Kawasan RER yang indah dan terus pulih dari kerusakan lahan kini menjadi rumah bagi setidaknya 838 spesies fauna. RER adalah wujud dedikasi APRIL Group terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan. Foto: www.rekoforest.org
|
“Alam sebagai sarana pendidikan dan bukan cuma petualangan.”
“Jangan hanya partisipasi, berikan dedikasi yang murni kepada alam.” - Norman Edwin
(CAKAPLAH) - Omar Prazhari, seorang produser dan musisi dari Jakarta untuk pertama kalinya bertualang ke hutan.
Untuk VICE Indonesia, pria yang lahir dan besar di kota ini memberanikan diri menghabiskan waktu 24 jam di belantara pedalaman Provinsi Riau. Tepatnya di wilayah Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Penjelajahannya ini guna melihat langsung kawasan RER dan ‘keajaiban’ di dalamnya.
“Saya memutuskan keluar dari zona nyaman saya dengan cara mengikuti para ranger saat patroli,” terang pria berumur 27 tahun itu seperti dilihat di video pada akun Youtube resmi RER @RekoforestOrg.
RER terletak di Semenanjung Kampar Kabupaten Pelalawan dan Pulau Padang Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Luasnya 150.693 hektare.
RER adalah hutan yang dijadikan area restorasi ekosistem yang diinisiasi Grup Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL), salah satu produsen pulp dan kertas terbesar dunia.
Sejak tahun 2013, RER berkomitmen melindungi, merestorasi, dan mengkonservasi ekosistem di lahan gambut serta menjaga stok karbon dan merestorasi keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
RER yang Seram Sekaligus Indah
Untuk mencapai lokasi RER, Omar menumpang ponton. Perahu datar yang dilengkapi banyak pelampung agar tetap mengapung.
“Skala 1-100, seberapa serem sih masuk RER?” tanya Omar kepada Tiurma Rosinta, Communication Officer RER yang ditugaskan mendampinginya.
“100!,” jawab Tiurma.
Mendengar tingkat keseraman RER hingga skala 100, Omar refleks menjawab “Balik aja?”, yang disambut tawa keras Tiurma.
“Gak terlalu seram sih. Kalau pun seram, itu akan terbayarkan,” imbuh Tiurma cepat-cepat.
Omar lebih tenang. Dia tersenyum tak sabar.
Turun dari ponton, mereka disambut Hendrizal. Salah satu ranger RER yang ganteng banget.
Ada 100 petugas yang ‘mengurusi’ RER. 60 diantaranya penjaga hutan yang disebut ranger.
Tugas Hendrizal kali ini bertambah, yakni ‘mengawal’ Omar selama 24 jam.
“Kepada Hendrizal lah saya menggantungkan nasib,” ungkap Omar sembari menciptakan langkah. Beberapa petugas mengiringi mereka.
Mereka akan menyusuri hutan sejauh 10 kilometer. Rute patroli para ranger.
Hutan gambut ini memang bukanlah tempat yang nyaman untuk manusia. Tanahnya basah dan medannya sulit. ‘Ranjau’ akar tanaman hingga sabitan duri pandan jadi tantangan saat berjalan. Belum lagi ketakutan terhadap hewan liar.
“Hati-hati bang,”pesan Hendrizal kepada Omar yang melangkah tergesa-gesa dengan wajah mengkerut, waspada.
Sulur dan ranting-ranting basah menciptakan aroma kayu, pekat dan magis.
Namun, riang kicau burung membuat suasana seram terkikis. Suara daun bergesekan turut memudarkan was-was saat berada di tengah hutan yang penuh plasma nutfah itu.
Langit putih kontras dengan lantai hutan tertutup dedaunan yang akan jadi humus. Lanskap ini indah di mata Omar. Dinginnya suhu dan udara bersih terasa ringan di paru-parunya.
Di sela perjalanan, Hendrizal menjelaskan kepada Omar, bahwa keindahan dan seluruh isi RER adalah tanggungjawab para ranger.
Ranger dan petugas lainnya menjadi pelindung dari penebang liar, pemburu, hingga pembakar hutan.
