SEOUL (CAKAPLAH) - Jay Y Lee, Wakil Ketua Grup dan Kepala De Facto Samsung, dibebaskan dari penjara hari ini begitu pengadilan Korea Selatan menolak surat perintah penangkapan terhadap dirinya. Lee berada di balik jeruji besi selama satu malam setelah terbukti terlibat dalam skandal suap yang melibatkan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye.

Dia menghabiskan waktu di penjara karena menunggu keputusan pengadilan mengenai apakah permintaan jaminan penangkapan terhadap dirinya dikabulkan. "Setelah meninjau isi dan proses penyelidikan lebih jauh, sulit untuk mengakui perlunya dan kekukuhan penangkapan pada tahap saat ini,” demikian pernyataan keputusan hakim.

Jaksa Korea Selatan mengaku tidak senang dengan keputusan hakim tersebut. Kantor kejaksaan khusus mengatakan pihaknya akan melanjutkan penyelidikan, tetapi belum memutuskan apakah akan melayangkan surat perintah penangkapan lagi dalam waktu dekat.

Phone Arena, Jumat (20/1/2017), melaporkan bahwa para pejabat juga menjelaskan bahwa pembebasan Lee tidak akan mengubah rencana mereka untuk menyelidiki konglomerat lainnya yang diduga terlibat dalam skandal suap. Juru bicara Lee Kyu-chul mengatakan bahwa jaksa tidak percaya dengan pernyataan Lee bahwa ia adalah korban pemaksaan karena tekanan dari Presiden Park. Dia juga menjelaskan bahwa Wakil Ketua Samsung, Choi Gee-sung, juga diduga melakukan kejahatan yang sama, tetapi tidak memberikan rincian tambahan.

Dua pejabat Samsung lain saat ini sedang diselidiki. Mereka adalah Wakil Choi, Chang Choong-ki, dan eksekutif Samsung Electronics Park Sang-jin. Lee Jung-jae, seorang pengacara dan mantan jaksa, mengatakan kepada Reuters bahwa ia tidak percaya jaksa khusus akan mendorong penahanan Lee.

"Mereka mungkin sudah memiliki banyak bukti yang mereka bisa kumpulkan," jelasnya. "Mereka akan mendakwa dia pada akhirnya, tapi tanpa penahanan," lanjutnya.

Di sisi lain, Samsung mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka menghargai bahwa fakta kasus suap ini sekarang dapat ditentukan tanpa perlu penahanan. Pihak lainnya tidak terlalu menghargai keputusan hakim hingga beberapa masyarakat marah. Reuters mengutip dari orang-orang di portal web Korea Selatan, Naver, salah satu dari mereka mengatakan bahwa hukum tidak sama untuk semua.*