Muji Basuki
|
"Krisis ekonomi 2023 diprediksi sangat berat", begitu pernyataan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jumat (21/10/2022).
Prediksi Krisis Ekonomi 2023
Pernyataan prediktif Menteri Keuangan diatas sejalan dengan prediksi beberapa pihak atau pengamat lainnya. “Bagi banyak orang, 2023 akan terasa seperti resesi," cuit kepala ekonom IMF Pierre Olivier Gourinchas pada Selasa (11/10) ketika ia menguraikan perkiraan ekonomi global yang suram.
“Situasinya sulit, tapi kita bisa menghadapi tantangan ini," kata Kristalina Georgieva, direktur pelaksana IMF, kepada para hadirin dalam pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia selama sepekan di Washington.
"Saya menggambarkan kondisi dunia yang kita tinggali saat ini sedang dilanda 'perfect storm' atau badai yang sempurna. Semua negara dalam kondisi tidak baik-baik saja, mulai negara berkembang hingga superpower sekalipun," ungkap Luhut dalam catatan panjang yang diunggah di akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan, dikutip Minggu (6/11/2022).
Salah satu alasan utama yang digunakan oleh pihak-pihak yang memprediksi adanya resesi ekonomi pada 2023 yang akan datang adalah potensi meluasnya eskalasi konflik Rusia-Ukraina (baca : barat). Kekhawatiran ini bisa dimaklumi karena baik Rusia maupun Ukraina sama-sama memiliki sekutu dengan size ekonomi yang cukup besar. Ukraina memiliki sekutu mulai dari US, UK dan NATO, sedangkan Rusia memiliki sekutu mulai dari Tiongkok dan negara-negara "sekutu" lainnya.
Ukraina yang merupakan negara eksportir komoditas pangan dan pupuk, tentu akan lebih memprioritaskan konsumsi domestiknya dibandingkan untuk ekspor. Begitu juga Rusia yang merupakan pemasok cukup besar untuk minyak bumi dan gas dunia, tentu akan memainkan komoditas strategis miliknya untuk menaikkan posisi tawarnya dalam konflik global ini. Akibatnya keseimbangan supply and demand komoditas-komoditas strategis di pasar dunia menjadi terganggu. Implikasi lanjutannya adalah harga-harga berbagai komoditas di pasar dunia menjadi rentan berubah-ubah dengan pergerakan yang fluktuatif.
Prediksi tentang situasi ekonomi dunia pada 2023 yang akan datang juga salah satunya didasarkan pada indikator-indikator ekonomi makro sepanjang triwulan III 2022 yang lalu. Konflik Rusia-Ukraina yang terjadi sejak Februari 2022 yang lalu telah mengerek naik komoditas utama dunia, khususnya komoditas energi dan pangan. Kenaikan harga di tingkat global tersebut akhirnya memicu kenaikan harga komoditas di tanah air. Pemerintah Indonesia sendiri akhirnya pada 3 September 2022 yang lalu memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar di tanah air, dimana jenis pertalite naik 30,72 persen dan jenis solar naik 32,04 persen. Fluktuasi harga komoditas di pasar global dan kenaikan komoditas hulu di tanah air akhirnya ikut memicu kenaikan harga pada komoditas hilir yang dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Data inflasi di Indonesia bulan Juli, Agustus dan September secara berturut-turut adalah sebesar 5,95 persen, 4,69 persen dan 4,94 persen. Secara yoy, inflasi di triwulan III 2022 tumbuh 5,19 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021.
Karena diakibatkan oleh dinamika krisis global, maka inflasi ini bukan hanya dialami oleh Indonesia, namun juga terjadi di negara-negara lainnya di seluruh dunia. Wajar banyak pihak memprediksi inflasi global di akhir tahun 2022 diproyeksi mencapai 8,3 persen dari perkiraan awal sebesar 4,7 persen. Maka sekalipun perlu terus dicermati dan dikendalikan oleh stakeholder terkait, akan tetapi sejauh ini inflasi di Indonesia masih relatif lebih baik. Jika misalnya dilihat data inflasi year on year September 2022 negara-negara G-20, inflasi Indonesia masih tergolong "rendah". Sebut saja beberapa negara anggota G-20 di luar Indonesia, inflasinya sudah tembus 2 digit. Misalnya Turki sebesar 85,51 persen, Argentina sebesar 83 persen, Belanda sebesar 14,5 persen, Rusia sebesar 13,7 persen, Italia sebesar 11,9 persen, Jerman sebesar 10,4 persen dan Inggris Raya sebesar 10,1 persen. Amerika Serikat sendiri yang size ekonomi besar, mengalami inflasi September 2022 sebesar 8,2 persen.
Potret Kenaikan Harga di Provinsi Riau
Di Provinsi Riau sendiri, kenaikan harga-harga tercermin dari data inflasi. Pada bulan September 2022, di Provinsi Riau mengalami inflasi month to month sebesar 1,53 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,68 dan inflasi yoy sebesar 7,26 persen. Sedangkan pada bulan Oktober 2022, memang terjadi deflasi sebesar -0,69 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,89, akan tetapi secara yoy terjadi inflasi sebesar 6,17 persen. Kenaikan harga pada bulan September dan Oktober 2022 terjadi hampir pada semua kelompok pengeluaran. Jika ditelaah lebih dalam di bulan September 2022, kelompok makanan dan transportasi mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,66 persen dan 9,66 persen. Kedua kelompok komoditas ini merupakan komoditas yang terkait dengan aktivitas masyarakat sehari-hari. Artinya memang harus diakui kenaikan harga-harga komoditas di tingkat global dan kenaikan harga kebutuhan pokok serta bahan bakar di tanah air pada waktu yang relatif bersamaan, cukup mempengaruhi terjadinya kenaikan harga-harga di tingkat masyarakat.
