


PEKANBARU (CAKAPLAH) - Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Muhammad Sabarudi meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekanbaru untuk gencar jemput bola untuk melakukan imunisasi polio bagi anak di Pekanbaru.
Dari informasi yang diterimanya, sekitar 95.000 anak dengan usia 0 sampai 59 bulan diproyeksikan untuk mendapatkan imunisasi polio di Pekanbaru.
Maka dari itu, politisi PKS ini juga mengingatkan agar Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekanbaru untuk menggencarkan sosialisasi.
Sosialisasi yang dimaksud bukan hanya dilakukan melalui media sosial saja, namun juga harus mengakar hingga melibatkan para tokoh masyarakat dan juga RT/RW.
“Kita minta harus gencar. Bisa pasang sepanduk sosialisasi di sudut-sudut Kota Pekanbaru atau menggunakan pengeras suara masjid, intinya sosialisasi menyeluruh agar masyarakat mengetahui informasi yang disampaikan,” kata Sabarudi, Ahad (12/3/2022).
Selain itu, ia mengakui peran orang tua sangat besar untuk mensukseskan imunisasi polio ini.
“Dari itu saya mengajak masyarakat yang memiliki bayi atau balita untuk membawa anaknya ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi polio,” tujasnya
Di Pekanbaru senditi, kegiatan imunisasi polio dilaksanakan di 654 Posyandu yang ada di wilayah Kota Pekanbaru.
Diberitakan CAKAPLAH.com sebelumnya, saat ini cakupan vaksin polio di Provinsi Riau masih tergolong rendah.
Pasalnya cakupan vaksin polio belum mencapai target harian 27 persen. Baik itu untuk sasaran anak usia 0-59 bulan (OPV) maupun anak usia 4-59 bulan (IPV).
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Riau, Zainal Arifin melalui Kabid P2P Provinsi Riau, dr Dahlia Eka Okta mengatakan, memang untuk cakupan vaksin polio di Riau selama dilaksanakan dua hari ini masih belum mencapai target harian.
"Target harian kita itu 27 persen, sedangkan capaian vaksin 11,8 persen. Itu progres vaksin polio selama dua hari 6-7 Maret 2023," kata Dahlia.
Lebih lanjut Dahlia menjelaskan, dari cakupan vaksin polio tersebut, Kabupaten Kepulauan Meranti yang tertinggi cakupan vaksin polionya sebesar 68,3 persen untuk OPV, dan IPV 64,4 persen.
"Yang terendah itu Kota Pekanbaru, cakupan OPV nya baru 4,7 persen, dan IPV baru 4,2 persen. Ini yang perlu kita Gesa agar target 95 persen cakupan vaksin polio di Riau tercapai," terangnya.
Dahlia menyebut, masih rendahnya cakupan vaksin polio di Riau karena masih banyak masyarakat yang anaknya dilakukan vaksin polio.
"Padahal polio itu untuk memberi kekebalan terhadap tubuh anak, sehingga anak terlindungi dari virus polio yang sudah ditemukan di Provinsi Aceh," ujarnya.
dr Dahlia menegaskan, efek samping dari imunisasi polio, baik tetes maupun suntik sangat aman tidak ada efek samping serius atau berat, yang timbul akibat pemeberian imunisasi polio.
"Jadi imunisasi tetes dan suntik polio secara bersamaan, termasuk dengan imunisasi rutin lainnya juga tidak menimbulkan efek samping," tukasnya.
Sasaran vaksin polio di Riau dikhususkan untuk anak usia 0-59 bulan, dengan berjumlah cakupan 640.001 orang, dan anak usia 4-59 bulan dengan jumlah cakupan 605.337.
Untuk diketahui, OPV adalah pemberian kekebalan terhadap virus polio dengan 2 tetes vaksin polio akan membentuk kekebalan dari mulut saluran cerna dan peredaran darah anak. Kekebalan di mulut dan saluran cerna sangat penting, karena virus polio masuk melalui mulut dan berkembang biak disaluran cerna.
Sedangkan IPV pemberian kekebalan terhadap virus polio dengan 1 kali penyuntikan vaksin polio. Imunisasi IPV akan memberikan kekebalan di peredaran darah anak, serta meningkatkan perlindungan yang telah diberikan dari imunisasi OPV, sehingga anak semakin terlindungi dari virus polio.
Diberitakan sebelumnya, jika cakupan vaksin polio tidak mencapai target 95 persen selama pelaksanaan vaksin massal sampai 13 Maret 2023, maka Diskes Riau akan melakukan sweeping dan door to door ke rumah-rumah warga untuk melakukan suntik vaksin polio.
Penulis | : | Satria Yonela Putra |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serantau |























01
02
03
04
05


















