Ilustrasi
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Sejumlah harga komoditas di Kota Pekanbaru terpantau mengalami kenaikan. Komoditas yang hingga kini masih terus mengalami kenaikan adalah cabai merah.
Pantauan CAKAPLAH.com di Pasar Cipta Karya Ujung Minggu (4/8/2022), harga cabai merah sudah di angka Rp108.000 per kilogramnya. Mengalami kenaikan Rp8.000 dibandingkan dengan pekan sebelumnya.
Demikian juga dengan harga cabai setan. Sebelumnya harga cabai setan masih di harga Rp60.000 per kilogram, namun kini menjadi Rp68.000 per kilogram.
Tak hanya jenis cabai yang mengalami kenaikan, bawang merah juga mengalami kenaikan. Bawang merah kini dijual Rp30.000 per kilogram. Sebelumnya hanya Rp24.000 per kilogramnya.
Kemudian untuk harga telur juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Saat ini telur dengan ukuran besar dijual dengan harga Rp56.000 satu papan.
"Memang rata-rata mengalami kenaikan. Kenaikan sudah terjadi sejak wacana harga BBM naik," ujar Ucok, penjual di Pasar Cipta Karya Ujung, Minggu (4/9/2022).
Ia mengatakan untuk komoditas cabai contohnya, saat ini memang terus mengalami kenaikan. Sempat turun beberapa waktu lalu, namun kini meroket lagi.
"Nggak tau juga kenapa naik. Yang pasti kami beli memang sudah tinggi harganya. Dan ini sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir," terangnya.
Ia khawatir naiknya harga BBM ini akan semakin memperparah keadaan. Dengan kata lain akan mengerek harga kebutuhan pokok khsususnya cabai.
"Sebelum BBM naik saja harga sudah sangat tinggi, apalagi kalau BBM naik. Saya khawatir harga barang-barang semakin menggila," sebutnya.
Hal senada disampaikan penjual telur, Iwan. ia mengatakan kenaikan telur sudah terjadi sejak sebulan terakhir.
"Saya berharap kenaikan BBM tidak akan memicu harga telur semakin menggila lagi. Ini saya jual sudah Rp56 ribu satu papannya. Memang ada yang lebih murah tapi ukuran telurnya kecil-kecil. Masyarakat banyak yang lebih memilih beli yang kecil-kecil karena lebih murah," ucapnya.
Sebelumnya pengamat ekonomi dari Universitas Riau, Dahlan mengatakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi saat ini dipastikan akan memicu terjadinya inflasi di Provinsi Riau. Diperkirakan akan terjadi kenaikan inflasi dibandingkan bulan sebelumnya sekitar 2.5 hingga 3 persen.
Ia mengatakan di saat ekonomi Riau yang lambat ini ditambah dengan harga minyak yang naik, itu pasti akan mendorong kenaikan harga. Dengan kenaikan harga, otomatis akan mengerek inflasi.
"Apalagi psikologi masyarakat. Ini pasti akan mendorong ke harga lainnya ini. Itu yang jadi persoalan di Indonesia ini. Bukan pada berapa persen naiknya, tapi secara psikologi sudah naik duluan," ujar Dahlan, Sabtu (3/9/2022).
"Dikhawatirkan dengan kenaikan harga BBM ini, di Triwulan IV mendatang pertumbuhan ekonomi Riau lebih rendah dari sebelumnya," imbuhnya.
Lanjut Dahlan, selain inflasi, dampak lain yang akan terjadi akibat kenaikan harga BBM ini adalah nantinya transportasi khususnya untuk ojek online (Ojol) juga pasti akan mengalami kenaikan. Padahal sebelumnya kan rencana kenaikan tarif Ojol dilarang oleh Kemenhub. Dengan adanya kenaikan harga BBM pasti kali ini akan naik tarifnya.
Yang selanjutnya di saat harga sawit masih pelan tumbuhnya, tiba-tiba harga Pertalite naik, menyebabkan petani ataupun masyarakat yang memiliki usaha di sektor pertanian akan menjaga konsumsinya.
"Tapi beda cerita jika harga sawit naik sampai diatas Rp2500, baru masyarakat akan mulai menggesa belanjanya. Tapi kalau kondisi sekarang ini, dengan harga sawit yang masih rendah ditambah harga BBM naik maka saya kira daya beli akan turun juga. Karena Riau itu sangat bergantung kepada sawit. Jika harga sawit tinggi, maka ekonomi akan bergerak sendiri," sebutnya.
Disampaikan Dahlan lagi, pilihan untuk menaikkan BBM ini memang menjadi pilihan pahit namun harus dilakukan, karena utang Indonesia yang besar dan defisit juga harus dipastikan tidak lebih tinggi dari 3 persen.
"Konsekwensinya memang gejolak, tapi mau tak mau ya harus dilakukan," pungkasnya.