Pandangan ini disampaikan Tokoh Perempuan Anti Korupsi Riau, Azlaini Agus dalam dialog interaktif yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pemprov Riau, Selasa (6/12/2016) malam, di gedung daerah Riau.
Menurut Azlaini, persoalan korupsi tak hanya terjadi di Riau. Namun hampir disemua daerah mengalami permasalahan yang sama dengan yang terjadi di bumi lancang kuning saat ini, dimana sejumlah pejabatnya terjerat kasus korupsi.
Kian mengakarnya perilaku korupsi sambungnya disebabkan hilangnya nilai-nilai kejujuran, disiplin dan tanggungjawab yang tidak lagi ditanamkan kepada generasi penerus bangsa sejak dini.
"Kenapa Korupsi masih terjadi, ya karena kita sedang mengalami krisis nilai. Nilai itu terdiri dari kejujuran, kedisplinan dan tanggungjawab," ungkapnya.
Nilai itu katanya, dapat ditanamkan sejak usia dini agar generasi penerus paham akan tingginya nilai sebuah kejujuran, tanggungjawab dan kedisiplinan.
Hal ini katanya, diperkuat oleh penelitian dan survey yang dilakukan KPK beberapa waktu lalu di Jogjakarta tentang peran ibu dalam menanamkan nilai kejujuran, tanggungjawab dan kedisplinan kepada anaknya.
"KPK pernah melakukan penelitian di Jogja, terkait peran kaum ibu disana, ternyata dari hasil survey hanya 14 persen ibu-ibu disana yang mengajarkan tentang kejujuran, tanggungjawab dan kedisiplinan ini kepada anaknya. Meskipun ini samplenya di Jogja, tapi ini terjadi disemua daerah, dan metode hasil penelitian saya rasa cukup valid," paparnya.
Bahkan kata Azlaini, hal ini juga dirasakannya dalam lingkungan kampus yang saat ini menjadi
tempat pengabdiannya sebagai dosen. "Ini juga terasa bagi saya sebagai dosen, ada yang hilang dari generasi kita, yaitu nilai-nilai tadi," cetusnya.
Tak hanya dalam pendidikan moral anak, peran wanita dalam meningkatkan kasus korupsi juga sangat besar, terutama para istri pejabat.
"Sekarang malah ada prilaku yang tak biasa, malu kalau tidak korupsi. Istri pejabat malu kalau suaminya tidak korupsi. Kumpul-kumpul arisan mereka saling pamer, ini yang terjadi," pungkasnya.
Sebab itulah, ia meminta para istri pejabat untuk merubah pola hidup "berbiaya tinggi" kepada prilaku yang sederhana. "Disinilah peran perempuan. Sebagai individu, ibu, istri, anggota masyarakat, pejabat mencegah. "Kalau perempuan tak banyak minta, suaminya (pejabat,red) gak mungkin mau melakukan korupsi," terangnya.(ck4)
Penulis | : | Bhimo |
Kategori | : | Peristiwa |