PEKANBARU (CAKAPLAH) - Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar meletakkan batu pertama pembangunan 27 rumah untuk Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Anak Dalam di Kecamatan Selensen, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Senin (18/10/2021).
Selain peletakan bantu pertama pembangunan rumah KAT, Gubri juga menyerahkan bantuan sembako, serta peletakan batu pertama pembangunan Surau Ar Rasyid CSR Bank Riau Kepri.
"Kehadiran kami di sini dalam rangka kegiatan peletakan batu pertama program KAT suku anak dalam, sekaligus pemberian bantuan sembako kepada warga kita di sini," kata Gubri.
Gubri mengatakan ada sebanyak 27 unit rumah program KAT dari Kementerian Sosial yang diperuntukan bagi suku anak dalam di Inhil. Pembangunan rumah tersebut dimaksud agar suku anak dalam tidak lagi hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain (Nomdem).
"Ini pemerintah sudah menyiapkan rumah sebanyak 27 unit di sini. Karena stuasi masyarakat di sini masih berpindah-pindah, tapi ada juga yang berubah. Itu karena adanya tempat yang disiapkan yang layak dan disiapkan tempat sekolah, sekaligus mereka dapat beradatasi dan bergaul dengan masyarakat di daerahnya. Saya pikir bapak-bapak ini (suku anak dalam) bergaul dengan warga sekitar sini," katanya.
Gubri mengaku pernah mengalami hal seperti ini, karena pernah bertugas di Siak. Dimana di Siak itu ada Suku Akit di daerah perairan dan Suku Sakai.
"Suku Sakai ini juga kebiasannya hidup berpindah-pindah. Kadang Suku Sakai ini diberikan rumah, tapi rumah ditinggal juga. Tapi harapan saya di Inhil ini tidak seperti itu," ujarnya.
"Nanti Pak Kepala Desa juga membantu tanah agar anak-anak suku anak dalam bisa sekolah. Ini pemikiran saya, artinya bapak dan ibu dengan kondisi seperti sudah lah, cukup sampai di sini. Tapi anak-anak kita ingin sayang, karena mereka masa depan bangsa. Karena harapan saya anak-anak kita ini semua harus sekolah. Sekarang sekolah dasar tidak dipungut biaya, SMP juga. Termasuk SMA/SMK negeri tidak ada biayanya, karena dibantu oleh pemerintah, makanya jangan takut anak sekolah," harapnya.
"Apalagi Suku Anak Dalam di Inhil dibantu bupati, camat dan kepala desa. Karena itu, kami harapkan dengan kondisi bapak dan ibu seperti ini kami harapkan anak jangan sampai seperti itu. Apalagi sekarang negara kita ini sesuai dengan amanah Pak Presiden, negara selalu hadir di tengah masyarakat yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Untuk itu, kami hadir di sini ingin melihat secara langsung. Rupanya di daerah kita ingin masih ada yang nomadem (pengembara) seperti ini," sambungnya.
Gubri menyadari, mingkin Suku Anak Dalam sulit mencari pekerjaan, karena terbiasa bekerja di hutan. Karena dulu kayu masih banyak, dan hewan buruan seperti rusa masih banyak.
"Namun sekarang stuasinya sudah berbeda di daerah Inhil ini, karena sebagaian besar sudah banyak perkebunan sawit. Artinya tidak ada lagi kehidupan seperti dulu, sementara saya tahu persis kehidupan bapak di situ. Sama Suku Sakai seperti itu juga. Ketika Batinnya bertemu saya, mereka ingin saya melihat kondisi hutannya yang masih tersisa sekitar 200 Ha lebih. Dia ingin hutan itu diselamatkan dan saya selamatkan hutan itu demi anak cucunya. Bahkan ada jalur tol yang kena hutan itu saya minta Menteri PUPR untuk dialihkan. Ada juga pompa yang akan dipasang perusahaan minyak di situ saya minta dialihkan, jangan dipasang di situ. Cari tempat lain, dan jangan dirusak lingkungan itu. Begitu lah kepedulian kami ingin membantu masyarakat terpencil seperti ini," ungkapnya.
"Kami harapakan kehadiran kami bersama bupati untuk membantu bapak dan ibu semua. Jadi tak perlu takut, karena di sini ada juga Babinsa, Babinkamtibmas, kepala desa, Kapolsek, Danramil, dan camat pasti mau membantu. Tak mungkin dibiarkan bapak-bapak sengsara karena tak makan. Tak mungkin. Kami bagian dari pemerintah kami selalu hadir di tengah masyarakat dalam rangka kepentingan masyarakat ini," cakapnya.
Penulis | : | Amin |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Serantau |