Muji Basuki
|
Perhelatan KTT G20 di Bali sudah terselenggara pada 15-16 November 2022 yang lalu. Oleh banyak pihak, KTT G20 ini dinilai cukup sukses. Rekomendasi agar Rusia menghentikan serangannya ke Ukraina menjadi salah satu dari 5 butir rekomendasi yang dijadikan argumen oleh pihak-pihak yang menilai KTT ini terbilang sukses. Rekomendasi untuk penghentian invasi Rusia ke Ukraina ini menjadi rekomendasi yang dinilai sangat urgent and important, karena variabel perang Rusia-Ukraina ini dinilai telah menjadi variabel utama yang men-disrupsi banyak aspek kehidupan lain di seluruh belahan dunia.
Memang hanya sebuah rekomendasi, akan tetapi rekomendasi KTT G-20 ini terasa menjadi oase di tengah "gersangnya" peran lembaga multilateral dunia saat ini. Dunia tidak bisa lagi berharap kepada Uni Eropa misalnya, karena negara-negara di dalamnya secara psikologis pasti terlibat secara tidak langsung dalam konflik Rusia-Ukraina. Lembaga multilateral paling netral seperti PBB sekalipun, seperti tidak berdaya menyikapi perang ini, terlebih 5 anggota Dewan Keamanan PBB seluruhnya terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam perang ini. Maka wajar jika banyak pihak yang menaruh harapan besar kepada Forum G20. Sekalipun bukan sebuah organisasi internasional seperti PBB, tapi keberadaannya sebagai kumpulan negara-negara dengan share lebih kurang 80 persen dari total PDB dunia, menjadikan forum ini sangat strategis perannya di era krisis global ini.
Posisi strategis G20 dalam kancah global, ditambah dengan perhelatan KTT G20 Tahun 2022 yang bertepatan dengan kondisi krisis global, menjadi blessing in disguise bagi Indonesia sebagai tuan rumah dan Ketua Presidensi G20 ini, karena dengan posisi ini Indonesia telah menjadi pusat perhatian dunia sekaligus menjadi semacam leverage bagi Indonesia dalam percaturan konstelasi geopolitik dunia.
Apa itu G20?
Dikutip dari situs Kementerian Keuangan G20 adalah sebuah forum kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia yang terdiri dari 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa. G20 merupakan representasi lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Pembentukan G20 pada tahun 1999 timbul akibat kekecewaan komunitas internasional terhadap kegagalan G7 dalam mencari solusi terhadap permasalahan perekonomian global yang dihadapi saat itu. Pandangan yang mengemuka saat itu adalah pentingnya bagi negara-negara berpendapatan menengah serta yang memiliki pengaruh ekonomi secara sistemik untuk diikutsertakan dalam perundingan demi mencari solusi permasalahan ekonomi global. Forum tersebut selanjutnya merangkul negara maju dan berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis utama yang melanda Asia, Rusia, dan Amerika Latin. Beberapa terobosan yang sudah dihasilkan oleh G20 adalah sebagai berikut:
1. Penanganan krisis keuangan global 2008. G20 dianggap telah membantu dunia kembali ke jalur pertumbuhan dan mendorong reformasi di bidang finansial.
2. Kebijakan pajak. G20 telah memacu OECD untuk mendorong pertukaran informasi terkait pajak untuk mengakhiri penghindaran pajak.
3. Kontribusi dalam penanganan pandemi Covid-19 yang mencakup penangguhan pembayaran utang luar negeri negara berpenghasilan rendah, injeksi penanganan Covid-19, penurunan/penghapusan bea dan pajak impor, pengurangan bea untuk vaksin, hand sanitizer, disinfektan, alat medis dan obat-obatan.
4. Isu lainnya termasuk perdagangan, iklim, dan pembangunan
Dari sejarah terbentuknya dan peran yang sudah ditorehkannya, wajar apabila di era krisis global yang bertepatan dengan mandulnya peran lembaga PBB, banyak pihak yang menaruh harapan besar terhadap keberadaan G20 ini.
Size G20 Dalam Indikator Statistik Ekonomi
Berdasarkan situs https://tradingeconomics.com, size Produk Domestik Bruto dari negara-negara anggota G20 adalah sebagai berikut :
Grafik 1. Peringkat Negara G-20 Berdasarkan Ukuran Ekonomi (PDB)
Dari Grafik 1 diatas terlihat posisi Indonesia berada pada urutan ke 16 diantara negara-negara anggota G20. Secara total, PDB negara-negara G20 mencapai 93 trilyun dollar dari sekitar 111 trilyun total PDB dunia.
Sementara jika diukur dengan indikator Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indeks komposit pencapaian pembangunan di bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan, posisi negara-negara G20 seperti tercantum di link https://hdr.undp.org/towards-hdr-2022 adalah sebagai berikut:
Grafik 2. Peringkat Negara G-20 Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (HDI)
Terlihat pada Grafik 2 diatas, capaian pembangunan negara anggota G20 yang diukur melalui indikator HDI. Indonesia sendiri berada para posisi 19, diatas negara India yang berada pada posisi 20.
Sedangkan jika dilihat dari sisi pendapatan per kapita yang mencerminkan rata-rata kemampuan daya beli masyarakat di sebuah negara, maka posisi negara anggota G20 adalah sebagai berikut:
Grafik 3. Peringkat Negara G-20 Berdasarkan Pendapatan Perkapita
Diukur melalui indikator pendapatan perkapita seperti ditampilkan pada Grafik 3 diatas, terlihat posisi Indonesia berada pada peringkat ke 19 diatas India yang berada di peringkat 20.
