PEKANBARU (CAKAPLAH) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Riau memprediksi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berpengaruh terhadap tingkat hunian kamar atau okupansi hotel.
Ketua PHRI Novrizal saat dihubungi CAKAPLAH.COM mengatakan seberapa pengaruhnya nanti terhadap okupansi, baru akan terlihat setelah satu bulan pasca kenaikan BBM.
"Saya kira hal ini (kenaikan BBM) pasti berpengaruh. Tapi seberapa besarnya nanti pengaruhnya terhadap penurunan okupansi kan kita belum bisa melihat. Kita melihatnya nanti setelah satu bulan, bahan pokok juga akan naik, kan akan kelihatan," ujar Novrizal, Sabtu (10/9/2022).
Ia mengatakan terkait kenaikan BBM ataupun kenaikan listrik, kenaikan harga lainnya kan memang sudah sering terjadi, artinya bukan hal baru lagi di perhotelan.
"Turun naiknya okupansi sebenarnya juga berpengaruh terhadap arus keluar masuknya orang ke Pekanbaru, terus turun naiknya harga kamar penjualan tentu juga terkait cost yang harus kita keluarkan, itu biasa," Cakapnya.
Untuk BBM naik kan, kendaraan yang akan menjadi masalah. "Maksudnya kan biasa orang ke hotel datang naik mobil sendiri kan, nah itukan juga pasti akan berpengaruh gitu," sebutnya.
Disinggung terkait apakah nantinya ini juga akan berpengaruh terhadap kenaikan tarif harga menginap di hotel, Novrizal mengatakan sampai saat ini belum ada rencana kenaikan tarif.
"Karena kan namanya orang bisnis itukan melihat peluang, kalau peluangnya cukup besar, terus pengaruhnya terhadap kenaikan BBM itu cukup tinggi itu setidaknya akan ada kenaikan, tapikan harus dihitung dulu," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan non-subsidi resmi naik per Sabtu (3/9/2022) siang. Kenaikan ini untuk BBM jenis Pertalite, solar dan pertamax.
"Kenaikan resmi berlaku 14.30 WIB," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif, Sabtu (3/9/2022).
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Konferensi Pers bersama Menteri Terkait perihal Pengalihan Subsidi BBM ditayangkan akun Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (3/9/2022), menjelaskan, alasan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Dijelaskan, harga Pertalite diputuskan naik dari Rp7.650 jadi 10.000 per liter.
"Ini adalah pilihan terakhir pemerintah, yaitu mengalihkan subsidi BBM. Sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini subsidi akan alami penyesuaian," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, anggaran subsidi pemerintah sudah meningkat 3 kali lipat dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun dan itu akan meningkat terus. Lebih dari 70% subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil pribadi.
"Mestinya uang pemerintah itu diberikan untuk subsidi bagi masyarakat kurang mampu. Subsidi harus menguntungkan masyarakat kurang mampu," kata Jokowi.
Kabar kenaikan harga BBM ini sudah santer sejak beberapa pekan terakhir, hingga sempat memicu perdebatan dan panic buying di sejumlah lokasi.
Diketahui, detail kenaikan harga BBM yakni untuk pertalite menjadi Rp10.000 per liter dari sebelumnya Rp7.650 per liter. Kemudian solar menjadi Rp6.800 per liter dari sebelumnya Rp5.150 per liter.
Selanjutnya harga BBM Pertamax mengalami kenaikan dari saat ini Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.