![]() |
Andi, Pak Ogah di persimp ngan Jalan Garuda Sakti yang tidak pernah memaksa pengendara memberikan imbalan kepadanya.
|
PARA pengatur lalu lintas tidak resmi di persimpangan jalan atau belokan U, kerap disebut 'Pak Ogah' karena kebiasaan mereka meminta 'tip' ke pengendara.
Sebutan itu sesuai dengan karakter Pak Ogah dalam serial anak Laptop Si Unyil, yang kerap meminta imbalan bila dimintai tolong. "Bagi cepek dong den," celetukan Pak Ogah yang terkenal.
Namun di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, ada seorang Pak Ogah yang terkenal di areanya karena tak pernah meminta tip dari pengendara yang dia bantu. Dia sehari-hari beroperasi di persimpangan Jalan Garuda Sakti, Panam.
Seperti sore itu, Senin (20/6/2022), kondisi cuaca yang teduh berawan tak dapat mewakili kondisi perempatan Garuda Sakti kilometer 2 yang gerah, sesak dengan kendaraan yang melimpah ruah hingga ke luar badan jalan.
Tepat di tengah perempatan, muncullah Pak Ogah yang terlihat lihai langsung membantu mengurangi kemacetan lalu lintas sore itu. Dia berulang kali memberikan instruksi 'maju' atau 'berhenti'.
Mengandalkan sebuah peluit tua dan teriakan -untuk mengalahkan bising mesin-mesin kendaraan-, Sang Pak Ogah mengatur arus kendaraan hingga kembali berjalan, walau pelan.
“Maju..Maju..Maju”. Teriaknya ke kanan. Dia memutar badan lalu membuat isyarat dengan tangan. "Terus..terus...terus". Satu Karimun mungil lolos dari jebakan macet itu. Sekeping Rp1000 berpindah ke tangannya.
Pak Ogah itu terus menggerakan tubuhnya dengan cekatan, membelah padatnya antrean kendaraan di jalan dengan mengenakan topi bundar hitam. Pelindung dari terik dan silau matahari Kota Bertuah.
Sesekali dia mengayunkan peluit kuning di tangannya. Hadiah dari seorang aparat yang pernah ia bantu melalui macet di tempat yang sama.
Laki-laki 47 tahun itu menceritakan, dia diberi peluit 'sakti' itu supaya tidak terus-terusan berteriak terus kepada sopir-sopir yang ia bantu.
“Saya dikasih peluit ini sama aparat yang lewat, supaya tak payah teriak-teriak ke pengendara,” ungkapnya dengan senyum tipis.
Sepanjang menunaikan tugasnya mengurai kemacetan di perempatan tanpa lampu lalu lintas ini, tak sekali pun ia terlihat menengadahkan tangan, meminta balas jasa, ke pengendara yang lewat.
"Bila ada yang kasih, kita terima," katanya malu-malu.
Di perempatan ini, sosok Pak Ogah memang berjasa membantu pengguna jalan. Beragam jenis kendaraan dari dan menuju Jalan Garuda Sakti-Jalan Melati bertemu di persimpangan ini.
Kondisi ini diperparah Jalan Garuda Sakti sebagai jalan lintas antar provinsi, yang biasa dilalui jejeran truk besar pengangkut barang. Kondisi jalan yang sempit, rusak, dan bergelombang membuat arus lalu lintas kerap stuck. Bukan sekali dua kali beragam jenis kendaraan bersusun tak bisa bergerak di lokasi ini. Di saat seperti itu, untung ada Pak Ogah.
Menolong dan Berizin
Andi sudah 4 tahun melakoni peran sebagai Pak Ogah. Simpang empat Garuda Sakti jadi 'pentas'-nya.
Saat ditemui CAKAPLAH.com, Senin (20/6/2022), usai Magrib, Andi mengisahkan alasan ia memutuskan berkarir sebagai Pak Ogah.
Dengan peluh di dahi dan wajahnya, jelas terlihat semangatnya masih on fire untuk berkisah.
"Inisiatif saya aja, karena pernah ada tabrakan di depan saya. Di sini," katanya mulai bercerita. Dia memberi isyarat menunjuk ke perempatan Garuda Sakti. Lokasi seorang ibu pernah terjatuh dari sepeda motor dan ia menyaksikannya secara langsung.
"Tersenggol mobil yang lewat," tambahnya. Saat itu macet parah. Tak ada petugas yang mengatur lalu lintas.
"Coba keluarga kita yang kena, kan susah juga. Itulah, karena inisiatif hati," tutur Andi sembari mengangkat bahunya sekilas. Bajunya masih basah oleh keringat.
Dia meneguk minuman yang tersaji, lalu setuju untuk ditanya lebih lanjut.
Pria dengan 9 anak itu kerap dijumpai saat jam rawan macet lalu lintas di persimpangan Garuda Sakti. Sebut saja sekitar pukul 16.00 wib. Saat jalan dipenuhi oleh truk pengangkut barang dan pengendara motor atau mobil yang semua pengendaranya seolah diburu agar sampai ke tujuan masing-masing.
"Jalan padat bisa sampai Magrib," kata dia lagi.
Selama tiga atau empat jam, Andi akan menyatu dalam bisingnya kendaraan serta asap dan debu jalanan. Sigap bergerak dan menyelip di antara puluhan kendaraan yang nyaris berhimpitan.
