Ilustrasi.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Jim Gafur mengungkapkan, Provinsi Riau sangat kecil kemungkinan untuk tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) setiap tahunnya.
Ada dua hal yang menjadi kendala, yakni karena luasan Riau yang sebagian besar gambut, dan ulah manusia.
"60 persen Riau itu gambut, 40 persen mineral. Kalau kering, musim kemarau, itu cepat sekali terbakar," kata Jim, Kamis (1/9/2022).
Ia menjelaskan, ada dua periode kemarau di Riau, yakni Januari - Februari kemarau, kemudian Mei, Juni, Juli, dimana rawan kebakaran lagi.
"Persoalannya, gambut kita banyak yang sudah rusak, kalau musim kemarau mudah sekali terbakar, karena kering. Dan memang sengaja dibakar dan tak sengaja terbakar. Dengan mudahnya terbakar ini, inilah yang sangat kecil sekali kita hilangkan Karhutla di Riau, karena kita tak mungkin zero fire spot," ujarnya lagi.
Ia menjelaskan, dengan gambut di Riau yang sudah rusak, restorasi gambut membutuhkan puluhan tahun.
"Dan memang selain persoalan gambut ini, Karhutla ini 90 persen itu karena kesengajaan, oleh manusia. Jadi, tugas kita sekarang, bagaimana kita menyadarkan manusianya untuk tak membakar. Sudah ada upaya dengan ancaman pidana, patroli, dan hal - hal lainnya," cakapnya lagi.
Namun, ia mengatakan, yang paling menjadi prioritas adalah, bagaimana tidak terjadi kabut asap di Riau. Pihaknya maupun Satgas Karhutla saat ini terus berjibaku melakukan upaya pemadaman dan pencegahan.
Untuk diketahui, sepanjang tahun 2022 ini, dari Januari sampai Agustus, dari data BPBD sudah terjadi lebih dari seribu hektar lahan di Riau terbakar.
Penulis | : | Satria Yonela |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Pemerintahan, Lingkungan, Riau |