(CAKAPLAH) - Wacana penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa ke-2 di rantau (kawasan) Asia yang pernah di wacanakan oleh Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob telah dapat terwujud dan dapat menjadi dorongan untuk menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam forum-forum regional maupun internasional.
Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob telah berkomitmen untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kedua dalam forum-forum regional maupun Internasional. Bahasa Melayu telah pun diperkenalkan di Australia dan telah digunakan dalam forum di Parlemen Australia. Mengutif apa yang disampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob yang mengatakan beliau bangga, wacana yang beliau sampaikan bahwa akan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa ke-2 sudah mulai dan terbukti digunakan di kawasan Asia.
Dalam pelantikan sebagai anggota Parlemen Tangney di Perth, Australia, Sam Lim menggunakan bahasa Melayu sebagai pengantar dalam sambutan pelantikannya sebagai anggota Parlemen Australia mewakili wilayah Tangney, Perth Australia. Oleh Datuk Ismail Sabri Yaakob, ini merupakan awal dari memperkenalkan dalam penggunaan bahasa Melayu dalam forum resmi. Seperti diketahui Sam Lim merupakan anggota Parlemen yang baru dilantik dari Australian Labor Party yang menang dalam pemilihan umum dari wilayah Tangney di Pert Australia.
Sebagai negara yang mayoritas menggunakan bahasa Melayu, Malaysia terus berupaya menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kedua yang akan digunakan dalam forum-forum regional maupun Internasional. Umumnya penggunaan bahasa Melayu digunakan di Semenanjung Malaysia. Dari Johor Bahru, Negeri Sembilan, Selangor, Perlis, Perak, Pahang, Kedah, Terengganu, Pulau Penang, Malaka hingga Kelantan di wilayah utara, masyarakatnya menggunakan bahasa Melayu dan juga di Sarawak dan Sabah di Pulau Kalimantan (Borneo) juga menggunakan bahasa Melayu. Tentu ini menjadi alasan yang sangat kuat untuk mengajak negara negara dalam kawasan Asia Tenggara khususnya dan Asia umumnya.
Lebih kurang 300 juta masyarakat ASEAN menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan bahasa ketujuh terbesar di dunia. Bahasa Melayu digunakan di Indonesia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand selatan, Filipina selatan dan sebagian dari Kamboja (Melayu-Champa), Vietnam, sebagian kecil di Laos serta Myanmar. Beberapa negara tersebut menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan pembicaraan sehari hari.
Mengutip pendapatnya Prof. Datuk Dr. Teo Kok Seong, Profesor Lingustik (bahasa) di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), mengatakan bahwa bahasa Melayu bukan bahasa ibunda saya, bukan bahasa etnik saya, karena saya adalah dari keturunan Cina dan Siam, tetapi Bahasa Melayu adalah bahasa negara saya dan saya seharusnya menuturkannya dengan bangga dan fasih. Saya pikir semua warga negara di negara Malaysia berpandangan demikian. Di negara ini, bahasa lain diberikan hak untuk diajar dan dituturkan, seharusnya hak ini juga diberikan tanggung jawab. Maka tanggungjawab kita kepada negara ini (Malaysia) ialah dengan menjunjung bahasa resmi yaitu bahasa Melayu.
Oleh sebab itu, identitas Melayu akan tetap kekal dengan selalu menggunakan bahasa Melayu dalam percakapan baik resmi maupun tidak resmi. Takkan hilang Melayu ditelan zaman. Seperti ungkapan Dr. Mahathir Mohamad yang mengatakan “tak ada gunung yang tinggi tak dapat didaki, tak ada lurah yang dalam yang tak dapat dituruni”, menggambarkan, tekat orang Melayu khususnya di Semenanjung Malaysia untuk dapat berkembang dan maju sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia.
Sejarah mencatat kegemilangan bangsa Melayu dengan penggunaan bahasa Melayu yang telah bertapak di rantau nusantara, telah menjadikan kekuatan dalam persaingan dengan bangsa-bangsa lainnya.
Kejayaan orang-orang Melayu seperti Sosok Hangtuah, Hang jebat serta Raja Ali Haji merupakan segelintir tokoh-tokoh Melayu yang tercatat dalam sejarah kegemilangan dan identitas bangsa Melayu.
Identitas dan perilaku bangsa Melayu akan terus dijaga. Banyak pengusaha-pengusaha yang tidak melupakan identitas Kemelayuannya. Dan itu dibuktikan di kalangan bangsa Melayu sendiri. Bangsa Melayu dapat berkembang dan bersaing dengan komunitas lainnya.
Kesuksesan pengusaha-pengusaha Melayu dengan keuletan dan ketekunan menjadikan bangsa Melayu sebagai bangsa yang sukses diikuti dengan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan di rantau Asia. Tak kan Melayu hilang di dunia ataupun takkan hilang Melayu di telan zaman.
Dalam buku Tuhfat Al Nafis Sejarah Melayu-Islam karangan Virginia Matheson Hooker secara jelas menjelasakan sejarah kejayaan dan kecemerlangan Melayu di masanya dan itu mestinya tidak hilang ditelan arus globalisasi kebudayaan dan bahasa.
Penulis | : | Hasrul Sani Siregar, MA, Widyaiswara di BPSDM Riau/Alumni UKM, Malaysia |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Cakap Rakyat |