramadan tahun ini.
Jika kita melihat ke belakang, memutar memori Ramadan tahun-tahun yang lalu, rasanya masih kuat dalam ingatan, bagaimana kebersamaan kita dengan orang-orang yang kita cintai, baik itu dengan orang tua, saudara, teman, maupun para kerabat. Namun kenyataannya pada Ramadan tahun ini, tidak semua diantara mereka bisa bersama-sama lagi dengan kita menjalani bulan Ramadan yang penuh berkah ini, karena mereka telah lebih dahulu dipanggil menghadap Rabbnya. Lalu bagaimana pula dengan kita? Apakah kita masih bisa berjumpa dengan Ramadan tahun depan? hanya Allah Yang Maha Kuasa, pemilik alam semesta yang mengetahuinya.
Merenung akan takdir kita di masa depan yang sama sekali tidak kita ketahui, maka sangatlah wajar jika kita merasa kesedihan yang sangat mendalam akan perginya Ramadan tahun ini, dan pelan-pelan berangsur hilang meninggalkan kita. Momen-momen indah saat kita sahur bersama keluarga, dan detik-detik penantian suara beduk magrib sebagai tanda waktu berbuka, akan sangat kita rindukan. Tidak dapat dipungkiri, puasa di bulan Ramadan memang terasa sangat istimewa bagi kita, bila dibandingkan dengan puasa sunah di bulan-bulan lainnya.
Belum lagi momen-momen khas Ramadan lainnya seperti melaksanakan salat tarawih, witir, dan itikaf di masjid, serta tadarus bersama keluarga di malam-malam Ramadan, itu semua menjadi kerinduan tersendiri yang akan kita nantikan. Disinilah salah satu keistimewaan bulan Ramadan, suasananya betul-betul terasa berbeda. Hati kita serasa begitu dekat dengan Sang Maha Pencipta, hingga kita larut dalam kenikmatan untuk beribadah. Ramadan memang bulan yang penuh dengan keberkahan.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya, pintu-pintu surga dibuka padanya dan pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu, dan di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan, siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi (mendapatkan kebaikan di waktu lain)” (HR. Ahmad)
Terlepas dari banyaknya kemuliaan dan keistimewaan di bulan Ramadan, momen-momen indah ketika kita menjalani ibadah-ibadah khas Ramadan setidaknya selalu melekat di ingatan kita, dan dalam hati masing-masing kita pun bertanya, apakah tahun depan kita masih bisa merasakannya kembali? apakah tahun depan kita masih sehat seperti sekarang untuk bisa menjalankan semua perintahNya di bulan Ramadan? dan apakah kita masih bisa menjalani Ramadan tahun depan bersama-sama dengan orang yang kita cintai? Waktulah yang akan menjawabnya.
Waktu memang tidak pernah berhenti, ia akan terus berjalan, begitu juga Ramadan tahun ini, tak seorang pun yang bisa menahannya pergi. Hanya satu harapan kita, semoga Ramadan tahun depan kita masih ada, dan diberi kesempatan sekali lagi untuk beribadah dengan sebaik-baiknya, serta merasakan momen-momen indah itu kembali.
Kini, sang surya terus “bergerak” semakin dekat ke ufuk barat. Perlahan tapi pasti, akan tiba waktunya ia akan "tenggelam" untuk berganti tugas dengan sang rembulan yang menerangi bumi. Di saat itulah Ramadan tahun ini akan pergi selamanya bersama kemuliannya yang kita rasakan sebulan penuh lamanya. Bersama itu pula kita pun bermunajat, semoga semua amal ibadah Ramadan kita diterima oleh Allah subhanahu wa taala.
Seiring itu, takbir pun mulai berkumandang, membawa kesyahduan dan kebahagiaan sebagai tanda kemenangan kita melawan godaan hawa nafsu dari dalam diri sendiri. Inilah kemenangan sejati yang sebenarnya diperuntukkan bagi setiap muslim yang mampu menahan dirinya dari sifat-sifat buruk dan tercela selama di bulan Ramadan. Kemenangan ini pulalah yang diharapkan terus dipertahankan di bulan-bulan setelahnya.
Lantunan gema takbir yang menggetarkan jiwa, tanpa ragu membawa kita pada suasana kesedihan akan perginya bulan Ramadan yang kemudian bercampur dengan kebahagiaan menyambut kemenangan. Suasana yang sungguh sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Suasana inilah kemudian memberitahukan kita akan tiba waktunya menjemput fitri yaitu kembali ke fitrah. Ibadah puasa dan semua amal ibadah yang kita kerjakan di bulan Ramadan, mudah-mudahan menjadi penggugur dosa-dosa kita, sebagaimana hadis Rasulullah saw, "Barangsiapa berpuasa Ramadan dengan keimanan dan mengharapkan rida Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (HR. Bukhari).
Kembalinya kita ke fitrah, seperti mengembalikan kita terlahir kembali menjadi seorang bayi, dengan sifat asli bawaannya yaitu beriman dan bertakwa kepada Allah azza wajalla. Allah subhanahu wa taala berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 30: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Semoga Allah Yang Maha Pengampun, menjadikan kita semua menjadi fitri kembali, dan mempertemukan kita pada Ramadan tahun depan. Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriyah, Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, kulla amin wa antum bikhoir.
Penulis | : | Dr. Biryanto, Senior Trainer BPSDM Provinsi Riau |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Cakap Rakyat |