9 Agustus 2017 ini, Provinsi Riau genap usianya yang ke-60 tahun. Bagi sebuah provinsi yang sedang membangun, usia ke-60 ini sebenarnya adalah usia yang sudah cukup untuk mengetahui apakah pembangunan sudah berhasil atau masih 'jalan di tempat'.

Untuk menjawab ini, kita mungkin bisa ambil perbandingan antara Riau dengan beberapa provinsi yang seumur. Misalnya, Provinsi Jambi dan Provinsi Kalimantan Tengah yang tahun ini sama-sama berusia yang 60 tahun.

Kalaulah boleh besaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) menjadi tanda dan ukuran kemajuan, tentunya Riau lebih maju dari Jambi dan Kalimantan Tengah. Riau punya APBD Rp10 triliun lebih sedangkan Jambi dan Kalimantan Tengah cuma punya APBD kisaran Rp4 triliun lebih untuk tahun 2017 ini.

Namun, sebagai rakyat Riau yang menginginkan Riau lebih maju dan bermarwah, tentunya rasa puas atas apa yang dihasilkan Riau hari ini mesti kita tahan dulu. Karena masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai, khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat. Ini ditunjukkan dari tingginya angka pengangguran dan kemiskinan serta infrastruktur yang belum memadai untuk kepentingan rakyat sehingga perkembangan Riau masih membuat kening kita berkerut.

Semangat Visi Riau 2020 dan integritas yang digalakkan Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman patut menjadi bahan renungan kita dalam peringatan HUT  Riau yang ke-60 tahun ini. Slogan  Riau Berintegritas dan tagline 'Menghulu Budaya Melayu, Menghilir Riau Berintegritas' dalam tema ulang tahun kali ini menjadi titik awal bagi kita untuk berkaca diri. Taklah salah sambil berkaca, kita bertanya pada diri sendiri: sudah pantaskah kita mengaku sebagai orang Riau yang berbudaya Melayu nan Islami? Sudah layakkah kita menyebut diri ini adalah warga Riau yang memiliki integritas? Dan kalau memang sudah merasa punya integritas, di level berapa kita berada? Ah, biarlah hati nurani yang menjawabnya.

Meskipun demikian, ada beberapa hal penting namun santai terkait integritas yang ingin disampaikan pada tulisan ini.

Kita tentu masih ingat Gurindam 12 karya monumental dan fenomenal Raja Ali Haji. Jika kita baca dan hayati setiap pasal-pasal dalam gurindam tersebut, maka ini sangat cocok dengan semangat integritas yang akan kita bangun di negeri Melayu lancang Kuning ini.

Contohnya bunyi gurindam di pasal 11:

Hendaklah berjasa,
Kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
Buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
Buanglah khianat.
Hendak marah,
Dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
Jangan memalui.
Hendak ramai,
Murahkan perangai.

Rangkap "hendaklah berjasa kepada yang sebangsa' dalam Gurindam 12 diatas berisi tentang ajakan untuk memberi manfaat terhadap negeri. Sebagai orang Riau yang tinggal di negeri Melayu, kita punya tanggungjawab untuk ikut terlibat dalam membangun negeri. Dan dalam bekerja membangun Riau, kita harus memakai cara-cara yang bernilai, berprinsip dan berkarakter Islam. Ini karena Melayu sangat dekat dengan Islam. Nilai dan karakter yang harus dipegang  itu antara lain jujur, tidak korupsi, tidak malas, bekerja maksimal dan sesuai tuntunan.

Kalau kita melihat sejarah kepemimpinan Riau, sudah mahfum diketahui banyak orang bahwa ada beberapa orang Riau tersandung masalah hukum karena tugasnya. Dan supaya ini tak terjadi lagi, sudah tepat rasanya Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengingatkan kita tentang integritas dalam bekerja, berbuat, bertindak, berprilaku dalam pembangunan semua bidang.

Jika urusan karakter sudah selesai, maka ada satu lagi modal pembangunan yang harus menjadi perhatian, yakni modal persatuan.

Nah, berbicara tentang persatuan,  dalam Gurindam 12 Raja Ali Haji sudah dinukilkan. Seperti yang disebut dalam pasal 6:

Cahari olehmu akan sahabat,
Yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
Yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
Yang boleh dimenyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
Pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan ‘abdi,
Yang ada baik sedikit budi,

Dari pasal 6 diatas, sudah jelas bagaimana pentingnya seorang sahabat dan persatuan. Persahabatan dan persatuan adalah jalan keluar disaat kita menemukan kebuntuan dalam melakukan tugas-tugas membangun negeri ini. Oleh karenanya, tak elok kalau kita sesama anak negeri ini saling sikut dan saling menjatuhkan dalam mencapai tujuan. Sebaiknya, kita saling rangkul demi kemajuan negeri. Tak ada lagi kedepan itu orang si A dan si B, namun yang ada itu adalah kita sama-sama orang Riau yang penuh persahabatan dan persatuan. Tak ada lagi di antara kita saling tidak bertegur sapa dan putus silaturahmi. Yang lalu biarlah berlalu, mari bersatu dan saling rangkul untuk Ruau kedepan. Dan ajang pilgubri 2018 mendatang adalah panggung bagi kita untuk menunjukkan persatuan, bukan arena saling sikut dan jatuhkan lawan.

Tahniah Riau, semoga berjaya hingga akhir masa. Dan Visi Riau 2020 yang memiliki azam untuk mewujudkan Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan bathin di asia tenggara tahun 2020 pun dikabulkan Allah. Amin tsumma Amin....