838 Spesies Fauna Berumah di RER yang telah Terestorasi
Perjalanan Omar dilanjutkan dengan speed boat. Di tengah rute, mereka menemukan jebakan burung yang terpasang di salah satu pohon.
Hendrizal sigap memanjat, mencopot jebakan dan speaker bersuara kicauan.
“Ini pertama kali saya melihat jebakan seperti ini,” ungkap Omar sembari memperhatikan kayu berlumur lem super itu.
Ada 311 jenis burung di RER. Birdlife International mengidentifikasi RER sebagai Kawasan Burung Utama, International Union for Conservation of Nature (IUCN).
RER juga jadi Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama dan Wildlife Conservation Society (WCS).
WWF juga menunjuk RER sebagai Kawasan Konservasi Harimau.
Walau inventarisasi masih berlangsung, hingga tahun 2021, RER telah mengidentifikasi 838 spesies. Bertambah 12 jenis dari tahun sebelumnya.
Ada 78 spesies mamalia, 311 spesies burung, 106 spesies amfibi dan reptil, 196 spesies pohon, 89 spesies ikan, dan 58 spesies serangga ditemukan di RER. Termasuk yang terancam punah; Harimau Sumatra dan Trenggiling Sunda yang berstatus Kritis (critically endangered).
69 spesies lainnya masuk Daftar Merah IUCN sebagai rentan (39), hampir punah (18), atau terancam punah (12).
Ada pula 117 spesies masuk daftar CITES dan 99 spesies tercatat dilindungi.
RER telah merestorasi hutan seluas hampir 12.000 hektare dan mengembangkan 38.000 bibit di 7 persemaian anakan.
RER juga menjalankan restorasi hidrologis. Membangun 87 bendungan, menutup 31 kanal sepanjang 176,3 km di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.
Tinggalkan yang Ilegal, Bermitra dengan RER
Rombongan Omar singgah di pondok-pondok nelayan di Sungai Serkap.
Mereka disambut Bahtiar, Ketua Kelompok Nelayan Serkap Jaya Lestari, mitra RER. Sebelum jadi nelayan, Bahtiar adalah pelaku ilegal loging.
RER bermitra dengan nelayan di sekitar Semenanjung Kampar dengan menyediakan akses untuk menangkap ikan. Dalam sebulan, mereka bisa menangkap lebih dari 300 kg ikan.
Baca: APRIL Group Bagikan Upaya Tata Kelola Keberlanjutan mengenai Mitigasi Iklim di Net Zero Summit
“Ada banyak jenis ikan. Kehadiran RER membuka mata masyarakat agar lebih merawat ekosistem sungai,” ungkap Bahtiar.
Kepada Omar, Bahtiar menuturkan dulu ia kerap was-was sebagai pelaku ilegal logging. Kini ia tenang menjadi nelayan dengan pendapatan lumayan.
“Pak Bahtiar membuka mata saya. Contoh bahwa tak ada kata terlambat untuk mengubah hidup menuju lebih baik,” ungkap Omar.
Ada sekitar 40 ribu warga bermukim di sekitar RER. Menjalin kemitraan dengan mereka dalam menjaga hutan dan sungai, serta keanekaragaman hayati adalah keharusan.
RER menggandeng masyarakat melalui edukasi dan pelatihan, juga memberikan insentif menjaga lingkungan.
Tak hanya nelayan, petani, hingga pengumpul madu juga jadi mitra RER.
Kemitraan ini membantu menjaga keberlangsungan pengelolaan hutan dalam jangka panjang, bahkan mendorong produktivitas masyarakat sekitar.
Selain masyarakat sekitar, RER juga bekerjasama dengan Bidara dan Fauna & Flora International (FFI).
FFI adalah organisasi konservasi dunia yang fokus pada konservasi keanekaragaman hayati.
Sedang Bidara adalah organisasi sosial dan pemberdayaan masyarakat.
Lepas bertemu Bahtiar, Omar dan yang lainnya menuju pos ranger untuk beristirahat. Letaknya di pinggir sungai.
“Perjalanan selama 24 jam ini telah membuka mata saya. Saya besar di kota. Tak pernah sama sekali ke hutan. Ini membuat saya sadar arti pentingnya konservasi dan kepedulian kepada alam,” terang Omar di ujung perjalanannya.
