![]() |
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Spesifikasi penerapan aplikasi MyPertamina di lapangan harus jelas. Sebab, dalam penerapan aplikasi itu, penerima BBM bersubsidi tidak hanya bisa diukur dari jumlah Cubicle Centimeter (CC).
"Kalau hanya cc 1500 yang berhak mendapatkan BBM bersubsidi, kita kan susah. Kalau di lapangan kan sulit, karena rata-rata memang masih ada juga kendaraan yang CC di atas tapi tidak bisa diposisikan itu mobil mewah dan mobil orang kaya," kata Wakil Ketua DPRD Riau Hardianto, Ahad (31/7/2022).
Kata dia, tujuan aplikasi ini bagaimana outputnya nanti BBM bersubsidi ini dinikmati dan tersalurkan bagi orang yang berhak. Ia mencontohkan, ada kendaraan yang memiliki CC besar, namun tidak bisa dikategorikan mobil mewah atau mobil orang kaya.
"Contoh, Phanter. Phanter ini kan di atas 2000 cc. Bagaimana nanti kalau berbicara solar dan biosolar bersubsidi. Phanter ini kan, mohon maaf bukan mobil mewah. Phanter ini kan mobil umum," kata dia.
Selain itu juga ada Innova tipe lama, sebelum Innova reborn. Kendaraan ini juga di sisi harga dan kemampuan membeli, itu bukan lagi menjadi barang mewah di banding Reborn yang seri terbaru. Kata dia, jangan sampai nanti justru kategori masyarakat yang berhak menerima BBM bersubsidi, tapi tidak bisa mendapatkan BBM.
"Tidak bisa hanya distandarisasi pada jumlah CC mobil, besaran CC mobil. Tentu ada klasifikasi khusus. Sehingga kalau Pertamina pusat menuntut jangan sampai salah sasaran penikmatan BBM bersubsidi itu, jangan sampai juga masyarakat yang berhak menerima dari sisi kemampuan ekonomi justru tidak bisa menerima. Karena itu tadi, klasifikasi dikunci hanya CC 1500 ke bawah. Kijang lama, yang kapsul, 1800 CC. Bagaimana?" papar dia.
Penulis | : | Delvi Adri |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Ekonomi, Pemerintahan, Riau |










































01
02
03
04
05




