PEKANBARU (CAKAPLAH) - Geliat pariwisata di Provinsi Riau perkembangannya meningkat pesat, ditandai dengan banyaknya objek wisata yang beroperasi.
Kampar merupakan kabupaten di Riau bahkan Indonesia yang pertumbuhan pariwisatanya sangat tinggi. Selain potensi pariwisatanya yang banyak, beragam dan indah, jumlah pengunjungpun paling tinggi di Provinsi Riau.
Seperti pasca pandemi, pada masa lebaran Idulfitri yang lalu saja, Kampar kedatangan wisatawan nusantara 150.186 orang dan wisatawan mancanegara 96 orang.
Disatu sisi perkembangan pariwisata tersebut mampu membantu pertumbuhan perekonomian masyarakat, karena objek wisata itu dibangun oleh masyarakat atau kelompok yang memberikan manfaat bagi UMKM yang berjualan sekitar objek wisata. Namun di sisi lain, objek wisata itu masih banyak yang belum memenuhi standar sebagaimana yang telah diatur dalam Permen Parekraf RI No 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan.
Peristiwa kecelakaan di objek wisata yang telah terjadi beberapa kali, yang terakhir tenggelamnya pengunjung di Pulau Kosiok Kabupaten Kampar pada 27 Agustus lalu disikapi dengan bijaksana oleh PJ Bupati Kampar, Kamsol. Menurutnya, intensitas hujan yang tidak bisa ditebak merupakan faktor utama harus ditutupnya wisata air yang berada di aliran Sungai Kampar dan harus jadi pelajaran bagi pihak pengelola wisata air.
Pj Bupati Kampar menanggapi bahwa hendaknya pihak pengelola wajib menyediakan standar pengaman di tempat wisata. Hal itu bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
DPW Indonesia Adventure Travel Trade Assosiation (IATTA) Provinsi Riau, sebagai asosiasi pelaku wisata petualangan mendukung kebijakan Bupati. "Untuk mencegah agar tidak terjadi lagi kecelakaan pengunjung di objek-objek wisata, langkah yang diambil Bupati Kampar sangat tepat," tutur Ismael Bram Arya, Sekretaris DPW IATTA Riau pada Jumat (2/9/2022).
"IATTA Riau dalam satu tahun terakhir, dengan kemandirian dan bersinergi telah melakukan survey, sosialisasi dan pelatihan tentang wisata petualangan dan standarisasi. Kami menemukan sebagian besar objek wisata tersebut tidak memiliki standarisasi baik standarisasi usaha, standarisasi peralatan, standarisasi SDM dan standarisasi keselamatan," lanjut Bram.
IATTA Riau telah melakukan survey potensi wisata petualangan di 6 desa yang berada di kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling yang potensial untuk dikembangkan. Kemudian secara mandiri melakukan pelatihan standarisasi keselamatan arung jeram di Kelompok Wisata Mandiangin Desa Tanjung, wisata tebing dan budaya dengan Pokdarwis Desa Pulau Belimbing. Serta dengan Dinas Pariwisata Provinsi Riau, IATTA diikutsertakan menjadi narasumber pelatihan di kabupaten/kota tentang pentingnya standarisasi keselamatan pengunjung.
Tahun 2021, dalam pembahasan ranperda Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Riau, IATTA telah memperjuangkan agar persoalan standarisasi keselamatan ini dimasukkan dan mendapat perhatian khusus.
"DPW IATTA Riau merasa terpanggil untuk membantu Pemkab Kampar dalam membangun objek wisata yang memenuhi standar," tutur Bram.
Bram juga mengatakan antara DPW IATTA Riau dengan Dinas Pariwisata Kampar sudah terbangun komunikasi ketika tahun 2021 lalu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar telah berkunjung ke Kantor DPW IATTA Riau.
Penulis | : | Alzal |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Peristiwa, Kabupaten Kampar |