Warga Palestina membantu seorang pemuda yang terluka dalam bentrokan dengan pemukim Israel di Desa Burin yang terletak di dekat Kota Nablus, Tepi Barat, pada 25 Februari 2023. Foto: Xinhua/Nidal Eshtayeh
|
(CAKAPLAH) - Serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat berlanjut selama tiga hari berturut-turut.
Sumber-sumber Palestina dan aktivis hak asasi manusia mengutuk keheningan total pasukan keamanan dan tanggapan pemerintah Israel yang "malu-malu" terhadap kekerasan tersebut.
Pemukim Israel dilaporkan mengamuk dan membakar puluhan mobil maupun rumah di sebuah kota Palestina, awal pekan ini, (27/2/2023).
Seorang warga Palestina meninggal dalam kekerasan ini, menyusul pembunuhan dua warga Israel oleh seorang tersangka pria bersenjata Palestina di Tepi Barat utara.
Satu hari setelahnya, seorang pengendara lain ditembak mati dengan cara yang sama di Tepi Barat yang diduduki. Korban memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat dan Israel.
Sepanjang tahun ini, 62 warga Palestina telah dilaporkan dibunuh pasukan Israel dan warga sipil. Pada periode yang sama, 14 warga Israel tewas dalam serangan Palestina. Sejak awal 2023, konfrontasi meningkat di Tepi Barat, termasuk di Yerusalem Timur.
Kepala Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, Hussein Al-Sheikh, bertemu dengan Hady Amr, utusan khusus Amerika Serikat untuk urusan Palestina, Senin (27/2/2023).
Pertemuan ini dilakukan untuk membahas cara melindungi warga Palestina dari serangan pemukim dan militer.
Dilansir di Arab News, Rabu (1/3/2023), Al-Sheikh dan Amr berbicara tentang kekerasan pemukim brutal di Nablus, Hawara dan kota-kota Tepi Barat lainnya.
Amr mengunjungi wilayah Hawara sehari setelahnya, untuk mendengarkan kesaksian dari warga. Dia pun mendapat informasi tentang kerusakan dan kerugian yang diderita warga.
Dalam sebuah pernyataan, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem mengatakan Amr mengunjungi para korban serangan Hawara dan menyatakan belasungkawa terdalamnya.
Dia juga mengutuk tindakan kekerasan yang tidak pandang bulu, meluas dan tidak dapat diterima oleh para pemukim.
"Saya sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat. Kami ingin melihat pertanggungjawaban dan penuntutan penuh melalui hukum bagi mereka yang bertanggung jawab atas serangan keji ini, serta kompensasi bagi mereka yang hartanya hilang atau rusak," kata dia dalam pernyataan tersebut.
Sementara itu, Al-Sheikh dalam akun Twitter miliknya menyebut dia dan Amr membahas banyak masalah regional dan internasional.
Salah satunya dan terutama perihal serangan brutal terhadap rakyat Palestina, serta pembunuhan dan pembakaran rumah oleh pendudukan dan pemukim, yang terakhir terjadi di Nablus, Hawara dan kota-kota di West Bank.
"Pertemuan itu merupakan kelanjutan dari serangkaian pertemuan antara kepemimpinan Palestina dan pemerintah Amerika Serikat,” lanjut dia.
Hingga berita ini dibuat, otoritas Israel belum mengumumkan penangkapan atau penuntutan terkait kekerasan Hawara.
Seorang pejabat tinggi Palestina secara anonim mengatakan apa yang terjadi di Hawara sangat mengerikan.
Keburukan peristiwa itu memaksa Amerika Serikat untuk menggunakan bahasa yang lebih tegas dan lebih keras terhadap Israel, dalam upaya untuk melindunginya dari kegilaannya yang akan membawa kehancuran ke daerah.
“Sementara tentara Israel dan pemukim secara bergiliran melecehkan warga Palestina, peran mereka menjadi terintegrasi selama pembakaran rumah dan kendaraan warga Hawara," ucap dia.
Analis politik Palestina Ghassan Khatib mengatakan pemerintahan Biden mendekati pemerintah Israel dengan sangat hati-hati.
Pergeseran kebijakan, katanya, terbatas pada pidato dan kecaman atas tindakan Israel. Israel tidak menganggap serius kritik verbal, sehingga pengaruhnya hampir terbatas.
Khatib menambahkan, Amerika Serikat harus mengambil tindakan hukuman terhadap Israel untuk mengakhiri kebijakan destruktifnya terhadap warga Palestina.
Di sisi lain, analis politik Majdi Halabi mengatakan kecaman Netanyahu atas insiden pembakaran Hawara datang terlambat dan 'malu-malu'.
Warga Palestina di Israel mengorganisasi protes solidaritas dengan para korban serangan pemukim.
Sementara itu, pasukan Israel berupaya memperketat penguncian Kota Jericho, dengan semua pintu masuk primer dan sekunder ditutup dan pergerakan warga dibatasi.
Penduduk Jericho mengatakan tentara Israel menggerebek beberapa rumah di kamp Aqabat Jabr, di selatan kota.
Pemerintah Kota Yerusalem Israel juga dilaporkan menghancurkan sebuah rumah Palestina di desa Jabal Mukaber di pinggiran kota.
Dalam perkembangan lain, sekutu ultra-nasionalis Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengajukan pengunduran dirinya sebagai wakil menteri di pemerintahan baru.
Kepergian Avi Maoz adalah seolah menjadi celah pertama dalam koalisi berkuasa Netanyahu, yang menjabat pada akhir Desember setelah mengamankan mayoritas parlemen dalam pemilihan bulan sebelumnya.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Republika.co.id |
Kategori | : | Internasional |