(CAKAPLAH) - Penjualan smartphone di Amerika Serikat (AS) disebut telah merosot sejak 2020 atau tepatnya pada awal pandemi Covid-19. Menurunnya peminat HP baru lantaran harga ponsel baru terus meningkat namun minim fitur-fitur baru. Seperti iPhone yang naik sekitar USD100 dari harga dua tahun yang lalu.
Sebagai solusinya, dilaporkan DailyMail, Senin (6/3/2023), data dari International Data Corporation (IDC) mencatat ada peningkatan jumlah peminat HP bekas. Peningkatan ini disebabkan oleh sistem trade-in atau tukar tambah, yang ditawarkan Apple dan perusahaan ponsel besar lainnya.
Ditambah, pengguna bisa mendapatkan HP bekas setidaknya USD 300 lebih murah daripada beli baru. Data menunjukkan bahwa 283 juta handset bekas dijual di AS tahun lalu, meningkat 11,5 persen dari tahun 2021. Menariknya, produk milik Apple ini mampu menghasilkan lebih dari 80 persen circular economy di AS.
Salah seorang di platform diskusi menceritakan pengalamannya kala membeli iPhone. Dia menilai semakin meluncurkan baru, fitur-fitur iPhone minim terobosan.
"Saya ingat sekitar 6-7 tahun yang lalu, ketika kami memiliki iPhone 4S. iPhone 5 tampak revolusioner dengan layar 4 incha. Tahun berikutnya, 5S tampak revolusioner dengan sensor Touch ID barunya kemudian 5C tidak terlalu banyak," ungkapnya.
"Kemudian kami mendapatkan iPhone 6, dengan peningkatan yang benar-benar dibutuhkan, ukuran layar 4,7 dan 5,5 inch. Maju cepat tiga tahun, kami mendapatkan X (6S, 7, dan 8 semuanya adalah versi 6 yang sedikit ditingkatkan bagi saya, tapi tidak ada yang revolusioner. Sejak X, tidak ada iPhone baru yang dirilis membuat saya takjub lagi," tambah dia.
Editor | : | Yusni |
Sumber | : | merdeka.com |
Kategori | : | Internasional |