Asian Agri memberikan reward kepada desa binaannya di Provinsi Riau karena telah berhasil menjaga desanya bebas dari kebakaran lahan.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Asian Agri sebagai salah satu perusahaan perkebunan sawit terkemuka di Indonesia memberikan penghargaan atau reward kepada desa binaannya yang berada di Provinsi Riau karena telah berhasil menjaga desanya bebas dari kebakaran lahan.
Ada dua desa yang berhasil menjaga desanya bebas dari kebakaran pada program Desa Bebas Api (DBA) periode 2021-2022 yaitu Desa Bahan Limau dan Desa Bahan Segati.
"Untuk desa Bagan Limau kita berikan Award sebesar Rp100 juta dan untuk Desa Segati mendapatkan reward Rp50 juta," ujar Omri Samosir selaku Head Operation Asian Agri dalam sambutannya pada acara pemberian penghargaan DBA, di Pekanbaru, Jumat (9/6/2022).
Ia mengatakan program DBA merupakan respon dari masalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berulang yang merusak lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, Asian Agri sebagai salah satu perusahaan perkebunan sawit terkemuka di Indonesia, pada 1 Mei 2016 meluncurkan Program Desa Bebas Api (DBA).
"Enam Tahun berjalan, program DBA ini terbukti mampu meminimalisir kebakaran, dimana sebelum ada DBA di Tahun 2015 luas lahan terbakar di desa-desa sebelum ikut dalam program DBA mencapai luas 1.771 Hektar," cakap Omri.
Namun seiring berjalannya program DBA, luas lahan semakin berkurang dan pada hingga pertengahan Tahun 2022 luas lahan yang terbakar di desa-desa binaannya totalnya hanya 1,7 Ha.
"Adapun, rata-rata rata-rata penurunan luas areal terbakar di desa binaan pertahunnya mencapai 41%," ucapnya.
Kesuksesan program DBA ini tentu saja berkat dukungan pemerintah, TNI/polri serta berkat keterlibatan secara aktif dari masyarakat desa binaan. Dimana para Crew Leader yang difasilitasi oleh perusahaan bertugas untuk melakukan sosialisasi terkait bahaya karhutla kepada masyarakat desa dan mengajak masyarakat untuk peduli dan menjaga desanya agar terhindar dari karhutla.
"Selain itu, perusahaan juga memberikan insentif ekonomi berupa infrastruktur yang dapat digunakan masyarakat jika mereka berhasil mencegah desanya dari kebakaran," sebutnya.
Setiap desa yang berpartisipasi dalam program DBA apabila berhasil mencegah terjadinya kebakaran sampai 0% di desanya berhak atas reward/ hadiah Rp 100 juta, dan sebesar Rp 50 juta diberikan pada desa yang berhasil membatasi kebakaran di bawah satu hektar.
"Adapun acara kita pada hari ini adalah dalam rangka pemberian insentif ekonomi bagi desa-desa binaan yang telah berhasil mencegah terjadinya karhutla di desanya," ungkapnya.
Pada kesempatan ini, lanjut Omri, dapat disampaikan bahwa sejak 2016-2022 total Reward DBA yang sudah diberikan perusahaan bagi desa-desa binaan DBA di Riau Rp1,4 M. Hal ini merupakan bukti nyata kepedulian perusahaan dalam rangka mencegah terjadinya karhutla.
Selain itu, pada tahun 2016, Asian Agri menjadi salah satu anggota pendiri Aliansi Kebakaran Bebas (FFA), yang menyatukan beberapa perusahaan kehutanan dan pertanian untuk mencegah terjadinya karhutla di Indonesia. Bahkan sejak Tahun 1994, Asian Agri sudah menerapkan kebijakkan zero burning dalam pembangunan kebun sawitnya.
Pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, TNI/Polri maupun masyarakat.
"Untuk itu, marilah kita semua saling mendukung dan berperan aktif guna mencegah terjadinya karhutla. Program DBA binaan Asian Agri terbukti aktif mencegah karhutla, kiranya kedepan dapat kita pertahankan dan kita tingkatkan lagi," sebutnya.
"Kesuksesan Program DBA Asian Agri tentunya tidak terlepas dari dukungan pemerintah, TNI/Polri dan masyarakat, kiranya sinergisitas kita semua dapat terus terpeliharan dan saling mendukung guna mencegah terjainya karhutla," sebutnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, M Edy Afrizal yang hadir pada kesempatan tersebut menyatakan pihaknya menyambut baik program Desa Bebas Api yang telah diluncurkan oleh Asian Agri yang ternyata sudah lama yaitu dari tahun 2016.
"Sehingga paling tidak minimal desa-desa ataupun areal di sekitar konsesi perusahaan bisa terjaga," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, M Edy Afrizal.
Ia mengatakan dalam masalah kebakaran hutan dan lahan, memang yang menjadi ujung tombak adalah masyarakat.
"Nah bagaimana kita memberikan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat agar jangan sampai membakar lahan dalam rangka untuk membuka perkebunan ataupun pertanian," sebutnya.
Mungkin disini peran perusahaan bisa membantu masyarakat desa melalui program CSR yang ada. Sekaligus juga dalam rangka untuk memberikan pengetahuan dan sosialisasi.
"Namun tentu soal pencegahan karhutla ini perlu kerjasama antar pemerintah, dunia usaha, TNI/Polri dan masyarakat. Termasuk juga kalangan akademisi, NGO, LSM dan massa. Masing-masing pihak memegang peranan penting dalam mengurangi resiko bencana kebakaran hutan dan lahan," ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, dirinya mengingatkan bahwa lebih baik mencegah api sejak dini daripada harus menanggulanginya.
"Pencegahan karhutla harus lebih diperhatikan daripada kita harus menanggulangi api. Dari sisi cost dan sumberdaya yang kita kerahkan juga akan lebih besar dibandingkan pencegahan dan mitigasi," pungkasnya.
Tak hanya penyerahan Reward DBA, pada kesempatan yang sama juga dilakukan penandatanganan MoU Desa Bebas Api yang diikuti oleh lima desa yang ada di Provinsi Riau.