Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Riau, dr Indra Yovi.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Seiring meningkatnya kasus Covid-19 varian baru, khususnya pada anak umur di bawah 18 tahun, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Riau, meminta protokol kesehatan harus diperketat untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di berbagai tingkatan sekolah di Provinsi Riau.
"Dalam beberapa minggu terakhir, ternyata banyak sekali kasus yang didominasi oleh umur di bawah 18 tahun, pada anak usia sekolah SD, SMP, maupun SMA," kata Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Riau, dr Indra Yovi, Selasa (2/8/2022).
Ia memaparkan, beberapa pekan terakhir terjadi peningkatan kasus Covid-19 yang terkonfirmasi oleh Kementrian Kesehatan pada sub varian baru BA.4 dan BA.5 di Indonesia.
"Terkait mutasi, sejauh ini yang kita khawatirkan saat ini adalah BA.4 dan BA.5, sementara mutasi sel baru BA.75 itu belum dikonfirmasi oleh Kementrian Kesehatan," jelasnya
Untuk itu, dia mengingatkan Pemerintah Provinsi Riau dan seluruh kepala sekolah di Riau terkait kenaikan kasus Covid-19 agar meningkatkan protokol kesehatan PTM di sekolah karena ditemukan kasus Covid-19 klaster sekolah.
"Tetapi, dalam peningkatan kasus dalam satu minggu terakhir, terutama anak-anak sekolah, kami mengharapkan kepada pemerintahan dan kepada para kepala sekolah untuk memastikan menjalankan kembali protokol kesehatan yang selama ini sudah dijalankan, tetapi karena berkurangnya kasus mungkin ada abai di sana," kata dia.
Kasus Covid-19 muncul, sambungnya karena kurangnya pemantauan (tracing) pada anak-anak yang bergejala demam, batuk, pilek, radang tenggorokan, sehingga mengalami kebobolan pada klaster sekolah.
"Kami mendapatkan fakta dan data beberapa sekolah yang kasus positifnya terjadi tidak melakukan pemantauan dan tracing maupun isolasi benar dan baik untuk siswa-siswa yang terkonfirmasi," jelasnya.
Meski Provinsi Riau berstatus zona hijau, dr. Indra Yopi mengingatkan bahwa sekecil apa pun kasus yang terjadi, jika tidak ditindaklanjuti dengan tracing maupun treatment, maka dapat memperluas penularan di sekolah.
"Karena kita tahu saat ini kegiatan pembelajaran tatap muka 100 persen seperti biasa, tidak ada pembatasan-pembatasan karena zona kita ni yang masih dianggap zona hijau," cakapnya.
"Dan jangan sampai nanti ada sekolah yang mengatakan kalau sakit-sakit dikit harus masuk, itu dilarang karena anak-anak ini akan menularkan ke teman-temannya yang lain," tukasnya.
Penulis | : | Satria Yonela/Salma |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Pemerintahan, Pendidikan, Riau |