(CAKAPLAH) - Ketua parlemen Rusia State Duma, Vyacheslav Volodin, mencap Presiden Amerika Serikat Joe Biden sebagai teroris. Cap itu diberikan karena Biden disebut memerintahkan penghancuran infrastruktur energi Eropa.

"Jika [Harry S] Truman merupakan penjahat yang menggunakan senjata nuklir terhadap warga sipil di Hiroshima dan Nagasaki, maka Biden merupakan teroris yang memerintahkan penghancuran infrastruktur energi mitra strategisnya: Jerman, Prancis, Belanda," kata Volodin seperti dikutip Russia Today.

Pernyataan itu disampaikan Volodin setelah jurnalis investigatif Amerika, Seymour Hersh, menerbitkan laporan yang menuding Washington menyabotase pipa Nord Stream, September tahun lalu.

Menurut sumber informasi Hersh, penyelam Angkatan Laut AS menanam bahan peledak di jalur pipa utama di Laut Baltik pada Juni 2022. Kala itu, mereka berdalih sedang latihan NATO.

Pipa itu pun disebut diledakkan oleh mereka dari jarak jauh. Nord Stream 1 dan 2 sendiri merupakan rute penting untuk pengiriman gas Rusia ke Eropa melalui Jerman.

Sabotase pipa itu lalu dikritik Volodin sebagai "tindakan intimidasi terhadap negara bawahan yang memutuskan untuk mengembangkan ekonomi mereka demi kepentingan warganya sendiri".

Menurut Valadin, laporan investigasi Hersh mesti menjadi dasar penyelidikan internasional untuk "membawa Biden dan antek-anteknya ke pengadilan".

Dia juga mendesak agar negara-negara yang terkena dampak "serangan teroris" AS itu diberikan kompensasi yang sesuai.

Menanggapi hal ini, Amerika Serikat dengan tegas membantah laporan Hersh. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson menyebut tudingan itu "benar-benar palsu dan sepenuhnya fiksi".

Otoritas berwenang Rusia sendiri selama ini memang mengklaim bahwa AS merupakan satu-satunya pihak yang diuntungkan dari kerusakan Nord Stream.

Sebab pasokan gas alam cairnya ke Eropa meningkat secara drastis usai sabotase tersebut.