Dengan menelusuri RER, Omar tak hanya bertualang, tapi juga semakin menghargai hutan demi bumi yang lebih hijau. Untuk masa depan yang lestari.
RER Bentuk Dedikasi APRIL Demi Bumi, Wujudkan FoLU Net Sink 2030
Direktur Utama PT RAPP Sihol Aritonang mengatakan, pencapaian RER tak lepas dari komitmen APRIL Group terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan.
“RER menjadi bentuk nyata komitmen APRIL Group dalam mendukung upaya nasional di bidang keanekaragaman hayati, serta pengendalian perubahan iklim dengan mengurangi emisi karbon,” jelas Sihol.
Sihol mengatakan komitmen APRIL Group dalam mendukung lanskap yang berkembang diikuti dengan peluncuran komitmen APRIL2030 pada November 2020 lalu.
Melalui APRIL2030, APRIL Group menunjukkan dedikasi nyata di bidang lingkungan dengan berinvestasi total 100 juta dolar AS dalam kurun waktu 10 tahun untuk upaya restorasi dan konservasi APRIL Group. Kemudian diperkuat dengan menyisihkan 1 dolar AS dari setiap ton serat hutan tanaman industri yang dipanen per tahun untuk konservasi lanskap.
Baca: Investasi Hijau dan Transisi Energi Bukti Komitmen RAPP Wujudkan Net Zero Emission
Senada dengan itu, External Affairs Director RER Nyoman Iswarayoga, mengungkapkan, yang dilakukan di RER sejalan dengan aksi mitigasi yang dirancang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengurangi emisi karbon dan mempercepat mencapai Forest and Other Land Uses (FoLU) Net Sink 2030.
“Perlindungan dan pemulihan di RER merupakan bentuk komitmen kami dalam mendukung upaya restorasi hutan nasional serta mendorong terealisasinya carbon net sink dari sektor FoLU pada tahun 2030,” kata Nyoman.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan kegiatan restorasi ekosistem berperan signifikan dalam penurunan gas rumah kaca, serta peningkatan stok karbon di alam.
“Indonesia sangat serius dalam pengendalian perubahan iklim. Restorasi ekosistem berperan penting,” kata Menteri Siti.
Sampai saat ini, ada 16 unit manajemen restorasi di Indonesia. Salah satunya adalah RER.
Penelitian Universitas Leeds di jurnal Nature Communications edisi 2 Desember 2021 menyebutkan bahwa merehabilitasi hutan gambut-seperti di kawasan RER-akan menghindarkan Indonesia dari 12.000 kematian dini setahun. Angka ini datang dari pengurangan area yang rusak akibat kebakaran 2015 seluas 6%, mengurangi emisi CO2 18%, dan mengurangi partikel halus PM2,5 24% di udara.
Laura Kiely, peneliti di University of Leeds, seperti dikutip dari ekuatorial.com, mengatakan bahwa manfaat restorasi gambut diantaranya untuk kualitas udara, dan kesehatan masyarakat. Sebaliknya, kerusakan gambut memicu kebakaran, merusak lahan pertanian serta mengganggu transportasi, pariwisata, dan perdagangan.
Lahan gambut di Indonesia, menurut studi ini, menyimpan sekitar 57 miliar ton karbon atau 55% karbon lahan gambut tropis dunia. Alasan-alasan ilmiah semakin memperkuat pentingnya memulihkan dan merestorasi hutan gambut dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Seperti yang dilakukan di RER.
Langkah APRIL Group dalam RER juga telah mendapatkan apresiasi dari Executive Director Tropical Forest Alliance 2020, Justin Adams. Menurut dia, RER yang dilakukan APRIL menunjukkan peranan sebuah perusahaan untuk memastikan perlindungan dalam produksi di suatu bentang alam.
“Harus dihargai, bahwa perusahaan pemasok pulp dan kertas telah berkomitmen untuk mendukung masyarakat dan hutan dengan metode yang mereka miliki,” ungkap Adams.
Penulis | : | Yusni Fatimah Lubis |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Ekonomi, Lingkungan, Riau |