
![]() |
PEKANBARU (CAKAPLAH) - DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Riau mengaku tidak gentar meskipun ada lembaga survey yang merilis bahwa PPP tak akan mampu berbuat banyak pada Pemilu 2024.
Apalagi, ada lembaga survey yang merilis bahwa PPP tidak akan lolos ambang batas parlemen DPR RI nantinya.
Kepada CAKAPLAH.com, Ketua DPW PPP Riau, Syamsurizal mengatakan, bahwa boleh - boleh saja rilisan lembaga survey tersebut. Namun, pihaknya terus mempersiapkan diri memenangkan PPP.
Salah satu yang diungkap Syamsurizal, Ahad (5/3/2023) adalah strategi bedah Dapil. Strategi ini dianggap penting, karena pihaknya ingin mengikuti kontestasi Pileg untuk menang, bukan sekedarnya saja.
"Di bedah dapil ini, kita meneliti calon -calon yang akan bersaing di partai saat Pileg. Apakah betul-betul orang yang dicalonkan PPP sebagai pendulang suara atau tidak. Tidak menjadi ukuran apakah dia sudah lama atau baru di PPP. Yang penting punya kemampuan memperoleh suara, sehinggga dapat membantu PPP," kata Syamsurizal.
Anggota DPR RI ini mengatakan, tidak semua orang bisa menjadi calon legislatif di PPP, baik itu tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, apalagi DPR RI.
"Kita betul-betul memilih calon yang siap menang. Dahulu itu, manajemen itu yang tak ada, jadi asal comot saja calon yang mencaleg, sehingga tak punya kemampuan memungut suara, itu yang saat ini kita benahi," kata Syamsurizal lagi.
Saat ini, kata Syamsurizal, strategi bedah dapil ini sudah hampir rampung 80 persen. Pihaknya betul- betul mencari dan mempersiapkan ksder terbaik di tiap dapil.
"Apalagi, dengan jumlah partai yang semakin banyak mengikuti Pileg, itu yang juga membuat kita betul - betul berbenah," ujarnya.
"Salah satu bedah dapil itu misalnya di Meranti. Kita bedah dapil, siapa si A, siapa si B. Bagaimana pengalaman sebelumnya, dari mana dia punya kemampuan mendulang suara, di Meranti yang kuat partai apa, siapa lawan yang kuat, nah itu semua sudah kita bedah, dan kita siapkan calon terbaik kita. Kita analisa benar benar, jika kemungkinan menang, baru kita lepas dapil itu, dan kita pindah ke dapil selanjutnya," tukasnya.
Dengan strategi yang diterapkan, kata Syamsurizal, pihaknya yakin akan meraup suara maksimal pada Pemilu 2024 mendatang.
Untuk diketahui, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terkait tingkat elektabilitas partai politik. Dalam survei kali ini terdapat 4 kategori partai politik, yakni partai besar, menengah, kecil dan nol koma.
Untuk kategori partai besar ditempati tiga partai dengan angka elektabilitas tertinggi. Ada PDI Perjuangan dengan 22,7 persen, Partai Golkar 13,8 persen dan Gerindra 11,2 persen
Dari 18 partai yang ada yang siap kontestasi di 2024, hanya 3 partai yang masuk kategori partai besar, PDIP, Golkar dan Gerindra,” kata Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, dalam rilis LSI Denny JA.
Untuk kategori menengah terdapat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan angka elektabilitas 8,0 persen, Partai Demokrat 5,0 persen dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 4,9 persen serta Partai NasDem 4,4 persen.
Ardian menjelaskan bahwa partai kategori menengah ini berdasarkan angka elektabilitas pada rentang 4 hingga 10 persen.
Sementara untuk kategori selanjutnya, yakni partai kecil yang memiliki angka elektabilitas pada rentang 1-4 persen.
Kategori ini dipimpin oleh Partai Perindo dengan angka 2,8 persen. Namun di posisi selanjutnya justru diisi oleh parpol yang saat ini berada di parlemen, yakni Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan masing-masing angka 1,9 persen dan 2,1 persen.
“Jadi secara dukungan, 3 partai ini Perindo, PPP dan PAN berada di kategorisasi partai kecil,” ungkapnya.
“Sehingga sebenarnya per survei ini dilakukan mereka belom lolos melewati parlementary treshold 4 persen,” lanjut Sopa.
Kemudian kategori terakhir adalah partai nol koma, yakni partai politik dengan angka elektsbilitas di bawah 1 persen.
Terdapat sejumlah partai politik pada kategori ini, di antaranya Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan angka 0,5 persen.
Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Garuda dan Partai Ummat masing-masing berada di angka 0,3 persen.
Kemudian ada Partai Hanura, Partai Buruh, Partai Gelora dan juga Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) yang berada di angka 0,1 persen.
“Hampir semua partai baru, ada juga partai lama yang masuk ke partai nol koma ini,” imbuhnya.









































01
02
03
04
05







