Pekanbaru (CAKAPLAH) - Matahari masih belum terlalu tinggi. Fauzal buru-buru beranjak dari duduknya dan bergegas menuju lahan green house budidaya rimpang kunyit hitam yang berada tak jauh dari rumah. Hanya di depan rumah persisnya.
Hari ini dirinya harus mulai menyiangi rumput yang mulai tumbuh di polybag tempat dirinya membudidayakan tanaman jenis rimpang ini.
Pria dengan nama lengkap Muhammad Fauzal ini adalah salah satu pengusaha millenial yang sudah mengembangkan bisnis budidaya Kunyit Hitam di Kota Pekanbaru. Saat ini dirinya bahkan sudah memiliki lahan seluas 840 meter. Lahan tersebut dipakai untuk mulai pembibitan, penanaman hingga pemanenan.
Adapun green house budidaya rimpang kunyit hitam milik Fauzal tersebut berada di Jalan Nurul Islam atau masuk dari Jalan Keliling, Kelurahan Pematangkapau, Kecamatan Kulim, Pekanbaru, Riau.
"Saya mengawali budidaya kunyit hitam ini pada tahun 2018. Saat itu, saya melihat pasar untuk kunyit hitam ini sangat bagus. Bahkan saat itu harganya mencapai Rp15 juta per kg," ujar Fauzal saat memulai cerita dengan CAKAPLAH.COM.
Dikatakan pria berusia 24 tahun ini, sebelum budidaya tanaman dengan segudang manfaat ini, dirinya terlebih dahulu melakukan budidaya tanaman lain, yaitu buah ciplukan. Karena memang sebelumnya untuk buah ciplukan ini, dari Indonesia ada kebutuhan untuk ekspor ke Kamboja. Namun gagal.
"Setelah itu dapat info lagi soal kunyit hitam ini. Akhirnya saya cobalah di samping rumah. Alhamdulillah dari awal penanganan 1 Kilogram, berkembanglah sampai ratusan bibit. Cuma saat itu pasarnya belum terbuka di Indonesia. Saya coba buka link dengan teman-teman di Jawa dan akhirnya kita coba buat komunitas Kunyit Hitam," ungkapnya.
Akhirnya tahun 2019 masuk ke 2020, gencar-gencarnyalah penjualan bibit. Harga perbibitnya Rp150-250 ribu. Masuk ke pembibitan, dirinya mulai mencoba main di impor rimpang kunyit hitam, namun jumlahnya belum terlalu banyak. Pada saat itu harga perkilonya masih Rp4 juta sampai Rp6 juta di tahun 2020.
"Alhamdulillah dari tahun 2020-2021, masih terus berjalan. Kemudian ketika modal sudah cukup, dan permintaan semakin banyak, akhirnya kita mulai untuk impor skala tonase dari Thailand dan juga Vietnam. Itu dalam bentuk rimpang yang kita jual kembali di Indonesia dan sebahagian kita bibitkan untuk dijual sebagai bibit. Alhamdulillah berjalan sampai sekarang," cakapnya.
Saat ini dikatakan Fauzal, pasar dari Kunyit Hitam miliknya ini terbesar adalah di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan juga Makassar.
"Untuk rata-rata perbulan jualan kita itu per 1 daerahnya minimal 50 kilogram, itu untuk yang penjualan rimpangnya. Jadi dalam sebulan itu sekitar 400 kilogram lah yang kita jual. Kalau untuk harga perkilogramnya sekarang itu antara Rp400 ribu hingga Rp600 ribu," ungkapnya
Dijelaskan Fauzal, untuk manfaat kunyit hitam ini sangat banyak. Salah satunya adalah untuk bahan baku viagra atau vitalitas.
"Cuma dari beberapa riset yang telah dilakukan, kunyit hitam ini juga bermanfaat untuk pengobatan penyakit dalam. Ada sekitar 28 penyakit dalam lah yang bisa disembuhkan. Mulai dari pencegahan hingga penyembuhan. Seperti kanker, diabetes dan lain sebagainya," jelasnya.
Tahun ini, Fauzal juga bertekad untuk meningkatkan eksistensinya di bidang importir dan budidaya rimpang kunyit hitam dengan membuka kemitraan dengan petani di Riau.
"Saya sedang mempersiapkan program kemitraan dengan petani, baik secara kelompok maupun swadaya. Jadi nanti para petani dapat beli bibitnya dan hasilnya kami yang ambil untuk memenuhi kebutuhan kunyit hitam dalam negeri," jelasnya.
Fauzal berharap semoga tanaman ini bisa menjadi komoditas pertanian unggulan di wilayah Riau, baik dari sektor hulu ke hilir.
"Saat ini, kami juga sedang ada tahap persiapan produksi produk turunan kunyit hitam ini. Semoga dalam waktu dekat, kami sudah dapat melakukan pengenalan produk berbahan baku Kunyit Hitam," pungkasnya.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serba Serbi, Riau |