PEKANBARU (CAKAPLAH) - Staf ahli Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Kementerian PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Erwin Dimas, menyampaikan kuliah umum di kampus Universitas Lancang Kuning (Unilak) Pekanbaru, Sabtu (29/10/2022). Momen ini merupakan refleksi Sumpah Pemuda dalam rangka menyampaikan pandangan “kearah mana Riau ini dibawa di masa yang akan datang”.
Industri dan pertanian (dalam artian luas termasuk perkebunan dan perikanan) adalah sektor yg harus menjadi lokomotif pembangunan Riau kedepan.
Dalam kuliah umum yang digelar di Aula Pustaka Unilak tersebut Erwin Dimas menyampaikan "Isu, Tantangan dan Peluang Pembangunan Menuju Pemulihan Ekonomi Nasional" serta menyampaikan temuan temuan lapangan dari kunjungan kerja beberapa tahun terakhir ini di berbagai kabupaten/kota di Riau antara lain kawasan Dumai, Tenayan dan Buton termasuk juga beberapa daerah sentra pangan, perikanan dan perkebunan. "Temuan temuan itulah tantangan kita kedepan dan hal ini selalu menjadi catatan saya," cakapnya.
Dalam paparannya, Erwin mengatakan tahun 2022 merupakan tahun pertama mulai lepas dari tekanan Covid-19 sekaligus merupakan tahun kunci pemantapan pemulihan dan akselerasi pertumbuhan serta transformasi ekonomi. Ia menyebut, perlu strategi utama “game changer” menuju Visi Indonesia 2045. Strategis tersebut diantaranya SDM berdaya saing, Produktivitas Sektor Ekonomi, Ekonomi Hijau, Transformasi Digital,dan integrasi Ekonomi.
Pada kesempatan yang sama Erwin Dimas juga menyampaikan bahwa Riau sebagai 5 provinsi terbesar kontributor industri manufaktur diantaranya Industri, pertanian (arti luas), pertambangan, perdagangan dan konstruksi.
"Potensi ekonomi Riau yang menunjang industri manufaktur adalah kebun kelapa terluas se-Indonesia, perkebunan sagu, penghasil karet terbesar ke-3 di Indonesia, perkebunan sawit terbesar di Indonesia, luasan baku sawah mencapai 62.689 ha, dan sektor perikanan," paparnya.
Namun demikian Erwin mengungkapkan ada hambatan utama pertumbuhan jangka Panjang di Riau. "Hambatan tersebut adalah aspek keuangan yakni terbatasnya financial inclusion (literasi berinvestasi), penyaluran kredit perlu ditingkatkan, dan infrastruktur diantaranya kondisi jalan yang harus ditingkatkan," cakapnya.
Di sisi lain Erwin juga menganalisis mesin industri Riau yaitu Kawasan Industri Dumai, Kawasan Industri Tenayan di Pekanbaru, dan Kawasan Industri Tanjung Buton di Kabupaten Siak. "Ketiga Kawasan tersebut memiliki masalah yang perlu kita cari solusi dan penanganannya," ungkapnya.
Selain itu Erwin juga melakukan analisis terkait dengan April Group (RAPP) bahwa terdapat tantangan ketersediaan bahan baku dan kepastian perizinan serta posisi headquarter April berlokasi di Singapura karena insentif perpajakan yang lebih menarik. Tentunya, kata Erwin, ini juga perlu penanganan dan cari solusi terbaik untuk ekonomi Riau kedepan.
Terkait dengan infrastruktur dan konektivitas jalan tingkat kemantapan jalan provinsi tahun 2021 adalah 62,97 persen atau dibawah rata-rata kemantapan jalan provinsi secara nasional yang mencapai 68 persen. Selain itu, tingkat kemantapan jalan kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2020 adalah 57,33 persen atau di bawah rata-rata kemantapan jalan kabupaten/kota secara nasional sekitar 61 persen.
"Perlu mencari alternatif solusi terkait konektivitas dan infrastruktur jalan dengan tingkat kemantapan minimal adalah 70 persen untuk meningkatkan perekonomian Provinsi Riau," cakapnya lagi.
Erwin juga menyampaikan ada 2 strategi yaitu pertama mendorong kawasan industri antara lain Dumai, Buton, Tenayan sebagai engine of growth. Hal ini akan menurunkan tingkat pengangguran di Pekanbaru, Kampar, Bengkalis dan sekitarnya. Daerah-daerah tersebut termasuk daerah yang memiliki tingkat pengangguran tinggi.
"Kedua perkuat pondasi ketahanan pangan (padi kita), kita memiliki produktivitas padi yang masih rendah plus lahan kita ada kecenderungan menurun. Perlu memilih intervensi di kawasan tertentu untuk padi, perikanan dan perkebunan antara lain kelapa, karet, sawit dan sagu, akan menurunkan tingkat kemiskinan di daerah Inhil, Inhu, Rohil, Rohul dan lainnya. Intervensi yang tepat juga perlu dilakukan di tengah fluktuasi harga komoditas, serta perlu dibarengi dengan pengembangan SDM tentunya yang lebih modern," jelasnya.
Menurut Erwin, kata kuncinya adalah berani untuk fokus, jejaring aktif antar instansi, dan dorong sawasta. Artinya kita harus pandai memilih strategi dalam transformasi ekonomi Riau kedepan yaitu dengan engine of growth (reposisi kawasan industri, mendorong peran swasta, koordinasi dengan multistakeholders) dan kualitas pondasi ketahanan (fokus pada daerah penghasil, ketahanan pangan padi, perkebunan kelapa, dan perikanan).***
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Ekonomi, Pemerintahan, Riau |