Tidak pernah ada tarif khusus yang dia patok. Murni menolong. Begitu katanya. "Takut kejadian tabrakan itu terulang lagi," katanya menekankan alasan betah menjadi Pak Ogah hingga bertahun-tahun.
“Saya sudah izin sama Babinsa dan RT-RW setempat. Alhamdulillah mereka mengizinkan, asal saya tidak anarkis dan memaksa meminta uang,” sebut Andi.
Semenjak ia 'terjun' di perempatan itu, Andi mengatakan tidak pernah lagi ada kejadian tabrakan.
Bahkan, ia mengklaim warga sekitar bersyukur akan kehadirannya.
Selain Andi, terkadang ada orang lain yang membantu mengatur jalan, hanya saja warga sekitar kerap mengusir mereka karena konon tidak ahli mengurai macet. Bukan mengurangi kemacetan malah memperparah.
Dimaki Lalu Dibela Polisi
Selain beramal dengan membebaskan para pengendara dari kemacetan di simpang Garuda Sakti, Andi juga melakoni pekerjaan lainnya. Sesekali ia menjadi supir atau melakukan pekerjaan apa saja. Yang penting halal.
Namun, beberapa bulan belakangan ini, kemacetan di perempatan Garuda Sakti bertambah. Praktis, jadwal Andi sebagai Pak Ogah semakin padat.
Tak hanya sore hingga lepas Magrib. Jam terbang Pak Ogah yang murah senyum ini juga bertambah di kala pagi hari.
"Sekarang di jam jelang sekolah dan orang-orang berangkat kerja juga," jelasnya.
Selama melakoni peran sebagai Pak Ogah, bukan sekali dua kali Andi mengalami hal kurang mengenakkan. Beberapa kali ia dimarahi dan dimaki pengguna jalan.
“Dimarahi pernah, tapi tidak sering. Pernah sekali ada pengendara mobil yang memaki saya. Tetapi saya dibela oleh polisi bermotor di belakang saya,” ujarnya.
Polisi baik itu mengerti kondisi jalan. Paham kalau Andi hanya berusaha membantu mengurai macet.
“Tak pakai seragam polisinya, cuman lagi lewat biasa,” jelasnya lagi.
Saat ditanya soal pemasukannya sebagai Pak Ogah. Andi tersipu. "Tak banyak, karena kan tujuannya memang menolong," katanya.
Kadang pengendara menyelipkan uang Rp2000 ke tangannya saat nyaris berlalu dari jebakan macet. Kadang ada juga yang mengangsurkan Rp10.000.
"Paling besar pernah dapat Rp100 ribu dari Asar ke Magrib," katanya tertawa. Tapi itu tak sering.
"Berapapun hasilnya saya sukuri saja," imbuh dia.
Katanya, yang penting bisa membantu mengurangi kemacetan dan membeli rokok atau jajanan untuk anaknya.
"Yang terpenting saya tidak pernah meminta dan memaksa pengendara untuk memberikan upah. Sesuai wejangan aparat ke saya," tambahnya lagi.
Mulai dengan Niat, Akhiri dengan Ikhlas
Selama 4 tahun menjadi Pak Ogah, Andi kerap mendapat apresiasi dari para aparat di sekitar simpang Garuda Sakti. Bukan berbentuk benda atau lainnya. Namun berupa acungan jempol dan dukungan dalam menjalankan perannya sebagi Pak Ogah.
Ia juga bersyukur orang-orang di sekitarnya banyak yang memberi dukungan.
Saat ditanya apakah ada bentuk apresiasi resmi dari instansi terkait atas niat baiknya selama ini, ia menggeleng.
Menurutnya, penghargaan bukan masalah. "Kan sukarela," katanya. Kembali lagi, sedari awal memang niatnya hanyalah untuk membantu, ikhlas semata.
Cukup dengan apresiasi personal seperti acungan jempol dan senyum ramah dari pengendara dan aparat yang lewat, Ia sudah senang.
Andi sendiri mengaku tidak tahu sampai kapan akan menjadi Pak Ogah. Tetapi, ia akan menuruti perintah pemerintah atau instansi terkait. Apabila ada larangan baginya untuk mengatur jalan, ia akan serta merta berhenti.
“Saya membantu ikhlas, kalau nanti disuruh berhenti, tentu saya turuti. Yang penting niat saya dari hati,” ujarnya.
“Mungkin kalau jalan sudah tidak macet lagi saya berhenti,” sambungnya sejuru kemudian.
Andi berharap, pemerintah atau instansi terkait benar-benar melakukan apa yang terbaik menurut mereka untuk mengatasi kemacetan di perempatan Garuda Sakti.
Selain itu, ia juga menitip pesan kepada pengendara yang kerap melewati jalan ini, khususnya truk-truk pengangkut, untuk lebih berhati-hati dan menaati peraturan lalu lintas. Jangan sampai terjadi kemacetan parah yang merugikan, terlebih kecelakaan lalu lintas.
Penulis | : | Susan/Salma Rahma Dewi |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Serba Serbi, Kota Pekanbaru |




































01
02
03
04
05




