Ilustrasi
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Sepanjang tahun 2022, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mencatat hampir 1.200 hektare lahan dan hutan terbakar di Provinsi Riau.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edy Afrizal mengatakan, adapun penghitungan luasan lahan dari Satgas adalah dengan pengukuran dan rekap laporan harian.
"Data kami berdasarkan rekap laporan harian yang dikirim oleh rekan-rekan Satgas di lapangan," kata Edy kepada CAKAPLAH.com, Selasa (6/9/2022).
Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Riau, sejauh ini terdapat kurang lebih 3.700 hektare luasan hutan dan lahan yang terbakar di Riau.
Kabid Perubahan Iklim, Pengelolaan Limbah Padat Domestik dan Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau, Alwamen mengatakan bahwa angka yang didapat DLHK adalah wali data dari Kementrian LHK.
"Di Kementerian LHK itu hasil data spasial, yang dihitung bukan dari tempat lokasi yang terbakar, tapi jumlah terjadinya kebakaran dari luasan, padahal tempatnya yang sama, berulang di tempat itu (terbakar) lalu diakumulasikan," kata Alwamen.
Sementara itu, Daops Manggala Agni Sumatera IV/Pekanbaru, Chaerul P. Ginting mengatakan, bahwa mengapa luasan jumlah kebakaran hutan dan lahan yang dicatat KLHK lebih luas, hal ini dikarenakan KLHK melakukan pengulangan luas apabila terjadi kebakaran di satu lokasi.
"Contoh di Bangko Pusako, sering terjadi kebakaran berulang, di Januari terbakar, nanti di Maret terbakar lagi, di KLHK ini dihitung terkait luasan Karhutla," kata Chaerul.
Salah satu alasan kenapa dihitung ulang, adalah karena penghitungan emisi. Setiap terjadi Karhutla menimbulkan emisi, dan akan dihitung, karena ada target penurunan emisi di 29 persen.
"Dan kenapa yang dicatat Kementrian LHK lebih luas, karena penghitungan menggunakan satelit," tukasnya.***
Penulis | : | Satria Yonela Putra |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Pemerintahan, Lingkungan, Riau |