(CAKAPLAH) - Atensi dunia tertuju ke Qatar hari-hari terakhir ini, selama perhelatan Piala Dunia 2022 yang diselenggarakan mulai tanggal 21 November sampai dengan 18 Desember 2022. Terlebih saat ini (sampai dengan opini ini ditulis) sedang memasuki babak 16 besar, dengan meninggalkan jejak dramatis mengejutkan selama fase penyisihan grup.
Penyelenggaraan Piala Dunia ke 22 dalam sejarah sepakbola dunia ini betul-betul menyedot atensi penduduk planet bumi ini, sampai seakan mereka lupa begitu banyak permasalahan dunia lain yang sedang terjadi dan berpotensi mengancam kehidupan global, mulai dari konflik Rusia-Ukraina, ketegangan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok di perairan Taiwan, Korea Utara yang sedang menyiagakan hulu ledak nuklirnya, ekonomi dunia yang sedang bergejolak, ancaman krisis pupuk dan pangan, dan masalah-masalah lainnya.
Begitulah memang suasana yang menyertai perhelatan Piala Dunia, kapanpun dan dimanapun dia diselenggarakan. Piala Dunia sepakbola memang menjadi event olahrga sejagat yang paling menyita perhatian warga dunia, bahkan melebihi daya tarik dari olimpiade sekalipun, padahal olimpiade adalah event multi cabor yang diikuti oleh lebih banyak negara, atlet dan official.
Sang Tuan Rumah, Kecil-kecil Cabe Rawit
Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia Tahun 2022 kali ini. Qatar yang merupakan negara kecil di semenanjung kecil di Jazirah Arab, "hanya" memiliki luas wilayah sebesar 11.571 km persegi, atau kurang lebih setara dengan Provinsi Gorontalo yang memiliki luas 11.257 km persegi. Dengan luas seperti itu, tercatat ada 2,9 juta penduduk Qatar, dan sekitar 2,5 juta orang di antaranya merupakan pekerja migran, atau hanya 400 ribu yang merupakan penduduk pribumi.
Dengan ukuran yang mini secara geografis maupun demografis seperti itu, ternyata Qatar memiliki ukuran ekonomi makro yang tidak bisa disepelekan. Memang PDB Qatar "hanya" sebesar US$ 179 milyar, akan tetapi dengan populasi yang kecil, pendapatan per kapita Qatar menjadi sangat besar. Per tahun 2021, pendapatan per kapita Qatar mencapai US$ 93.508 atau setara dengan Rp. 1,44 milyar.
Mengutip situs katadata.co.id, dengan pendapatan per kapita sebesar ini Qatar menjadi negara makmur ke empat di dunia setelah Luxemburg (pendapatan per kapita US$ 118 ribu), Singapura (pendapatan per kapita US$ 97.957) dan Irlandia (pendapatan per kapita US$ 94.392).
Ditinjau dari sudut geopolitik dunia, khususnya di jajaran negara-negara mayoritas muslim, eksistensi Qatar yang mini ini ternyata tidak bisa dipandang remeh.
Hal itu terlihat dari kehadiran beberapa pemimpin negara mayoritas muslim dalam perhelatan Piala Dunia 2022 ini, padahal selama ini negara-negara tersebut saling bersitegang satu sama lain. Ada Muhammad Bin Salman dari Saudi yang selama ini terkenal sangat keras dalam kebijakan luar negeri terhadap Qatar, bahkan beberapa tahun penyelenggaraan ibadah haji, Saudi sempat melarang jamaah haji Qatar untuk menjadi tamu Allah. Yang tidak kalah memantik simpati dunia adalah keberhasilan Qatar mendatangkan Erdogan sebagai Presiden Turki dan As-Sisi sebagai Presiden Mesir dalam pembukaan Piala Dunia 2022 kali ini, padahal kedua negara ini bukanlah kontestan Piala Dunia 2022 karena tidak lolos babak kualifikasi. Kedua negara yang selalu bersitegang ini, berhasil dikurangi tensi ketegangannya oleh Emir Qatar Tamim bin Hamad, minimal melalui kedamaian simbolik antara keduanya dengan "prosesi jabat tangan" di pembukaan Piala Dunia 2022 kali ini.
Melalui terobosan dan peran yang tidak sedikit dalam percaturan geopolitik global ini, wajar apabila Emir Qatar Tamim bin Hamad al Thani dinobatkan sebagai tokoh muslim paling berpengaruh di dunia versi The Muslim 500.
Kontestan Piala Dunia 2022, Sebuah Anomali
Daftar kontestan Piala Dunia 2022 dibagi menurut zona dengan pendekatan benua. Untuk zona Asia ada Qatar sebagai tuan rumah, kemudian ada Australia, Iran, Jepang, Arab Saudi dan Korea Selatan. Dari zona Amerika Tengah & Utara ada Kanada, Kosta Rika, Meksiko dan Amerika Serikat. Sementara dari zona Amerika Selatan ada Argentina, Brasil, Ekuador dan Uruguay. Dari zona Afrika ada Kamerun, Ghana, Maroko, Senegal dan Tunisia. Sedangkan dari zona Eropa ada Belgia, Kroasia, Denmark, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Polandia, Portugal, Serbia, Spanyol, Swiss dan Wales.
Dilihat dari segi ukuran populasi, memang terlihat ada anomali disana, karena para kontestan Piala Dunia 2022 tidak sepenuhnya proporsional dengan ukuran populasi negara-negara di dunia. Dari 15 negara dengan populasi diatas 100 juta, hanya ada Jepang, Meksiko, Brazil dan Amerika Serikat yang menjadi kontestan, sedangkan 11 negara lainnya tidak lolos babak kualifikasi.
Tiongkok dan India sebagai negara dengan penduduk di atas 1,4 milyar tidak lolos babak kualifikasi. Senasib dengan Tiongkok dan India, Indonesia serta Pakistan dengan penduduk diatas 200 juta juga tidak lolos babak kualifikasi. Baik Tiongkok, India, Indonesia dan Pakistan yang berada di zona Asia, ketiganya bahkan sangat jarang lolos menjadi kontestas Piala Dunia.
Hanya Tiongkok yang saat itu bernama RRC, pernah menjadi peserta Piala Dunia pada tahun 2002 yang diselenggarakan di Korea Selatan dan Jepang. Indonesia memang pernah menjadi peserta Piala Dunia pada Tahun 1938, tetapi saat itu masih bernama Hindia Belanda dan belum berdaulat sebagai bangsa yang merdeka. Senasib dengan negara berpopulasi besar di zona Asia, Nigeria sebagai negara dengan penduduk diatas 200 juta justru tidak lolos babak kualifikasi zona Afrika. Tapi Nigeria pernah menjadi kontestan Piala Dunia pada Tahun 1994 dan 1998.
Dilihat dari sisi komposisi penduduk, Wales dan Kosta Rika menjadi negara peserta Piala Dunia dengan jumlah penduduk terkecil dibandingkan negara yang lain, tentu di luar tuan rumah Qatar yang berpenduduk hanya 2,9 juta jiwa. Wales yang lolos menjadi peserta dari zona Eropa hanya berpenduduk sebesar 3,1 juta jiwa, sedangkan Kosta Rika yang lolos menjadi peserta mewakili zona Amerika Tengah dan Utara hanya berpenduduk sebesar 4,9 juta jiwa.
Komposisi peserta Piala Dunia 2022 yang terkesan tidak proporsional dengan ukuran populasi negara-negara di dunia, salah satunya terjadi akibat sistem pemeringkatan yang digunakan sebagai dasar pembagian kuota per zona, disamping tentunya disebabkan oleh prestasi sepakbola negara-negara berpenduduk besar yang belum "mendunia" disebabkan oleh berbagai permasalahan internal di negaranya masing-masing.
Piala Dunia di Tengah Krisis Ekonomi Global, Apa Manfaatnya bagi Qatar?
Dipicu oleh krisis kesehatan global yang diawali oleh penyebaran Covid-19 pada akhir tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok, serta krisis keamanan global yang ditandai dengan invasi Rusia ke Ukraina, banyak pihak yang menilai ekonomi dunia saat ini maupun tahun-tahun mendatang akan mengalami guncangan krisis ekonomi yang tidak ringan. Berikut beberapa pernyataan yang memprediksi akan adanya situasi ekonomi yang sulit pada tahun ini dan tahun mendatang.
"Krisis ekonomi 2023 diprediksi sangat berat", begitu pernyataan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jumat (21/10/2022). Pernyataan prediktif Menteri Keuangan ini sejalan dengan prediksi beberapa pihak atau pengamat lainnya.
“Bagi banyak orang, 2023 akan terasa seperti resesi," cuit kepala ekonom IMF Pierre Olivier Gourinchas pada Selasa (11/10) ketika ia menguraikan perkiraan ekonomi global yang suram. Pada kesempatan lain, Kristalina Georgieva, direktur pelaksana IMF menyatakan :“Situasinya sulit, tapi kita bisa menghadapi tantangan ini," katanya kepada para hadirin dalam pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia selama sepekan di Washington.
"Saya menggambarkan kondisi dunia yang kita tinggali saat ini sedang dilanda 'perfect storm' atau badai yang sempurna. Semua negara dalam kondisi tidak baik-baik saja, mulai negara berkembang hingga superpower sekalipun," ungkap Luhut dalam catatan panjang yang diunggah di akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan, dikutip Minggu (6/11/2022). Bahkan Presiden Jokowi selaku Ketua Presidensi G20 sempat mengingatkan pemimpin G20 akan adanya ancaman krisis pupuk dan pangan pada saat pembukaan G20 November lalu.
Meskipun sedang diliputi oleh rangkaian krisis global yang belum selesai, ternyata Qatar tetap mampu menyelenggarakan perhelatan Piala Dunia dengan megah, canggih dan gemerlap. Untuk even sepakbola sejagat ini, Qatar bahkan berani berinvestasi total sebesar 3000 trilyun rupiah, dan ini menjadi investasi tuan rumah Piala Dunia terbesar dalam sejarah.
Ditopang oleh minyak bumi dan gas alam, ekonomi Qatar menjadi sangat kuat dan besar untuk ukuran negara dengan penduduk hanya 2,9 juta jiwa. Produksi minyak Qatar yang sebesar 1,8 juta barrel per hari, dengan konsumsi minyak hanya 346 ribu per hari, membuat Qatar menjadi salah satu eksporti minyak terpenting di dunia. Belum lagi kekayaan gas alam Qatar yang juga berlimpah, yaitu sebesar 24,7 triliun meter kubik. Cadangan gas alam Qatar hanya kalah dari Rusia (38 triliun meter kubik) dan Iran (32 triliun meter kubik).
Dalam sebuah seminar online yang diadakan oleh Geloratalks pada 30 November 2022 yang lalu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Qatar, Ridwan Hassan menyatakan bahwa keberanian Qatar untuk berinvestasi sebesar itu pada event Piala Dunia didorong oleh keinginan Qatar untuk membangun diplomasi negara-negara Islam kepada "dunia barat". Misi itu diperlihatkan Qatar dengan menampilkan wajah dakwah Islam moderat pada saat pembukaan, dimana seorang hafizh disabel bernama Ghanim Al Muftah membacakan ayat suci dengan pesan kesetaraan umat manusia di mata Tuhan bersama seorang pesohor dunia, Morgan Freeman.
Memang jika diukur dari imbal balik secara ekonomi bagi Qatar, nilai investasi yang sudah dikeluarkan tidak akan sebanding dengan cost benefit yang akan diperoleh Qatar secara jangka pendek, disamping tanpa mengadakan perhelatan dunia seperti inipun ekonomi Qatar relatif diperkirakan akan tetap stabil dari guncangan, karena ditopang oleh komoditas primer yang masih sangat diperlukan oleh penduduk dunia, yaitu minyak dan gas. Akan tetapi mengungkit posisi Qatar dalam percaturan geopolitik global agar tidak dipandang remeh oleh penduduk dunia yang lain, itulah yang menjadi motivasi utama Qatar melakukan ini semua. Qatar akan menjadi bagian penting dari sejarah dalam perjalanan peradaban modern.
Di tengah "Bangkitnya" Asia, Indonesia kapan?
Seorang futurolog bernama Samuel Huntington menyampaikan sebuah tesis kontroversial pada Tahun 1993. Tesis itu ditulis dalam bukunya yang berjudul Clash of Civilization atau benturan peradaban. Inti dari tesisnya ini, Huntington memperkirakan bahwa tidak lama lagi episentrum benturan peradaban modern tidak lagi didominasi oleh Amerika dan Soviet (baca : Rusia), tapi akan banyak kekuatan baru di timur yang akan menjadi ancaman bagi Amerika sebagai adikuasa dunia.
Tesis Huntington saat itu didasarkan oleh pengamatannya bahwa dinamika politik dan ekonomi di negara-negara timur bergerak secara lebih eskalatif dibandingkan negara-negara barat, yang mengakibatkan share penguasaan ekonomi dunia oleh Amerika dan sekutu-sekutunya dari waktu ke waktu terus mengalami penurunan.
Banyak pengamat yang menafsirkan tesis Huntingtong ini sebagai kebangkitan Tiongkok pada khususnya, dan kawasan Asia pada umumnya. Ketika tesis Huntington dirilis, banyak negara Asia sedang memasuki bonus demografinya, termasuk Tiongkok. Dengan populasi penduduk diatas 1 milyar jiwa, Tiongkok secara perlahan tapi pasti mampu membuat road map ekonomi yang terbuka dan berorientasi pasar, tanpa meninggalkan ideologi kirinya di dalam negeri.
Penguatan industri manufaktur berskala home industri menjadi salah satu proposal penting pemerintah Tiongkok dalam memanfaatkan bonus demografinya, begitu juga dengan endorsing pemerintah Tiongkok kepada para pengusaha Tiongkok untuk melakukan ekspansi investasi ke berbagai negara lain, dengan klausul perjanjian yang mengharuskan negara penerima investasi untuk juga menerima tenaga kerja asal Tiongkok.
Saat ini, lebih dari 30 tahun setelah tesis Huntington tersebut, kawasan Asia sudah tampil menjadi kawasan yang sangat penting dalam percaturan geopolitik dunia. Doha, Abu Dhabi dan Dubai sudah menjadi hub place dalam penerbangan internasional, terutama untuk rute penerbangan dari Asia ke Eropa atau sebaliknya. Belum lagi sebagai benua dengan populasi penduduk terbesar di dunia, banyak negara Asia sekarang masuk menjadi anggota G20, dimana G20 sekarang tampil menjadi forum multilateral yang cukup disegani di dunia, sebagai pengganti dari forum G7 yang terbukti tidak efektif dalam percaturan global.
Dari sisi sepakbola, kontestan yang mewakili Asia juga menorehkan prestasi yang cukup baik pada perhelatan Piala Dunia 2022 kali ini. Walaupun tidak lolos fase grup, tetapi Arab Saudi sempat tampil mengejutkan dengan mengalahkan Argentina di pertandingan pertama. Begitu juga Iran, sekalipun tidak lolos fase grup karena kalah dari Inggris dan Amerika Serikat, tetapi Iran sempat tampil impresif dengan mengalahkan wakil Eropa, Wales.
Bahkan ada 3 wakil Asia lain yang lolos ke fase knockout 16 besar, yaitu Australia, Jepang dan Korea Selatan. Yang paling fenomenal adalah penampilan Jepang dan Korea pada fase grup, dimana Jepang berhasil mengalahkan 2 raksasa dunia yaitu Jerman dan Spanyol, sehingga tampil sebagai juara Grup E. Korea Selatan juga tidak kalah impresif nya, dimana Korea Selatan berhasil menahan imbang Uruguay dan mengalahkan Portugal.
Jika diperluas terminologi "timur" sebagai gabungan kawasan Asia dan Afrika, maka tidak boleh diremehkan performa wakil Afrika di Piala Dunia 2022 kali ini. Dimana Maroko dan Senegal tampil apik di grup nya masing-masing. Bahkan Maroko tampil sebagai juara Grup F dengan menahan imbang Kroasia dan mengalahkan Belgia.
Jika ditelisik lebih dalam, bahkan ada kekuatan Asia lain yang ikut menjadi "kontestan ke 33" dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2022 kali ini, yaitu Tiongkok. Kenapa disebut sebagai "kontestan ke 33"?, karena Tiongkok menjadi negara yang tidak ikut serta sebagai kontestan di lapangan hijau, akan tetapi Tiongkok tampil menjadi negara yang paling banyak mendapatkan project sponsorship dalam Piala Dunia 2022 kali ini. Mulai dari pengerjaan proyek infrastruktur sampai penyediaan merchandise berbentuk mascot La'eeb banyak dimenangkan oleh corporate-corporate dari negara Tiongkok.
Di tengah menguatnya peran negara-negara "timur" di perhelatan Piala Dunia 2022, sebagai penduduk negara Indonesia dengan populasi penduduk ke 4 terbesar di dunia, penulis bergumam :"Kapan Timnas Indonesia manggung di pentas Piala Dunia?". Semoga pertanyaan ini bukan sekedar pertanyaan retoris tanpa jawaban, tapi ada kolaborasi semua pihak agar timnas negara besar ini perlahan tapi pasti mampu berprestasi di kancah dunia, tentu dengan menata ulang secara sungguh-sungguh semua permasalahan fundamental persepakbolaan nasional, mulai dari sarana prasarana, sistem pembinaan, sistem turnamen sampai dengan sistem rekruitmen official dan pemain. Semoga saja!
Penulis | : | Muji Basuki, ASN di BPS Provinsi Riau |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Cakap Rakyat |