Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
|
(CAKAPLAH) - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (4/8/2022). Dengan demikian, rupiah sudah melemah 4 hari beruntun. Sama dengan pergerakan kemarin, rupiah di awal perdagangan hari ini sempat menguat 0,14% di Rp 14.890/US$, tetapi tidak lama langsung berbalik melemah.
Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.930/US$, melemah 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Pergerakan rupiah saat ini memang sangat dipengaruhi faktor eksternal, yang terbaru tentunya ketegangan antara Amerika Serikat dengan China.
"Pelemahan dalam beberapa hari terakhir lebih dipengaruhi faktor eksternal khususnya meningkatnya tensi geopolitik. Selain perang di Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda resolusi, tensi politik antara AS dan Tiongkok juga meningkat. Tentu perkembangan ini akan mempengaruhi perkembangan pasar keuangan termasuk di Emerging Market," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo kepada CNBC Indonesia.
Selain itu, pelaku pasar kini menanti rilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2022 akan dirilis pada Jumat (5/1/2022) besok. Hasil polling Reuters menunjukkan PDB diperkirakan tumbuh 5,13% (yoy) lebih tinggi dari kuartal I-2022 5.01%.
Rilis tersebut tentunya akan memberikan dampak positif ke rupiah, apalagi jika lebih tinggi dari ekspektasi.
Sementara itu ada kabar bagus dari Amerika Serikat setelah pada pekan lalu PDB kuartal II-2022 dilaporkan mengalami kontraksi. Di kuartal I-2022 juga terjadi hal yang sama, artinya Amerika Serikat mengalami resesi, meski hal tersebut masih menjadi perdebatan akibat pasar tenaga kerja AS yang kuat.
Institute of Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas jasa yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juli 2022 berada di 56,7. Naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 55,3 sekaligus mengakhiri penurunan yang sebelumnya terjadi tiga bulan beruntun.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau masih di atas 50, artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.
Kabar dari ISM ini amat melegakan, karena jasa menyumbang dua pertiga dari total aktivitas ekonomi di Negeri Stars and Stripes. Jadi, ada harapan AS bisa segera mentas dari resesi. Hal tersebut tentunya menjadi kabar gembira, risk appetite berpotensi membaik yang bisa menguntungkan rupiah.
Tetapi di sisi lain, rilis tersebut membuat indeks dolar AS menguat yang memberikan tekanan ke rupiah. Alhasil, mata uang Garuda berfluktuasi.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Cnbcindonesia.com |
Kategori | : | Ekonomi |