PEKANBARU (CAKAPLAH) - Kebijakan-kebijakan para ketua partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di lingkup Provinsi Riau terhadap pencapresan 2024 menarik untuk disimak.
Sejak jauh hari, DPD I Golkar Riau memastikan mengikuti hasil Rapimnas Golkar yang memutuskan bahwa calon presiden dari Golkar adalah Ketumnya Airlangga Hartarto.
Sementara, DPW PAN Riau, belum lama ini memutuskan 5 nama untuk diusulkan ke DPP sebagai Capres. Dan menariknya, yang paling terdepan yang diusung PAN Riau adalah Menteri BUMN, Erick Tohir.
Sementara itu, Ketua DPW PPP Riau, Syamsurizal mengambil kebijakan berbeda. Dimana PPP Riau tidak 'latah' untuk mengusulkan nama Capres, karena menurut Syamsurizal, pihaknya akan menunggu keputusan dari DPP yang merupakan hasil dari keputusan KIB.
Lantas, kebijakan mana yang paling efektif?
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Islam Riau, Panca Setyo Prihatin kepada CAKAPLAH.com, koalisi atau kesepakatan politik kontestasi seperti KIB ini, adalah upaya membangun poros kuat yang memenuhi ketercukupan syarat mengajukan calon presiden menyongsong Pilpres 2024.
"Menurut pendapat saya parpol koalisi KIB ini sudah memenuhi 20 persen suara di parlemen, tapi tidak cukup kuat untuk mendorong figur dari internalnya sendiri. Katakanlah Ketum Golkar Airlangga Hartarto yang tingkat elektabilitasnya belum sampai 1 persen, maka saya menduga koalisi ini dibangun dalam rangka memperkuat posisi tawar mereka dalam kontestasi Pilpres 2024," ujarnya, Sabtu (8/10/2022).
Keputusan Munas Golkar mendukung ketumnya, kata Panca, tentu akan dijaga erat oleh barisan partai sampai ke daerah walaupun dalam hitungan politik hal ini sangat riskan.
Sementara, keberanian PAN Riau memberikan dukungan terbuka pada Erick Thohir juga bisa dimaklumi untuk menjaga line up mereka di percaturan politik Pilpres.
"Bukti bahwa koalisi ini ragu dengan calonnya sendiri setelah kita mendengar pernyataan bahwa PPP juga menyerahkan sepenuhnya keputusan pada DPP nya," jelasnya.
Lebih jauh, ia mengatakan, hal yang paling realistis dilakukan koalisi ini adalah dengan membaca hitungan politik kuantitatif dan kualitatif.
Secara kuantitatif Anis, Ganjar, dan Prabowo memiliki peluang besar memenangkan Pilpres 2024, dan koalisi ini juga harus jujur mengatakan jika ingin memenangkan Pilpres setidaknya mempertimbangkan ketiga calon presiden ini untuk diusung.
"Tapi, jika tetap berambisi dengan calon internal maka koalisi ini menuju ambang kehancuran dan kehilangan momentum untuk menjadi bagian koalisi menang. Tapi diakui Golkar adalah partai yang sangat berpengalaman dalam percaturan politik tanah air, dengan tetap berada di line up pemenang walaupun realitasnya kalah," tukasnya.