PEKANBARU (CAKAPLAH) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Adat (DPA) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) versi Mubes Dumai, Tan Seri Syahril Abu Bakar angkat bicara terkait pernyataan Gubernur Riau Syamsuar tentang marwah Melayu pada acara yang digelar LAM versi Raja Marjohan Yusuf.
Acara tersebut digelar sempena Tahun Baru Islam 1444 H, Hari Adat se-Dunia dan HUT ke-65 Provinsi Riau yang diselenggarakan di Balai Adat Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. Gubernur Riau Syamsuar dalam acara ini mengingatkan masyarakat agar jaga marwah.
"Riau dikenal dengan ciri khas budaya Melayu. Kebudayaan Melayu ini juga dipengaruhi oleh agama Islam. Itulah mengapa Melayu tidak bisa dipisahkan dengan Islam. Harga diri Melayu akan tetap terpelihara jikalau masyarakat di negeri Riau menjaga dengan baik marwah Melayu," katanya.
Sementara itu di tempat terpisah, kepada CAKAPLAH.com, Syahril mengatakan, bahwa sebenarnya benar apa yang disampaikan gubernur terkait menjawa marwah. Namun, pihaknya menyayangkan perbedaan lisan dan sikap gubernur Riau yang disebutnya berbeda.
"Kita sayangkanlah cakap gubernur dengan kenyataannya tak sama. Ini kita kecewa. Pak gubernur itu yang tak menjaga marwah, sehingga bekecai masyarakat adat ini," kata Syahril.
"Hari ini terbukti, sementara kita sedang berproses di pengadilan, semestinya status quo lah lembaga adat ini, baik versi saya maupun pak Marjohan. Harusnya gubernur tak usah ikut campur, hormati proses pengadilan, harus bijak, taat asas dan bisa diteladani, kan gubernur yang harus jadi contoh utama kita," kata Syahril lagi.
Seharusnya, kata Syahril gubernur tak menyerahkan aset gedung ke salah satu kubu, dan menghadiri acara dimana statusnya masih bersengketa dan masalah hukum.
"Kita sebenarnya tak masalah, kalau benar kubu Marjohan yang menang di pengadilan ya silahkan, tapi kalau yang menang kami, ya hormatilah. Itu baru gubernur yang bisa disauri tauladan," kata Syahril lagi.
Syahril mengatakan, seharusnya gubernur juga mempertimbangkan perasaan dari kubu pihaknya. Dan seharusnya bisa lebih adil.
"Saya sayang juga sama pak gubernur ini, karena dia anak jati Melayu, tapi kalau dia seperti itu kan kita kecewa. Karena sejarah akan mencatat, bahwa dalam perjalannya LAM ini pecah, dan pada masa gubernur siapa, saya saja malu sebenarnya ini bertikai. Tapi karena saya di posisi diserang tentu kami membela diri. Kalau kita selesaikan baik-baik, tentu tidak akan ada seperti ini," cakapnya lagi
Lebih jauh, ia mengatakan, jangan sampai karena syahwat politik untuk tujuan 2024, gubernur mengambil langkah - langkah yang melukai masyarakat adat, terlebih versi dirinya.
Untuk diketahui, Gubernur Riau, Syamsuar dan Wakil Gubernur Riau Brigjen TNI (Purn) Edy Natar Nasution, menghadiri puncak helat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Selasa (9/8/2022) malam.
Selain itu juga terlihat Danlanud Roesmin Nurjadi Marsma TNI Ian Fuady dan unsur Forum Komiunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) lainnya, pendiri LAMR OK Nizami Jamil, sejumlah masyarakat adat dan rumpun organisasi laskar dan pemuda Melayu.
Helat LAMR itu sendiri merangkum tiga kegiatan, yakni Hari Besar Islam 1444 H, Hari Jadi ke-65 Provinsi Riau, dan Hari Masyarakat Adat Sedunia. Hari besar Islam berupa tahun baru sudah 11 hari dilalui, sedangkan peringatan 65 tahun Provinsi Riau dan Hari Masyarakat Adat Sedunia jatuh pada hari bersamaan yakni 9 Agustus 2022.
Berkaitan dengan hal itu, berbagai kegiatan dilaksanakan yakni togak tonggul, peragaan silat tiga bulan, musik gazal, doa selamat, tausyiah, dan ratib togak. Kegiatan diawali dengan pemotongan sapi yang dagingnya telah disantap bersama-sama.
Kesemua kegiatan mengandung nilai ilahiah dan duniawiyah untuk memuliakan manusia. Dalam konteks kebangsaan pula, tiga materi kegiatan ini telah mendapat status Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yakni togak tonggul, silat tiga bulan, dan ratib togak, di antara 56 WBTB yang telah diperjuangkan Dinas Kebudayaan dalam beberapa tahun terakhir.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (Ketum DPH) LAMR, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil mengatakan, kegiatan itu didukung oleh berbagai pihak, di antaranya adalah Pemprov Riau, LAMR Kampar, BUMD Pelalawan, bahkan simpul-simpul lasykar maupun pemuda Melayu Riau.
"Tak kecil pula rasa terima kasih kepada kawan-kawan pengurus LAMR yang telah bertungkus-lumus menyiapkan acara ini," katanya.
Dalam amanahnya, Gubernur Riau Syamsuar yang juga Datuk Seri Setia Amanah Masyarakat Melayu Riau mengatakan, masyarakat Riau memang harus memperbanyak syukur karena daerah ini dilimpahi berbagai kekayaan material dan spiritual.
"Banyak orang salah bahkan keramat di berbagai kabupaten/kota," kata Syamsuar seraya mengatakan keadaan tersebut harus senantiasa dipelihara sehingga keberkahan terus mengalir di daerah ini.
Menurut Gubri, kalaulah marwah itu sendiri tidak bisa dijaga, orang lain tidak akan segan dan menghormati. Terlebih lagi bagi kalangan anak muda, budaya Melayu lebih menjati diri sehingga anak milenial tidak buta akan budaya Melayu dan sejarah Riau.
"Perlu kita jaga negeri (Riau) ini, yaitu marwah Melayu harus kita pelihara, karena kalau marwah tidak akan terpelihara orang tidak akan segan kepada kita," kata Gubernur Syamsuar. Untuk itu, Gubri mengingatkan dan mengajak seluruh masyarakat Riau agar menanamkan rasa memiliki negeri Riau yang memiliki banyak keberkahan.
Hal senada Ketum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR Datuk Seri Marjohan Yusuf dan penceramah Dr Zul Ikrami Lc MA mengatakan, sederhananya Melayu mengidentikkan dirinya dengan Islam. Cara menghormati keturunan Rasulullah tidak saja memuliakan pengajian yang mereka lakukan, bahkan menjadikan mereka pemimpin seperti terlihat pada Kerajaan Siak dan Pelalawan.
Oleh karena itu, kata Zul Ikrami, beraktivitas di daerah ini, juga dapat bermakna mengikuti jejek sejumlah keturunan Rasulullah SAW. Jadi, dia tidak akan tinggalkan daerah ini karena ada sesuatu yang bernilai sunnah dan dilaksanakan dalam aktivitas keseharian.
Penulis | : | Satria Yonela Putra/Amin |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Pemerintahan, Riau |