Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul Doni S. Pt
|
ROHUL (CAKAPLAH)-Penyebaran penyakit ngorok terus meluas di Kabupaten Rokan Hulu. Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul mencatat, terdapat 165 ekor kerbau mati akibat terpapar penyakit tersebut.
Saat ini ada 3 desa yang menjadi episentrum penyebaran penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) pada kerbau, antara lain Desa Tanjung Belit, Kecamatan Rambah, Desa Bangun Purba Timur Jaya, Kecamatan Bangun Purba dan Desa Menaming Kecamatan Rambah.
Di Desa Tanjung Belit, tercatat sudah ada 59 ekor Kerbau mati dimana 38 Kerbau diantaranya harus dipotong paksa. Kemudian, Desa Bangun Purba Timur Jaya, Kecamatan Bangun Purba dimana 86 ekor kerbau mati dan 66 ekor diantaranya dipotong paksa. Dan Desa Menaming Kecamatan Rambah 20 ekor kerbau mati.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perkebunan Rohul Doni S. Pt mengatakan, penyakit ngorok merupakan penyakit mematikan yang disebabkan bakteri Pasteurella multocida serotype.
Bakteri tersebut menyerang sistem pernapasan ternak dan menimbulkan gejala seperti Demam, Leleran Air Liur atau Salipasi, dan ketika parah ternak akan mengeluarkan suara ngorok dan mati.
"Suara ngorok tersebut disebabkan karena terganggunya sistem pernapasan ternak sehingga menyebabkan ternak susah bernapas dan mati," jelas Doni kepada CAKAPLAH.com, Rabu (9/11/2022).
Meski penyakit ini mematikan pada hewan, khususnya Kerbau, namun ia memastikan penyakit ini tidak menular ke manusia. Meski demikian masyarakat dihimbau memasak daging kerbau di suhu tinggi dan menghindari memakan jeroan Kerbau.
Doni menyebutkan, Tim dari Balai Veteriner Bukitinggi, pada Selasa (8/11/2022) kemarin juga telah turun melakukan investigasi terkait penyebaran penyakit ngorok pada Kerbau ini. Mereka melakukan pemeriksaan epidemiologi terhadap populasi Kerbau di Desa Menaming, sebagai daerah baru yang ditemukan kasus penyakit ngorok pada Kerbau.
"Dugaan awal, penularan berasal dari makanan, kotoran dan kontak antara ternak yang terindikasi Carier atau punya riwayat pernah kena penyakit ngorok namun sembuh dan kambuh kembali sehingga menularkan kepada kerbau lain pada populasinya," imbuhnya.
Selain itu, ada dugaan penyebaran penyakit ngorok ini berasal dari air Sungai Batang Lubuh. Hal itu dilatarbelakangi terhadap sebaran daerah yang ditemukan kasus penyakit ngorok ini adalah daerah aliran Sungai Batang Lubuh.
"Namun dugaan ini belum dapat dijustifikasi dan masih dalam penelitian lebih lanjut," ujarnya.
Selain hewan Kerbau, penyakit ngorok juga rentan terpapar pada hewan ternak lain seperti Sapi dan Kambing. Namun penyakit ini sangat cepat menular pada Kerbau.
"Jadi tak heran kalau sebagian besar yang terkena penyakit ini di Rohul hanya Kerbau, meskipun bukan tidak mungkin menyerang Sapi, tapi hingga kini belum ada laporan yang menyatakan ada Sapi atau hewan ternak lain yang terpapar," terangnya.
Disnakbun juga telah melakukan langkah intervensi agar penularan tidak terus menyebar ke sentra peternakan Kerbau di Rohul. Adapun beberapa tindakan yang sudah dilakukan yaitu, Disinfeksi lingkungan populasi ternak Kerbau, pemberian Anti Viretik, Vitamin, dan anti biotik kepada Kerbau sakit.
"Di Rohul ada 4 kecamatan sentra peternakan Kerbau yaitu Bangun Purba, Rambah, Bonai dan Kunto Darussalam. Saat ini kasus baru ditemukan di Rambah dan Bangun Purba. Dan untuk Kunto dan Bonai susah dilakukan upaya preventif dengan melakukan sosialisasi kepada peternak agar melakukan karantina," pungkasnya.
Penulis | : | Ari |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Pemerintahan, Kabupaten Rokan Hulu |