Sekalipun ekonomi global sedang gonjang ganjing dan ada kenaikan harga berbagai komoditas di tingkat global maupun nasional, kinerja perekonomian Riau tercatat tumbuh positif di triwulan III 2022. Menurut rilis BPS Provinsi Riau pada 7 November 2022 yang lalu, ekonomi Riau tumbuh sebesar 4,62 persen secara yoy.
Secara qtoq ekonomi Riau juga tumbuh sebesar 4,34 persen, dan secara kumulatif (ctoc) dari bulan Januari sampai dengan September 2022 ekonomi Riau tumbuh sebesar 4,75 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini memang melambat, karena triwulan II 2022 kinerja perekonomian tumbuh yoy sebesar 4,88 persen. Akan tetapi, pertumbuhan positif ini tetap harus diapresiasi pertumbuhan ini terjadi di tengah sedang turunnya harga tandan buah segar kelapa sawit yang merupakan komoditas strategis bagi ekonomi Riau dan di tengah adanya kebijakan kenaikan harga bahan bakar di penghujung triwulan III 2022 yang lalu.
Meningkatnya Ekspor di Tengah Menurunnya Harga
Lazimnya, turunnya harga pasaran sebuah komoditas tentu akan berpengaruh terhadap volume di tingkat produksi. Akan tetapi anomali terjadi pada komponen ekspor luar negeri pada triwulan II 2022. Ekspor luar negeri Riau tetap mencatatkan pertumbuhan yoy sebesar 30,43 persen sekalipun nilai harga beberapa komoditas ekspor di pasar dunia sedang turun, dan harga komoditas ekspor sejenis di tanah air juga sedang turun. Artinya, volume produksi untuk komoditas yang berorientasi ekspor ini tetap mengalami peningkatan sekalipun harganya sedang turun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh dibukanya kembali kebijakan ekspor untuk beberapa komoditas , yang pada penghujung triwulan II 2022 sempat dilarang ekspor dengan pertimbangan untuk mengendalikan harga komoditas di tingkat domestik.
Kinerja positif dari ekspor luar negeri Provinsi Riau di triwulan II 2022 ini tentu memberikan pengaruh besar bagi kehidupan perekonomian di masyarakat, mengingat komoditas-komoditas ekspor ini menjadi salah satu tulang punggung utama perekonomian Riau, dimana hal itu tercermin dari share sektor industri pengolahan yang mencapai 27,91 persen dengan pertumbuhan yoy sebesar 5,94 persen pada triwulan II 2022. Dengan share yang besar seperti itu, sektor industri pengolahan yang menghasilkan komoditas-komoditas berorientasi ekspor juga menyerap banyak tenaga kerja di Provinsi Riau, dan tentu dampak tidak langsungnya terhadap sektor ekonomi lainnya yang juga tidak kalah besar.
Tetap Positif Walau Melambat
Kebijakan kenaikan harga bahan bakar di penghujung triwulan II 2022 yang lalu dikhawatirkan akan memberikan pukulan yang dalam terhadap pola konsumsi rumah tangga di Provinsi Riau. Dari rilis pertumbuhan ekonomi triwulan III 2022 yang lalu terlihat, komponen konsumsi rumah tangga memang mengalami perlambatan, dari yang sebelumnya di triwulan II 2022 tumbuh sebesar 5,15 persen menjadi 4,53 persen pada triwulan III 2022. Akan tetapi, penurunan yang "hanya" 0,62 point persen ini memperlihatkan bahwa rumah tangga di Riau tetap relatif stabil pola konsumsinya sekalipun harga-harga sedang meningkat. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kebijakan pembelajaran offline 100 persen di awal triwulan III yang lalu, yang menstimulasi aktivitas ekonomi lainnya di sekitar kampus dan sekolah, juga meningkatkan mobilitas anggota rumah tangga yang bepergian untuk sekolah maupun kuliah, baik dalam provinsi maupun keluar provinsi.
Tetap Optimis Menatap Ancaman Krisis
Pada triwulan II 2022, dari sisi pengeluaran, kinerja perekonomian Riau "terbantu" oleh kinerja positif pada semua komponennya, mulai dari komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh yoy sebesar 4,53 persen, komponen konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 16,36 persen, komponen pembentukan modal tetap bruto yang merupakan cerminan dari aktivitas investasi di Riau juga tumbuh sebesar 4,30 persen, bahkan komponen ekspor luar negeri tumbuh secara eskalatif sebesar 30,43 persen. Dengan share masing-masing sebesar 44,78 persen dan 33,90 persen dari total PDRB, tumbuh positifnya komponen ekspor luar negeri dan komponen konsumsi rumah tangga tentu memberikan dampak besar terhadap kinerja perekonomian Riau secara keseluruhan.
Adanya ancaman krisis pada 2023 yang akan datang seperti yang tersebut diawal tulisan ini, harus tetap secara optimis dihadapi oleh semua stakeholder ekonomi, mulai dari rumah tangga, swasta dan juga tentu pemerintah sebagai regulator berbagai kebijakan. Manajemen efisiensi pada pengeluaran menjadi kunci rumah tangga menghadapi ancaman krisis yang akan datang. Sementara pada tingkat pemerintah, mengeluarkan kebijakan yang bermuara pada peningkatan daya beli khususnya untuk masyarakat di tingkat bawah, dan menjaga daya saing komoditas ekspor Indonesia di luar negeri, menjadi tantangan tersendiri agar bangsa ini bisa selamat melewati ancaman krisis yang akan tiba.
Apakah krisis ekonomi 2023 itu akan benar-benar datang? Semoga saja tidak...
Penulis | : | Muji Basuki (Statistisi di BPS Riau) |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |