PEKANBARU (CAKAPLAH) - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Riau (UIR) mengkritik Gubernur Riau karena terus anjloknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit saat ini.
Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Riau, Dedi Sofhan kepada CAKAPLAH.com, mengatakan, kritikan dari pihaknya ditandai dengan memasang spanduk di beberapa titik di area jalan Sudirman, flyover Awal Bros dan flyover Simpang Tuanku Tambusai, kritikan ini ditujukan kepada pemerintah terutama Gubernur Riau mengenai harga sawit yang semakin anjlok.
"Kita menyayangkan anjloknya harga TBS sawit yang mana membuat seluruh petani sawit menjerit. Harga sawit anjlok tapi minyak goreng belum turun, pemerintah kerja apa saja?," kata Dedi Sofhan, Ahad (3/7/2022).
Mahalnya harga minyak goreng di tingkat konsumen, kata Dedi, tidak seimbang dengan harga TBS sawit di tingkat petani, yang pada saat ini terjun bebas.
"Padahal, kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng di Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, Rizcky selaku anggota BEM menjelaskan, bahwa pihaknya turun ke lapangan supaya pemerintah tahu bagaimana keluhan masyarakat mengenai harga sawit yang terus merosot dalam beberapa pekan terakhir.
"Bahkan, harga TBS sawit saat ini sudah di bawah Rp 1.000 per kg. Rata-rata, harga TBS sawit di Provinsi Riau hanya pada kisaran Rp 800 per kg," cakapnya.
Pihaknya menilai harga tersebut sangat tidak masuk akal dengan besarnya pengeluaran pupuk dan perawatan. Ia bahkan khawatir petani tidak akan panen sawit lagi karena harganya tidak sesuai bahkan bisa dikategorikan rugi.
"Dari beberapa minggu yang lalu harga semakin meroket kebawah dan tidak terbendung lagi, takutnya malah nggak dipanen lagi karena harganya jatuh terus, upah panen sama pupuk saja sudah tidak tertutup," imbuh dia.
Atas anjloknya harga sawit ini Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum UIR, kata Dedi Sofhan, meminta pemerintah terutama Gubernur Riau untuk bagun dari tidurnya, jangan diam saja seakan akan semuanya baik-baik saja, saat ini rakyat menjerit para petani banyak kebutuhan namun ekonomi makin sulit.
"Apakah telinga, mata, dan hati kalian tidak terusik dengan tangisan para petani sawit ini? Asal kita ketahui salah satu pendapatan terbesar dari APBD Provinsi Riau adalah hasil dari buah kelapa sawit, namun kami melihat pemerintah tidak ada rasa perduli dan terimakasih kepada para petani. Padahal jika bukan dari sana kalian tidak akan ada apa apanya," tegas Dedi.
"Kami meminta secepatnya gubri turun ke lapangan sebelum ribuan petani sawit padati jalanan dengan atribut lengkap para petani, jika hal ini tidak diindahkan takutnya terjadi hal-hal Yang tidak kita inginkan," tukasnya.***
Penulis | : | Satria Yonela Putra |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Ekonomi, Pemerintahan, Riau |