Petugas berhazmat mempersiapkan ruang perawatan di RS Darurat Covid Wisma Atlet, Jakarta, beberapa waktu lalu. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
(CAKAPLAH) - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 masih berpotensi tinggi membuat pasien ke rumah sakit dan meninggal.
"Subvarian BA.4 BA.5 ini memang proteksi untuk masuk rumah sakit hospitalisasi dan fatalitinya masih tetap tinggi," kata Budi dalam konferensi pers pada Senin (18/7).
Oleh sebab itu, Budi mengimbau kepada seluruh masyarakat agar segera melakukan vaksinasi tahap ketiga atau booster guna melindungi diri dari penyebaran virus tersebut.
"Disarankan masyarakat tetap cepat-cepat saja di-booster karena walaupun ada kemungkinan terkena, tapi booster itu terbukti mampu melindungi kita untuk tidak masuk rumah sakit. Kalaupun masuk rumah sakit tingkat fatalitasnya akan sangat rendah," ujarnya.
Budi mengatakan bahwa subvarian Omicron BA.4 BA.5 memiliki kemampuan untuk vaccination evasion, sehingga virus tersebut bisa menembus dua hingga tiga kali lipat lebih efektif dibandingkan dengan varian Omicron BA.1.
"Sehingga kemungkinan masyarakat untuk terinfeksi lebih tinggi walaupun yang bersangkutan sudah divaksinasi," pungkasnya.
Kemenkes sebelumnya mengklaim mutasi SARS-CoV-2 Omicron dengan subvarian baru yakni BA.4 dan BA.5 memiliki karakteristik gejala klinis lebih ringan dari pada varian Omicron sebelumnya, sehingga diharapkan tingkat hospitalisasi lebih rendah dari subvarian sebelumnya.
BA.4 dan BA.5 sementara ini juga dinilai memiliki kemampuan lebih cepat menular dibandingkan subvarian Omicron sebelumnya.
Selain itu, kedua subvarian baru itu memiliki karakteristik untuk menurunkan kemampuan terhadap terapi beberapa jenis antibodi monoklonal hingga memiliki kemampuan lolos dari perlindungan kekebalan yang disebabkan oleh vaksinasi dan infeksi varian Omicron. Kedua subvarian ini telah teridentifikasi di Indonesia sejak awal Juni lalu.
Selain itu, Budi menyoroti sejumlah provinsi di Indonesia yang mengalami kenaikan level transmisi dalam standar yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Baru-baru ini, WHO merilis laporan yang mencatat DKI Jakarta masuk transmisi komunitas level 3 atau CT3.
Namun demikian, Budi memastikan bahwa secara keseluruhan, Indonesia masih masuk dalam kategori transmisi komunitas WHO level 1.
"Beberapa provinsi seperti DKI Jakarta sudah ada di level 3 untuk tingkat transmisinya, dan Banten sudah ada di level 2. Sedangkan provinsi lainnya masih ada di level 1 untuk levelnya WHO," kata Budi.
Meski mengalami kenaikan level transmisi, namun Budi memastikan bahwa tingkat keperawatan atau hospitalisasi serta jumlah warga yang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia masih di bawah batas aman WHO.
Budi kemudian meminta masyarakat untuk segera mengakses vaksinasi booster ke fasilitas kesehatan terdekat untuk meminimalisasi gejala klinis yang didapatkan apabila terpapar Covid-19, serta mencegah kematian Covid-19.
"Kematian paling tinggi orang yang belum divaksin atau yang divaksin baru satu kali. Sedangkan yang sudah divaksin dua kali jauh menurun persentase fatality-nya atau yang wafat, dan yang di-booster sudah sangat menurut persentase yang wafatnya," ujarnya.
Sebagai informasi, WHO baru-baru ini menetapkan provinsi DKI Jakarta naik level menjadi level 3 transmisi komunitas penularan Covid-19.
WHO menyoroti data perkembangan Covid-19 di Ibu Kota per 4 hingga 10 Juli menunjukkan DKI mencatatkan insiden kasus tertinggi dibandingkan provinsi lain secara nasional yakni dengan 73,8 per 100.000 penduduk per pekan.
Sementara, 33 provinsi yang tersisa disebut WHO relatif aman lantaran berada di level 1 transmisi Covid-19. Artinya, tingkat penularan virus di seluruh provinsi tersebut masuk kategori rendah.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnnindonesia.com |
Kategori | : | Nasional |