PEKANBARU (CAKAPLAH) - Setelah ke Aceh Utara dan Lhokesumawe Aceh, selanjutnya perjalanan panjang 6 hari menjelajah Kabupaten Sanggau dan Singkawang Provinsi Kalimantan Barat, tidak membuat Ketua Umum DPP Apkasindo Dr. Gulat ME Manurung, MP, C.APO., C.IMA, lelah untuk hadir sebagai pembicara utama di FoSi 2022 (Forum Sawit Indonesia) dan Palm Oil Chief Oganization Officer Forum (COO Forum) and Palm Oil Human Capital Association Forum (HCA Forum) di Graha Instiper, Yogyakarta, 28-30 November 2022.
Gulat mengatakan, keluhan petani sawit swadaya atas rendahnya harga tandan buah segar (TBS) yang diterima dan jauh dari harga yang ditetapkan tim penetapan harga.
Hal ini disampaikan Gulat Manurung saat bertemu dan berdikusi dengan Direktur Operasional Holding Perkebunan Nusantara, Desmanto dan Dr. Witjaksana Darmosarkoro, selaku Director of Sustainability and Development of Smallholders, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).
Kepada kedua orang penting di industri sawit ini, Gulat memaparkan kondisi petani sawit pasca dicabutnya larangan eksport, terkhusus harga TBS yang diterima para petani sawit non-mitra (Petani Swadaya).
"Apkasindo itu bukan hanya beranggotakan petani swadaya, tetapi juga petani bermitra, maka itu kami harus adil untuk kedua tipologi petani sawit in," kata Gulat.
Saat para petani sawit mitra dapat menikmati harga yang layak, tambah Gulat, para petani sawit non mitra selalu termarginalkan saat menerima harga sawit yang berada jauh di bawah harga penetapan dinas perkebunan di 22 Provinsi Apkasindo.
“Kapan kesetaraan harga TBS petani sawit swadaya terjadi? Petani swadaya juga bagian penting industry sawit Indonesia. Jumlah Petani swadaya ini tidak main-main, yaitu 93% dari total luas perkebunan sawit rakyat (6,87 juta ha). Kesetaraan harga TBS itu juga bagian tidak terlepaskan dari 17 SDG's. Jadi kalau kita bicara keberlanjutan akan hampa jika harga TBS Petani swadaya masih seperti saat ini," ucap Gulat.
Maka itu Permentan 01 tahun 2018 yang mengatur tataniaga TBS, harus segera ditinjau Kembali, karena Permentan 01 2018 tersebut hanya melindungi petani yang bermitra.
Oleh karena itu Kementerian Pertanian dan Kementerian BUMN tidak boleh tutup mata dan tutup telinga akan kondisi ini.
“Harus gerak cepat merespon protes 17 juta petani sawit dan pekerja sawit. ya sebelum terlambat," lanjutnya.
Holding Perkebunan Nusantara dan CPOPC tambah Gulat, mempunyai hubungan yang erat untuk menyelesaikan hal tersebut. Karena Kantor Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) itu berada di bawah Holding Perkebunan Nusantara III (BUMN) dan CPOPC adalah persatuan negara-negara penghasil minyak kelapa sawit yang mana petani sawit adalah bagian penting dari CPOPC. KPBN adalah pelaksana tender CPO yang diumumkan sehari-hari.
“Jadi jika tender KPBN tidak kompetitif, maka petani sawit swadaya sangat sangat terdampak dan dirugikan, karena hasil tender pasti berlomba turun, akibatnya harga tender CPO pasti muter-muter disitu. Saya berpendapat bahwa tender di KPBN supaya dikawal APH (aparat penegak hukum), karena ini terkait ke nasib ekonomi belasan juta rumah tangga petani sawit. Hubungannya adalah karena harga TBS Petani swadaya berkiblat langsung ke hasil tender harian CPO di KPBN," cakap Gulat.
Sementara itu, Direktur Operasional Holding Perkebunan Nusantara, Desmanto kemudian mengundang Apkasindo untuk berdiskusi ke kantor, supaya bisa dikaji lebih dalam terkait hal tersebut.
"Kami sangat terbantu atas masukan-masukan dan informasi yang diberikan oleh Apkasindo,”, ujar Desmanto.
Atas Diskusi ringan tersebut, Dr. Witjaksana Darmosarkoro punmengapresiasi kinerja Apkasindo.
“Saya mengikuti pergerakan Apkasindo selama ini dan semua buah pemikirannya bagus-bagus dan berkelas. CPOPC sangat terbantu dengan keberadaan Apkasindo, dan kebetulan tugas saya berada diseputaran Petani sawit. Apa yang dikatakan oleh Gulat tadi adalah benar, bahwa harga TBS tidak lepas dari keberlanjutan. Saat acara CPOPC Smallhooder Workshop and Field Visit yang diselenggarakan di Medan beberapa waktu lalu hal ini dibahas perwakilan Apkasindo dan ini menjadi tugas semua stakeholder sawit untuk lebih baik kedepannya," cakapnya lagi.
Diketahui bahwa pada acara Forum Sawit Indonesia (FoSI) 2022 ini, satu-satunya organisasi petani sawit yang menjadi narasumber adalah Apkasindo.
Penulis | : | Satria Yonela |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Ekonomi |