Pertemuan Pemimpin Partai Koalisi Indonesia Bersatu. ©2023 Liputan6.com/Johan Tallo
|
(CAKAPLAH) - Survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto memiliki variabel tertinggi sebagai Cawapres. Direktur LSI Denny JA Adjie Alfaraby mengatakan, Airlangga dipasangkan dengan capres siapapun akan memberi efek positif kemenangan.
Diketahui, ada tiga dari lima variabel yang dipenuhi Airlangga, yakni kuasa tiket sebagai ketua umum partai politik, pengalaman pemerintahan dan sumber dana.
"Beliau ketum partai, punya kuasa tiket seperti yang kita sebut dan itu signifikan dalam perbincangan di kalangan elite politik dan itu kan pasti menjadi perbincangan," kata Adjie kepada wartawan, Sabtu (20/5).
Kemudian, lanjut Adjie, soal jaringan sumber dana yang juga dimiliki Airlangga, serta mampu mengonsolidasikan jaringan sumber dana yang lain.
"Kemudian secara pengalaman kan beliau juga pernah menjadi menteri, sekarang Menko Perekonomian. Itu kan juga jadi pertimbangan juga," lanjut dia.
Ketiga variabel tersebut, diktatakan Adjie, berfungsi tidak hanya membantu secara langsung untuk pemenangan Pilpres.
"Kalau bicara pengalaman pemerintahan, ketika berpasangan dengan siapa pun ini kan memperkuat image sebagai pasangan yang lengkap, komplet, lebih kokoh karena punya pengalaman di pemerintahan," ujarnya.
"Kemudian soal sumber dana ini kan juga diperlukan dalam kompetisi yang ketat, dengan kemampuan bisa mengonsolidasikan logistik yang ini kan juga kemudian membuat kampanye bisa lebih masif, kemudian bisa mengonsolidasi semua elemen. Ya tentunya tiga variabel itu bisa mendapat efeklah terhadap capres yang diusung nanti," tandasnya.
Sebelumnya, Adjie Alfaraby mengungkapkan bahwa pihaknya telah merumuskan lima variabel untuk menilai Cawapres potensial di Pilpres 2024.
Adapun lima variabel itu elektabilitas, ketua partai, tokoh dari ormas besar, pengalaman pemerintahan dan jaringan sumber dana.
"Dalam merumuskan atau menduga siapa yang menjadi calon wakil presiden potensial, kami dari LSI Denny JA tidak semata-mata melihat fakta elektabilitas," kata Adjie di kantor LSI Denny JA di Jakarta Timur, Jumat (19/5).
Karena faktor elektabilitas menurut Adjie setelah pihaknya uji tidak terlalu banyak berubah. Jadi dari satu nama ketika capresnya hanya personal diuji tanpa melibatkan wakil dan melibatkan wakil. Ternyata tidak banyak berubah elektabilitasnya.
"Kita melihat faktor elektabilitas itu bukan semata-mata faktor utama dalam penentuan cawapres. Baik pengamalan pemilu nasional dan daerah pemilihan wakil kepala daerah atau presiden," katanya.
Adjie melanjutkan oleh karena itu pihaknya membuat indeks cawapres yang merupakan satu gabungan dari lima variabel untuk hadirkan cawapres potensial.
Dari lima variabel yakni elektabilitas, ketua partai, tokoh dari ormas besar, pengalaman pemerintahan dan jaringan sumber dana.
Dikatakan Adjie hanya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang paling banyak dengan memenuhi tiga variabel.
"Dari semua tokoh tidak ada yang memenuhi lima variabel tersebut. Yang kedua tidak ada satupun wakil presiden yang mampu menambah variabel elektabilitas," kata Adjie.
"Jadi dari data yang paling tinggi hanya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dengan 3 variabel, kuasa tiket, pengalaman pemerintahan dan sumber dana," tegasnya.
Adapun nama-nama potensi cawapres lainnya seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, Khofifah, Mahfud, Muhaimin Iskandar hanya mampu mengumpulkan dua variabel.
Sementara itu nama-nama seperti Agus Harimurti Yudhoyono dan Said Agil hanya satu variabel.
Editor | : | Ali |
Sumber | : | Merdeka.com |
Kategori | : | Politik |