Dari indikator-indikator diatas terlihat bahwa Indonesia "diuntungkan" dengan size populasi penduduk yang besar, yang konsumsi penduduknya menjadi variabel utama dalam pembentukan nilai tambah perekonomiannya. Hal tersebut terlihat dari PDB Indonesia Tahun 2021, dimana distribusi PDB Indonesia didominasi oleh komponen konsumsi rumahtangga dengan share mencapai 52,91 persen. Karakteristik yang sama terjadi juga pada negara anggota G20 lain yang memiliki populasi besar, seperti Brazil dan India.
Akan tetapi, ada ukuran makro ekonomi lain yang merepresentasikan ekonomi yang relatif stabil di tengah guncangan krisis global, salah satunya inflasi. Memang inflasi yoy per September 2022 secara nasional mencapai 5,71 persen, akan tetapi angka ini masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara G20 lainnya. Seperti Amerika Serikat yang mencapai 8,20 persen, Inggris yang mencapai 8,80 persen, Jerman yang mencapai 9,99 persen, bahkan Turki mengalami inflasi September secara yoy sebesar 83,50 persen. Artinya harga-harga komoditas secara nasional memang mengalami kenaikan, akan tetapi masyarakat masih relatif dapat menjangkau untuk mengkonsumsinya. Hal ini tercermin dari komponen konsumsi rumahtangga yang tetap tumbuh positif secara nasional pada triwulan III 2022 secara yoy sebesar 5,39 persen.
Riau Dimana?
Provinsi Riau sendiri memiliki posisi yang cukup strategis dalam konteks nasional. Menurut rilis pertumbuhan ekonomi Triwulan III 2022, ekonomi Riau berada pada urutan ke 6 nasional, atau nomor 2 terbesar diluar Pulau Jawa setelah Provinsi Kalimantan Timur. Bahkan Riau pernah menjadi provinsi dengan size ekonomi terbesar diluar Pulau Jawa, seperti tercermin melalui rilis pertumbuhan ekonomi Triwulan II 2022. PDRB Riau sendiri pada Tahun 2021 tercatat sebesar Rp.843 trilyun berdasarkan harga berlaku, dengan share mencapai 4,97 persen dari total nasional.
Persentase kemiskinan pada Semester I 2022 di Provinsi Riau relatif kecil, yaitu sebesar 6,78 persen, jauh dibawah persentase kemiskinan nasional yang sebesar 9,54 persen. Sementara dilihat dari sisi pembangunan manusia melalui indikator IPM, pada tahun 2022 Provinsi Riau berada pada peringkat ke 7 secara nasional dengan capaian IPM sebesar 73,52, lebih tinggi dari angka IPM nasional yang sebesar 72,91.
Sektor ekonomi yang menjadi andalan Provinsi Riau adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Hal itu terlihat dari angka PDRB Triwulan III 2022, dimana sektor pertanian yang didominasi oleh subsektor perkebunan memberi share 24,91 persen dan tumbuh yoy sebesar 3,59 persen. Sedangkan sektor industri pengolahan memberi share sebesar 27,91 persen dan tumbuh yoy sebesar 5,94 persen. Baik sektor pertanian dan industri pengolahan, di Provinsi Riau kedua sektor tersebut didominasi oleh komoditas kelapa sawit. Bahkan share CPO Provinsi Riau merupakan yang terbesar secara nasional, dimana memberi kontribusi sebesar 19 persen dari total CPO nasional.
Kinerja sektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan yang didominasi oleh produk CPO ini, terus menunjukkan kinerja positif salah satunya karena komoditas ini adalah komoditas berorientasi ekspor. Komponen ekspor sendiri sepanjang tahun 2022 ini mencatatkan kinerja yang selalu positif. Pada Triwulan I 2022 tumbuh 9,50 persen, Triwulan II 2022 tumbuh 2,59 persen dan Triwulan III 2022 ekspor tumbuh 30,43 persen. Kinerja ekspor ini tidak lepas dari masih stabilnya permintaan komoditas CPO di pasar dunia. Tujuan utama ekspor nonmigas Provinsi Riau meliputi Tiongkok, Amerika Serikat, India, dan Uni Eropa.
Negara-negara tujuan utama ekspor nonmgas Provinsi Riau ini seluruhnya adalah negara-negara anggota G20. Dalam risk map (peta resiko) ekonomi makro dunia kondisi 2022 yang dirilis oleh New York Life Investments seperti terlihat pada situs https://advisor.visualcapitalist.com, dimana negara-negara di dunia dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu low risk, medium risk, sensitive risk and high risk, diketahui hanya Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia dan Selandia Baru yang masuk kategori low risk, Tiongkok masuk kategori medium risk, dan selebihnya masuk kategori sensitive risk dan high risk. Artinya, ke depan akan ada potensi ancaman terhadap kinerja ekspor komoditas ke negara-negara tersebut, karena kondisi ekonomi negara tersebut diprediksi akan mengalami guncangan.
Akan tetapi dalam sebuah seminar perkebunan yang ditaja oleh BPS Provinsi Riau pada 16 November 2022 yang lalu, salah seorang narasumber memberikan optimismenya akan masa depan ekspor Provinsi Riau, khususnya untuk komoditas CPO dan turunannya. Beliau menyatakan : "tidak perlu khawatir ekspor CPO Riau ke depan akan terganggu, karena komoditas ini merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dunia, dan sampai saat ini relatif belum ada komoditas substitusi yang menandinginya".. Penulis pun bergumam : "Semoga....."
Penulis | : | Muji Basuki, SST, MSi (Statistisi BPS Provinsi Riau) |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |