Irfarial, SE
|
Mungkin suatu ketika nanti di masa mendatang, Riau menjadi salah satu daerah tujuan utama kunjungan wisata seperti layaknya yang disandang oleh Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) saat ini. Sumbar sudah sangat terkenal dengan alamnya yang indah. Karena hampir seluruh wilayah Sumbar memiliki keelokan dan keindahan alam dengan iklim yang sejuk memberikan berbagai kenikmatan dan kepuasan berwisata bagi wisatawan yang berkunjung. Sehingga bahkan membuat pengunjungnya ingin datang kembali dan kembali lagi.
Berbeda dengan provinsi Riau yang memilki iklim cukup panas, namun di beberapa wilayahnya terdapat potensi alam yang cukup menarik dan eksotik sehingga jika di tata dan di kelola dengan lebih saksama, dapat memberikan nilai tambah menjadi daya tarik wisata yang sangat menjanjikan.
Merujuk pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (2011) dijelaskan bahwa Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Desa Wisata dapat berbasis keunikan sumber daya alam, atau berbasis keunikan sumber daya budaya lokal, atau bahkan dalam bentuk wisata kreatif.
Dapat dikatakan Desa Wisata mesti dapat menyediakan pengalaman berwisata/experience yang ditawarkan bagi wisatawan yang berkunjung untuk menikmati daya tarik wisata tertentu (alam, budaya, dan kreatifitas). Kemudian memiliki fasilitas penunjang untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama menikmati atraksi agar diperoleh pengalaman berwisata yang maksimal. Fasilitas meliputi: layanan umum, informasi, pemandu wisata, operator wisata, katering, fasilitas belanja, dan lainnya. Kemudahan yang diperoleh wisatawan untuk menuju ke destinasi wisata melalui ketersediaan sarana-prasarana transportasi (jalur laut, darat dan udara).
Saat ini Provinsi Riau terus berbenah dengan berbagai pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur baik lingkup nasional, provinsi maupun lingkup kabupaten/kota. Sarana jalan seperti jalan toll terus di gesa, yang menghubungkan Riau dengan Provinsi lainnya dengan melewati banyak wilayah Riau di tingkat Kabupaten/Kota, kecamatan bahkan desa/kelurahan.
Tak pelak jalan tol tersebut melewati berbagai wilayah di Riau yang memiliki potensi wisata dengan berbasis desa atau desa wisata. Diantaranya jalan tol Permai (Pekanbaru - Dumai) yang nantinya akan tersambung hingga Sumatera Utara. Adanya jalan tol ini mempermudah akses ke tempat-tempat wisata yang bertebaran mulai dari yang berada di Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak, Sebagian Kabupaten Bengkalis, Kota Dumai, bahkan sampai Kabupaten Rokan Hilir dengan desa wisatanya yang cukup terkenal.
Selanjutnya jalan tol Pekanbaru – Bangkinang yang nantinya akan terus tersambung sampai ke Sumatera Barat. Dan Juga rencana jalan toll Pekanbaru – Rengat yang nantinya akan tersambung hingga Provinsi Jambi dan seterusnya. Semuanya itu melewati berbagai desa wisata di Riau yang sudah eksis dan terus dalam proses pengembangan.
Disamping itu Sarana penunjang lainnya yang sangat dibutuhkan adalah tersediannya sarana akomodasi atau penginapan yang cukup representatif. Hotel dan jasa akomodasi lainnya memegang peran penting dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke suatu daerah atau lokasi pariwisata, terutama dalam hal penyediaan sarana menginap yang memadai dan beragam.
Tahun 2021 tercatat 477 hotel/akomodasi di Riau, diantaranya sebanyak 93 hotel/akomodasi berkategori hotel bintang dengan jumlah kamar sebanyak 8.527 kamar dan tempat tidur sebanyak 12.304 unit. Sedangkan akomodasi lainnya sebanyak 384 hotel/akomodasi dengan jumlah kamar sebanyak 9.347 kamar dan tempat tidur 14.056 unit. Dilihat dari penyebarannya, hampir semua kabupaten/kota di Provinsi Riau memiliki hotel bintang, kecuali Kabupaten Kuantan Singingi dan Indragiri Hulu.
Kepala Dispar Provinsi Riau, Roni Rakhmat mengatakan, perkembangan desa wisata di Riau terus mengalami peningkatan. "Sekarang jumlah desa wisata itu sudah 134 yang tersebar di seluruh kabupaten/kota se-Riau. Kalau sebelumnya, hanya sekitar 74 desa wisata saja di Riau, sekarang perkembangan sudah meningkat," kata Roni.
Lebih lanjut Roni mengatakan, dari ratusan desa wisata itu yang paling banyak berada di Kabupaten Kampar. Kemudian, disusul Kabupaten Bengkalis dan lainnya. Untuk pembinaan desa wisata sendiri, lanjut Roni, pihaknya setiap tahun mengadakan lomba desa wisata terbaik. Tahun ini, ada 15 desa wisata yang masuk nominasi terbaik tingkat Provinsi Riau. (Selasa 20/9/2022, CAKAPLAH.com).
Proses interaksi budaya dan pengalaman pertukaran budaya yang menjadikan kegiatan berwisata membuahkan pengalaman berwisata yang tidak terlupakan. Juga adanya masyarakat/komunitas sebagai penggerak dan host/tuan rumah yang terlibat langsung dalam pengembangan desa-desa wisata perlu memiliki skill dan pengetahuan sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menyebutkan bahwa Kepariwisataan bertujuan untuk menghapus kemiskinan. Sehingga diharapkan dengan memberdayakan desa-desa wisata secara optimal dapat membantu mengurangi kemiskinan khususnya bagi masyarakat sekitar.
Penulis | : | Irfarial, SE (Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Riau) |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |