SIAK (CAKAPLAH) - Permainan gasing tak asing lagi didengar, permainan tradisional nusantara ini cukup populer dikalangan anak-anak maupun orang dewasa. Seperti beberapa wilayah di Indonesia hingga kini masih melestarikan permainan tersebut dengan cara membuat festival ataupun perlombaan. 

 

Di Siak gasing sudah ada sejak zaman kerajaan Siak, kemudian mulai dipopulerkan di tengah masyarakat melayu, di era 1970-1980-an.

 

Namun seiring berkembangnya zaman, permainan tradisional dari melayu itu mulai meredup digempur permainan digital modern seperti games online, Xbox, PlayStation dan yang terbaru Augmented Reality (AR).

 

Agar permainan tradisional ini tak tertelan zaman, Pemerintah Kabupaten Siak melalui Dinas Pariwisata (Dispar) menyelenggarakan Festival Gasing Siak ke-3, dengan harapan festival ini bisa kembali dilestarikan di tegah-tengah masyarakat melayu. 

 

Bupati Siak Alfedri membuka langsung Festival Gasing Siak ke-3 itu di Lapangan Sepak Bola Simpang Kualian, Kelurahan Kampung Rempak, Kecamatan Siak. Dia mengatakan sebagai daerah yang masyarakatnya notabene berbudaya melayu, gasing adalah permainan yang menjadi ikon budaya yang perlu dikembangkan. Gasing saat ini dimainkan hingga ke negara lain seperti Malaysia, bahkan sudah diperbincangkan di negara-negara Eropa. 

 

"Kenapa dibuat festival gasing ini untuk melestarikan dan mengembangkan warisan budaya kita melayu. Orangtua dan anak-anak juga harus tau permainan ini juga tidak kalah menyenangkan dari lainnya, jangan sampai warisan ini tenggelam akibat digitalisasi modern, akar sejarah dari permainan ini bagi bangsa melayu sangat tinggi. Maka kami inisiatif akan terus mengembangkan permainan tradisional kita," cakap Alfedri di Siak, Senin (2/10/2023). 

 

Alfedri berharap atas diselenggarakannya festival gasing itu, masyarakat mampu memanfaatkan even itu untuk meningkatkan ekonomi. Sejak dibukanya festival gasing itu pada Jumat lalu, ternyata banyak pengunjung datang ke Siak bahkan dari luar kota dan provinsi tetangga. Tentunya ini bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM untuk memperkenalkan produk khas daerah.

 

"Maka kita berkomitmen akan terus melaksanakan festival gasing ini setiap tahunnya, dan kita akan bangun venue gasing di Siak. Rancangannya kita minta segera dibahas kalau bisa tahun depan sudah mulai," katanya. 

 

Alfedri ingin permainan gasing bisa diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) agar bisa di akui oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). 

 

Kepala Dispar Siak, Tekad Perbatas Setia Dewa mengatakan festival tersebut bertujuan untuk melestarikan olahraga tradisional agar tidak punah. Sekaligus sarana promosi pariwisata dan muatan lokal, termasuk juga motivasi masyarakat terutama generasi muda untuk menumbuhkan minat dan belajar memainkan dan melestarikan budaya.

 

Ada 2 jenis gasing yang akan diperlombakan yaitu gasing jantung dengan jumlah peserta sebanyak 135 orang dari 27 tim yang berasal dari Kabupaten Rokan Hulu, Indragiri Hilir, Kepulauan Meranti, Bengkalis, Siak, Kota Dumai dan Pekanbaru.

 

"Diikuti pula oleh tim dari Provinsi Kepulauan Riau dan Bangka Belitung," katanya. 

 

Selain gasing jantung, juga diperlombakan gasing piring dengan jumlah peserta sebanyak 352 orang dari 44 tim dan dan berasal dari kabupaten/kota di Provinsi Riau.