APBD Riau.
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Wakil Ketua DPRD Riau Hardianto menyebut APBD Murni tahun 2022 prosesnya saat ini masih dalam tahapan pembahasan KUA PPAS.
"APBD murni prosesnya saat ini, masih dalam tataran KUA PPAS, kemarin sudah konsultasi dengan Kemendagri, yaitu konsekuensi regulasi yang mengatur, maka pembahasan APBD mengikuti rambu - rambu," kata Hardianto, Selasa (26/10/2021).
APBD Riau 2022 sendiri kata Hardianto diprediksi turun dari Rp9,3 triliun menjadi tinggal Rp8,2 triliun. Ada potensi lost dari sisi akumulasi.
Penurunan tersebut disebabkan adanya pergeseran dana transfer dari pusat ke daerah.
Dana transfer yang mengalami pergeseran adalah dana DAK untuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Penurunan APBD Riau akibat pergeseran dana transfer tersebut diperkirakan Rp1,060 triliun. Dimana lebih kurang Rp800 miliar lebih bergeser ke kabupaten/kota, dan sisanya DAU, DAK, dan DID yang berkurang.
Disinggung mengenai apakah ada potensi lain di pendapatan yang masih berpotensi untuk ditambah, menurut Hardianto ada, namun harus hati - hati dan mesti dikaji.
"Ini tergantung dari Banggar dan TAPD dalam pembahasan yang komprehensif. Konsekuanesi dari besarnya uang penuruan APBD kita, maka konsentrasi Banggar dengan TAPD akan kembali membahas sisi pendapatan. Kita akan melihat dari sisi pendapatan mana yang bisa menambah. Namun tetap, berbicara pendapatan semua harus terukur, jangan ambisi saja tapi nanti malah ada ruang defisit, pening kita tahun depan," katanya.
"Maka kita sangat hati - hati dalam membahas potensi pendapatan, karena kalau kita buat asal naik saja, tapi OPD terkait tak mampu mencapat target pendapat, malah jadi defisit besar - besaran. Maka kuncinya adalah, kita akan lajukan kajian terukur. Masih sempat waktunya, yang paling penting acuannya adalah capaian target pendapatan tahun sebelumnya, ditambah kajian terkait kindisi real, dalam masa pandemi yang menurun tapi belum berakhir," cakapnya lagi.
Lebih jauh Hardianto mengatakan, hal paling utama saat ini dalam pendapatan adalah lifting Migas. Dimana selama dikelola PHR, ada optimisme tinggi akan bertambahmya lifting. Hal ini sangar berpengaruh bagi daerah.
Karena, kalau lifting naik, dengan target 170 ribu barel per hari, tentu berbanding lurus dengan kenaikan pendapatan dana perimbangan migas bertambah.
"Lifting Migas saat ini memang menjadi acuan penambahan pendapatan yang lumayan besar," tukasnya.
Penulis | : | Satria Yonela |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Pemerintahan, Riau |