(CAKAPLAH) -- Tingkat inflasi tahunan Turki melonjak menjadi 85,51 persen pada Oktober, tertinggi sejak 1997 atau dalam 25 tahun terakhir. Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian September yang tembus di level 83,45 persen.
Mengutip AFP, Kamis (3/11/2022), Presiden Recep Tayyip Erdogan tidak mengambil langkah sebagaimana bank-bank sentral mengatasi inflasi.
Bank sentral Turki justru memangkas suku bunga kebijakannya untuk ketiga kalinya berturut-turut, membuatnya turun menjadi 10,5 persen dari 12 persen.
Dengan pemilihan umum tahun depan, Erdogan berpendapat bahwa suku bunga tinggi adalah penyebab inflasi, bukan sebaliknya, yang bertentangan dengan teori ekonomi ortodoks.
"Alhamdulillah, roda perekonomian sudah berputar," ujar Erdogan.
"Model ekonomi kami, yang kami rangkum sebagai pertumbuhan melalui investasi, lapangan kerja, produksi, ekspor, dan surplus transaksi berjalan, membuahkan hasil," imbuhnya.
Banyak orang Turki mempertanyakan kredibilitas data resmi pemerintah.
Menurut sebuah studi bulanan yang dirilis oleh ekonom independen dari lembaga penelitian ENAG Turki, tingkat tahunan kenaikan harga konsumen mencapai 185,34 persen pada Oktober.
Editor | : | Jef Syahrul |
Sumber | : | cnnindonesia.com |
Kategori | : | Internasional, Ekonomi |